Friday, March 30, 2007

Seputar kita .....

Lu orang…..

(Berbahasa yang baik dan benar ,sesuai kaidah …….)

Pada Intisari terbitan Maret, ada ulasan, orang tua murid disebut “anda”, marah. Mari kita cermati kecenderungan berbahasa , yang tak sesuai kaidah bahasa Indonesia, namum ”populer ” di kalangan tertentu. Kalau mengamati suku Tionghoa, yang populer: Lu orang, untuk menyebut orang ke dua. Sedangkan ”Kita” untuk kalangan tertentu menyatakan ”saya”. Contoh yang dengar dari suatu tayangan televisi swasta saat mewawancarai : ”Ya, gaji cukup. Kita kan harus membantu perekonomian keluarga”.

Rupanya , berbahasapun harus mengikuti ”kaidah” tak resmi.

Kenangan bersama ayahku......

(Rujak) cingurku……….

Saat kami masih tinggal di Malang, rujak cingur yang terkenal, rujak cingur jalan Kawi dan lapangan tennis. Kami sering membeli , dan ada “peraturan “ tak tertulis, seluruh cingur di rujak siapapun akan di ‘setor” kan untuk saya. Suatu hari Minggu, kami ayah saya, ibu, kakak , saya dan adik saya makan rujak bersama, dan semua cingur pindah ke piring saya. Saya menyisihkan seluruh cingur untuk “penutu”. Belum sempat saya makan cingurnya, ayah saya meminta saya mengambil air minum . Ketika kembali dengan membawa air minum, lho……. Cingur saya kemana? Ayah saya mengira saya tidak mau cingur , jadi ……....., diberikan kucing.!!!! Huaaaa………………………………………..

Sejak itu saya merubah kebiasaan , yang saya sukai akan menjadi makanan pembuka, bukan penutup !




Baju ulang tahunku………………….

Mirip rujak cingur, terjadi pada baju ulang tahun . kami sudah di Jakart. Menjelang ulang tahun saya di beri ayah saya uang, untuk membeli baju. Dapatlah baju cantik berenda coklat. Peraturan ibu, (terutama karena saya alergi debu) baju baru harus dicuci dulu sebelum dipakai. Nah, terjadilah bencana!

Sang renda luntur, ......... meninggalkan noda-noda tak bisa hilang.

Kebiasaan saya yang saya pertahankan hingga kini : baju baru atau apapun....... pakai dulu. Gatelen......., minum obat !!

Jakarta 24 maret 2007

Saturday, March 24, 2007

Seputar rumah sakit (3)


Saur dulu bu dokter………

Seorang pasien saya kirim ke sejawat penyakit dalam untuk dilakukan endoskopi. Endoskopi dikerjakan pagi, dan saya ikut. Pukul 7.00 kami bersiap. Pasien kami panggil , sambil bersiap saya bertanya kepada pasien, makan jam berapa terakhir pak: Pk 4.30 , dok. Wah, kami terkejut. Melihat kami terkejut, pasien kami melanjutkan keterangannya : Kan dokter suruh puasa, jadi saya saur tadi pagi.

……………………………………… ??????????


Jakarta, 10 Maret 2007


“Foto basah”

Ini kisah foto roentgen lagi. Tapi yang “terlibat” siswa perawat. Seorang siswa perawat yang magang di ruangan suatu rumah sakit diminta perawat senior untuk mengambil foto basah di ruangan radiologi. Terminologi “foto basah” kami pakai untuk foto yang belum di “baca” dan diberikan jawaban tertulisnya oleh spesialis radiologi. Nah, si adik, demikian kami menyebut / terminologi untuk siswa yang magang, dengan patuh berangkat. Sampai di bagian radiologi, setelah menerima roentgen pasien yang di minta, si adik tidak mau menerima. Mengapa? Karena foto roentgennya kering……….., si adik takut di marahi kakak perawat, ngotot minta foto basah!

Kebayang kan , betapa bingung petugas di bagian radiologi……….


Jakarta, 10 Maret 2007

“ Foto”

Ini kisah dengan sisi yang lain. Saat itu hari Jumat, saya harus rapat pk 9 pagi hingga pk 11.00. Saya berpesan melalui SMS kepada Peserta Program Studi Dokter Spesialis (PPDS) untuk mem ”foto”, seorang pasien ,ibu Fatimah. Saat saya kembali pk 11.30, PPDS yang bersangkutan memberitahu, bu Fatimah sudah di beri pengantar thoraks foto. Nah lho, padahal yang saya maksud foto (biasa) untuk dokumentasi !

Istilah ”foto” rupanya bisa berbeda ya pengertiannya .........................

Jakarta, 18 maret 2007

Monday, March 19, 2007

Komentar untuk artikel - 85 tahun ayahku


Di bawah ini sebagian komentar cinta untuk ayah kami, terima kasih.
Ibu Henny ini dalam artikel saya yang lalu yang disebut ibu Adenium oleh Atun dan beliau menginspirasi saya untuk menulis tentang : Ishiatica pain di blog saya : rehab-med.blogspot.com

dr Urip Murtejo,
suami sepupu saya. The famous doktor from RS dr Soetomo. Ingat " face off" ? Nah , beliau rajanya

nury
20 Maret 2007
rehab-med.blogspot.com tanpa-pita-suara.blogspot.com larngectomees.blogspot.com ----------------------------------------------

Wah bu dokter,tentunya sangat bahagia sekali ya, bu dokter masih diberi kesempatan untuk merawat keng romo,dan begitu banyak kenangan indah masa kecil yang masih bisa diingat dalam canda kebersamaan seluruh keluarga tentunya kalau sedang kumpul-kumpul. Saya jadi ingat waktu masa kecil, dimana saya belum sekolah, tengah malam saya dibangunin bapak saya hanya untuk mencoba baju yang dibelikan bapak, setelah dewasa saya baru ngerti betapa bahagianya bapak saya pada saat itu, karena telah bisa membelikan baju untuk putro-2 nya, padahal jaman itu adalah jaman susah dan bapak saya hanyalah seorang guru SD. Bu dokter kaaturaken sugeng ulang tahun dumateng keng romo bu dokter, mugi-mugi tansah pinaringan yuswa panjang ugi kawilujengan saking Gusti Ingkang Murbeng Dumadi.

- heni -

March 19, 2007 2:56 AM



wa kami semua sudah baca blog nya Budhe dan Mbak nury. terharu dan menyenangkan ya. kami di surabaya semua mengucapkan selamat ulang tahun ke 85 buat Pakde dan Eyang Mardhanus. smoga sehat selalu.

- Kel Urip Murtedjo -

March 19, 2007 3:18 AM



Ini ayah saya dan anak saya Edwin. Sekarang "hanya" 120 kg dan Edwin 100 kg
Foto diambil saat ulang tahun ke 84- tahun lalu.


kelsoeradji said...

Selamat Ulang Tahun Kagem Eyang Mardhanus. Semoga sehat selalu.
Kami semua sudah baca blognya budhe dr. Nuri, bagus,lucu dan juga terharu.

dari kel alm.dr. Bambang Yudoasmoro beserta kel. besar Bpk./Eyang Soeradji di Surabaya

March 20, 2007 3:38 AM







Sunday, March 18, 2007

85 TAHUN - AYAH KU- EYANG KU






Ayah saya, saat asisten 3. KSAD saat itu jendral Umar Wirahadikusumah.



Hari Ini, Senin 19 Maret 2007, ayah saya berusia 85 tahun.

Kami mengenang masa kecil kami. Ada yang ingin serta?

Semoga kenangan ini jadi hadiah yang indah.



Rambutan ( dan Letnan Jendral Sudirman)

Saat SMP, kami masih tinggal di kompleks Gelora Senayan , bertetanggaan dengan Rudy Hartono, pada awal kariernya. Kalau sore, Rudy main disekitar rumah. Tepat sisi kiri ,rumah pak Osa Maliki, ke dua rumah kemudian Let. Jen Sudirman, ayah pak Basofi Sudirman. Kedekatan rumah dan kedekatan ayah saya dan pak Sudirman membawa banyak kenangan, salah satunya peristiwa rambutan.

Kami sering ke Bandung, dan ayah saya senang menyopir sendiri. Pak Dirman (begitu kami menyebut), punya rumah di Bandung. Kalau kami ke Bandung beliau menitipkan sesuatu untuk putrinya , mbak Ida. Mobil kami saat itu jip Toyota, dengan pintu bukaan di belakang.

Perjalanan ke Bandung saat itu cukup lama di tempuh. Entah apa yang dipikirkan ibu Sudirman, beliau menitipkan seonggok besar rambutan, rambutan rapiah pula. Kebayang tidak, 2 murid SMP, dan 1 murid SD, duduk menghadapi rambutan di depan mata. Wah, tentu saja sang rambutan jauh dari keselamatan. Baru keluar kompleks, kami bertiga sudah mulai menyantap, ibu saya senpat marah, ayah saya bilang boleh. Ibu sampai meminta ayah saya berhenti sejenak dekat jembatan Semanggi , beli rambutan sendiri. Tetap saja yang termangsa kami lebih besar dari pasokan ibu, dan saat menyerahkan di Bandung, mbak Ida menawarkan untuk mengambil beberapa ikat. Tak perlu dua kali ditawarkan, langsung disambut ayah saya.

Lho, rupanya ayah saya juga ingin menikmati rambutan seperti yang kami lakukan sepanjang jalan, padahal kami sudah “menyuapi” rambutan sambil ayah saya menyopir.

Kurang ni ye ………………………..

( Bapak dan ibu Sudirman tetap tidak kapok, titip terus, dan kami makan terus. Jangan-jangan kirimnya banyak, karena sebagian memang untuk kami ya. Hallo Dr, dr Laila Nuranna SpOG, apa kabar).


Monggo ……………………..

Yang ini saya tidak ingat, ibu saya yang menceriterakan. Saat kecil , mobil dinas ayah kami kalau tak salah ingat namanya : gas . Terbuka di belakang. Saya dan kakak saya selalu duduk di ujung kursi . suatu saat, ketika ayah kami mengisi bensin, pedagang asongan menyodorkan makanan kepada kami. Saya dan kakak saya mengambil, kami mengira memang di suguhkan. Setelah itu, tinggal ibu yang dapat kejutan. Si pedagang asongan ke depan, minta uang tentu …….! Kami sih asyik saja menikmati ”hidangaan”.

Berkibarlah benderaku ………………!!

Ini rahasia saya dan ayah saya. Barangkali beliau juga tidak ingat. Ayah saya kan ”hobby” jadi komandan, mobil saat peristiwa ini terjadi, sedan , ”besar” sekali (entah saya yang masih kecil atau sedannya yang memang besar). Di sisi kanan atau di tengah ya (saya lupa) luar ada tiang bendera kecil. Apa yang terjadi, saya di ”pajang” oleh ayah saya berdiri di depan mobil , berpegangan bendera. Mobil keluar rumah, ke jalanan....... dengan saya sebagai bendera!

Di jalan berjumpa polisi, di stoplah ayah saya. Entah apa yang di bicarakan, saya di minta ayah saya mesuk mobil, pak polisi memberi hormat setelah meminta SIM ayah saya, dan lanjutlah perjalanan kami.

Terima kasih ,pak . sayang saya tak tahu nama beliau






Thursday, March 15, 2007

(Candi) Borobudur


(Candi di Hotel) Borobudur


Pembicaraan antar teman membuat anak saya pulang sekolah minta wisata ke (candi) Borobudur. Saat itu anak saya masih bersekolah di taman kanak- kanak Nah, Sabtu malam Minggu saya ajak dia menginap di (hotel) Borobudur . Anak saya sudah pandai membaca, saya tunjukkan tulisan Borobudur didepan hotel. Dia senang, karena merasa sudah wisata ke Borobudur. Apalagi setelah saya tunjukkan miniatur candi Borobudur, yang cocok dengan gambar di post card .

Kecian deh lu…..Pokoknya everybody happy.

Jepang versi Cibodas

Kisah wisata berlanjut. Suatu saat dia pulang dengan keinginan yang lebih hebat: ke Jepang. Entah apa yang saya pikirkan saat itu, Minggu pagi saya ajak anak saya ke Cibodas. Kebetulan di sana berjumpa wisatwan Jepang. Beres, Olly sudah merasa ke Jepang. Saya buatkan Olly foto , yang saat itu sedang trend, foto keliling langsung jadi - Polaroid.

Saat ini Olly sedang menunggu wisuda sarjana kedokterannya (S Ked), sambil menunggu saya ajak mengikuti kegiatan seminar. Kegiatan yang kami ikuti 2 hari ini berlangsung di hotel Borobudur. Kami jadi bernostalgia.

Jakarta, 12 Maret 2007



Foto polaroid, lengkap dengan tusukan

paku, karena pernah terpasang lama di dinding.

AKU TANPA LARING

AKU TANPA LARING

(MSHR)

Masa mudaku telah berlalu

Dari mulutku tiada lagi asap mengepul

Nada suaraku tak lagi semerdu dulu

Parau ………..tak berlagu

Pita suaraku telah tiada

Aku sadar, ……….aku menyesal

Namun apa mau dikata

Semua itu telah menjadi fakta

Lebih baik maju terus…..kerja terus

Sampai batas akhir hayatku


(Jakarta, 10 Februari 2007)




Puisi di atas karya salah seorang anggota Perhimpunan Wicara Esofagus (PWE). Terbaca bahwa pak Mashuri sebelumnya seorang perokok yang menikmati kegemarannya. Tergambar pula kesadaran beliau, tentang kebiasaan yang tidak sehat.

Namun pak Mashuri yidak terpuruk dalam keputus asaan, beliau kini mampu bicara . hasil upaya yang keras, dan pak Mashuri merupakan salah seorang tuna laring yang ikut pelatihan di Bangkok pada tahun 2003

Puisi di atas dibacakan saat aktivitas latihan bersama 2 hari di Departemen Rehabilitasi Medik RS dr Cipto Mangunkusumo, 14 - 15 Maret 2007












Tidak saja berbicara, anggota PWE mampu bernyanyi.
Aktifitas saat santai : karaoke !!
Hebat kan.



Komentar anda kami tunggu , paling tidak, "share" informasi ini kepada yang lain ya.






Jakarta, 15 maret 2007





Monday, March 12, 2007

Tanpa pita suara - siapa takut !!










Melihat foto di atas bayangan anda pastilah para bapak yang sedang berkumpul , dan itu hal yang normal. Betul, 100 untuk anda. yang istimewa, para bapak di atas, berbicara tidak menggunakan pita suara, melainkand engan saluran makanan, atau dikenal dengan sebutan : wicara esofagus.

Pita suara para bapak di atas diangkat atau istilah kerennya dilakukan tindakan : laryngectomi, karena keganasan pada pita suara. Mengenai laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan (9:1), dan penyebab utamanya : rokok!

Departemen Rehabilitasi Medik RS Cipto Mangunkusumo mempunyai "suporting group" yang terdiri dari para tuna laring / larynectomee's, yang sudah berkemampuan menjadi instruktur untuk melatih wicara esofagus. didampingi dokter rehabilitasii medik dan terapis wicara.

Jadi tanpa pita suara, siapa takut !

Bila usia harapan hidup menjadi hadiah utama ........ oke


Cancer (vocal cord) , not a death sentence anymore




Berbaju kotak-kotak
nomer dua dari kiri , pak Tobing .
ketua Perhimpunan Wicara Esofagus
(PWE)





Jakarta, 13 maret 2007 (menjelang latihan bersama para tuna laring dengan tamu 2 orang laryngectomees dari bangkok Mr Karoon Trakulphadetkraidan Mr Saphon Eamkeo; 15 dan 16 Maret 2007)

Thursday, March 8, 2007

Seputar Rumah Sakit (lanjutan)

Hitam putih atau berwarna bu dokter?


Ini pas foto dr Cipto Mangunkusumo lho!! Asli.......


Foto rontgen menjadi salah satu andalan kami, spesialis rehabilitasi medik untuk menentukan program. Dalam percakapan sehari-hari, foto rontgen atau foto sinar tembus disingkat dengan ’foto’ saja. Nah, disinilah kisahnya. Saat awal-awal saya praktek, seorang ibu usialimapuluhtahunan datang dengan sakit pada lutut. Setelah menanyakan riwayat perjalanan penyakitnya, yang lazim kita sebut anamnesa, dan pemeriksaan lutunya, saya tanyakan ”Bu, sudah di foto?”.( tentu yang saya maksud foto rontgen lutut). Si ibu menjawab :’ sudah”. Kemudian saya menjelaskan, ibu , hari ini saya berikan program sementara, ya Bu besok mohon singgah lagi, membawa fotonya, sehingga program bisa saya sesuaikan ”. Datanglah si ibu keesokan harinya, dan menyodorkan 2 foto, ”dokter mau hitam putih atau berwarna” ? Bingunglah saya ????

Eh, belum jera juga, beberapa waktu kemudian, istilah foto tetap saya gunakan untuk foto rontgen. . beliaunya, pasien baru saat itu,juga saya minta membawa foto esoknya. Kali ini kesalahan lebih cepat terdeteksi. Sampai di pintu kettika akan meninggalkan kamar praktek saya, beliau membalik ” Dok, mau ukuran berapa?” Nah, lho................................

Jakarta, 14 februari 2007


"Foto lama"

Kisah yang lain, di ceriterakan oleh dr Rien, seorang radiolog. Seorang pasien diminta dokternya melakukan rotngen ulang. Pada pengantarnya ditulis : Foto lama terlampir. Petugas penerimaan di loket, setelah membaca permintaan dokter, menanyakan : Bawa foto lama , pak ? Si bapak, dengan segera membuka dompet, mengeluarkan foto, kemudian menyerahkan foto, : Ada, tetapi belum terlalu lama......

Petugas rontgen bingung, yang di harapkan foto rontgen dada yang lalu, yang diserahkan pasfoto, memakai peci.......

Pak, mohon maaf. Rontgen yang lama diperlukan untuk melihat perkembangan penyakit bapak.......,


Jakarta, 8 Maret 2007

Wednesday, March 7, 2007

Indonesia - dalam cakupan Pasific Ring of Fire

Baru saja selesai acara di SCTV dipandu Rosiana Silalahi :topik Minggu ini. Setelah membahas musibah Garuda, pembahasan beralih ke gempa di Sumatra Barat. Saya teringat presentasi dr Wijaya Laksmi, saat pemilihan kandidat Kepala Departemen Rehabilitasi Medik. Awal presentasinya menampilkan Pasifik Ring of Fire. Saya segera membuka Wikipedia, dan menemukan image yang saya tampilkan di atas. saya kutipkan di bawah ini:


The Pacific Ring of Fire is a zone of frequent earthquakes and volcanic eruptions encircling the basin of the Pacific Ocean. In a 40,000 km horseshoe shape, it is associated with a nearly continuous series of oceanic trenches, island arcs, and volcanic mountain ranges and/or plate movements. It is sometimes called the circum-Pacific belt or the circum-Pacific seismic belt.

90% of the world's earthquakes and 81% of the world's largest earthquakes occur along the Ring of Fire. The next most seismic region (5–6% of earthquakes and 17% of the world's largest earthquakes) is the Alpide belt which extends from Java to Sumatra through the Himalayas, the Mediterranean, and out into the Atlantic. The Mid-Atlantic Ridge is the third most prominent earthquake belt.

Indonesia terasuk salah satu dari 35 negara yang termasuk dalam list 35 negara yang tercakup dalam Pasific Ring of Fire. Saat wawancara dengan gubernur Sumatra Barat , gubernur mengungkapkan regulasi pemerintah daerah untuk bangunan tahan gempa, karena terbukti bangunan yang sesuai dengan persyaratan gempa tidak mengalami kerusakan.

Kita punya pengalaman dengan gempa di Jogya, saat di hadapkan pada banyaknya kasus cedera tulang belakang. Para dokter yang tergabung dalam Perhimpunan Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik telah mempunyai panduan penanganan. barangkali saatnya untuk mensosialisasikan lebih luas.

dr Rosiana, saran anda kami tunggu.........

Jakarta, 8 Maret 2007- dinihari





SEPUTAR RUMAH SAKIT

Banyak kisah di rumah sakit yang bisa menjadi hiburan di tengah kelelahan pekerjaan. kisah ini ada yang saya alami sendiri, ataupun kisah dari teman. Mau menambahkan? Silahkan.


LORONG SESAT


Yang sering datang ke RSCM memang lorong nya cukup “bersahabat”. Tetapi bagi pasien dan keluarga , bisa menjadi lorong yang menyesatkan. Sangat sering kalau berjalan di lorong kita akan di tanya arah oleh para pendatang. Nah, maksud hati menolong, saya pernah ”di marahi”.

Berjumpa di sekitar Patologi Klinik saat ini,sekelompok bapak menanyakan arah ke poli Penyakit Dalam. Karena kebetulan saya akan ke departemen Rehabilitasi Medik, saya ajak serta saja. Diantara IGD dan perempatan Radiologi saya di ” marahi” . Dok, bukan ini jalannya. Saya berhenti dan sambil setengah tertawa saya jawab: Pak, (saat itu) sayasudah bekerja disini hampir 10 tahun, percaya deh”. Para bapak mengikuti sambil setengah bersungut. Setelah di depan radioplogi , dekat lorong menuju poliklinik, tersenyumlah para beliau: Eh, iya dok, betuuuuul. Terima kasih.

He he

Jakarta, 5 Maret 2007

“Bezoek”

Tulisan ini terdapat di RS Hasan Sadikin, Bandung. Rupanya meskipun sudah lama ditinggal para “LONDO”, sepotong bahasanya tetap melekat . Pendek dan komunikatif: "Bezoek"

Coba diberi bahasa resmi:

PINTU MASUK UNTUK MENGUNJUNGI PASIEN MELALUI BASEMENT.

Wah , bikin spanduk dong. Boros papan, cat, dan pendukung lain.

Lha , basement itu bahasa Inggris ya?

Foto ini diambil dari mobil oleh anak saya , yang heran dengan tulisan “BEZOEK”.

Anak saya sempat mau mencari bahasa apa itu ”BEZOEK”

Dia kan lahir tahun 1989, "genuine" lahir era Indonesia merdeka. Tak tau dia......

Jakarta, 7 Maret 2005


............BREBES

Meskipun gambar yang saya sajikan bawang merah, tetapi kisahnya jauh dari bawang. kisah ini saya dapat dari dr Rien, spesialis RS Pelni. Yang sering berobat ke rumah sakit pasti bisa membayangkan ribetnya megurus Askes, dengan berlembar foto copyan yang harus di buat. alkisah , seorang bapak menyerahkan foto copy surat-surat yang diperlukan kepada petugas Askes. Petugas Askes menanyakan surat- surat yang asli. Kira-kira begini pertanyaannya : Aslinya mana, Pak? dengan ramah.
Jawaban si Bapak : Brebes..................Bingunglah petugas Askes kita.
He he, rupanya si bapak mengira petugas yang ramah itu menanyakan beliau berasal dari mana.


Monday, March 5, 2007

Soft skills dan “kepatutan” yang berlaku

Chrisye menjadi legenda karena soft skills yang bagus


Hari Rabu, 28 Februari, dalam rangka Dies natalis ke 57 Universitas Indonesia 2007, dekanat Fakultas Kedokteran mengundang ibu Dr. Ir. Illah Sailah MS. dari IPB berbicara dengan topik ”Peran Soft Skills dalam Pendidikan Dokter”. Saya baca undangan mencakup semua jajaran staf pengajar dan juga mahasiswa.

Apa itu soft skills? Dari paparan yang disampaikan, saya menangkap soft skills itu adalh sikap dasar perilaku. Di Malaysia, menurut Ibu Illah, jujur dan 4 hal lain merupakan soft skills yang perlu untuk anak-anak dan akan menjadi tumpuan soft skills yang lain. Pihak pimpinan FKUI memandang perlunya soft skliis diberikan pada mahasiswa, untuk bekal terjun di rimba kehidupan. Dari tanya jawab, tertangkap bahwa soft skills sesungguhnya merupakan tanggung jawab ”pendidik” mulai TK hingga perguruan tinggi. Saya beri tanda petik pada pendidik, karena saya menarik lebih ke belakang lagi, pendidikan di rumah. Sesungguhnya bukannya tidak disadari pendidikan dimulai dalam kandungan, ibu hamil mendengarkan musik, mengajak anak bercakap, namun sekilas yang nampak tujuan utamanya nilai akademis yang tinggi.

Saya hanya ingin berbagi tentang pengalaman saya mengasuh dua orang anak saya. Saat saya ingin perkembangan perilaku (yang bahasa kerennya soft skills)-nya baik, yang dihargai di sekolah nilai akademiknya.

Saya mempunyai 2 orang anak, yang pertama perempuan , dan yang bungsu laki-laki. Yang perempuan ranking satu sejak taman kanak-kanak (ini dia, taman kanak-kanak saja ada rankingnya), sangat diterima lingkungan sekolahnya. Guru, teman, semua menyanjung, karena anak saya menghasilkan piala juga untuk berbagai lomba, yang tentu saja menjadi kebanggaan sekolahnya. Entah mengapa, meskipun anak saya yang kedua tidak ”nakal”, sangat manis untuk anak laki-laki, saya mendapat laporan tahunan alias rapor yang mencatat C untuk kemampuan berimaginasi, dan juga untuk hal lain. Setahu saya, anak saya ini daya khayalnya tinggi, bahasa tuturnya baik , dan dengan bahasa Indonesia yang baku. Persepsi yang berbeda ini berjalan terus hingga anak saya duduk di SMP.

Anak saya yang pertama dan kedua berbeda usia 5 tahun, dan merupakan anak mahal dalam arti kata sesungguhnya dan kiasan. Saya harus berbaring penuh 7 minggu agar bisa dipertahankan dalam kandungan. Riwayat itu pula yang membuat saya mewaspadai kemampuan akademisnya. Pertama kali saat usia mendekati lima tahun saya bawa ke Lembaga Psikologi Terapan di Salemba. Psikolog yang saya jumpai sengaja yang belum mengenal saya. Jawabannya, anak saya OK, konsentrasi bagus, dan lain-lain. Tapi tetap saja nilai yang didapat tak sesuai dengan ”kemampuan” yang didapat dari hasil test psikologi. Hal ini berlanjut hingga ke bangku SMP.

Kisah anak saya yang perempuan, nilainya selalu bagus, tetapi beberapa soft skills di rumah menurut saya kurang berkembang. Di sekolah, anak saya yang perempuan, selain akademik , soft skills-nya di puji para guru .

Solusinya, saat masuk fakultas kedokteran, saya mengatakan kepada anak perempuan saya, ”OK, kamu tidak harus mengejar nilai yang terbaik seperti saat di bangku TK hingga SMA. Tapi, harus ada kompensasi kegiatan di luar bidang akademik yang formal.” Sekarang, menurut saya, soft skills-nya sangat bagus, di rumah maupun pada pergaulan. Mengikuti berbagai kegiatan di kampus hingga pernah menjadi Regional Chairperson (ketua) Indonesia untuk suatu perhimpunan mahasiswa kedokteran se-Asia Pasifik, hingga ikut Pemilihan Abang & None Jakarta (masuk final lho!).

Adiknya, yang dari taman kanak-kanak hingga SMP , mengikuti sekolah kakaknya, sehingga selalu dibandingkan dengan kakaknya, saya pindah ke sekolah International (berbahasa pengantar Bahasa Inggris) dengan basis pengajaran mandiri. Anak saya sekarang juga berkembang, belajar dengan sangat mandiri, menemukan jati dirinya , karena tidak dibandingkan, dan dihargai pendapatnya. Nilainya tak sebagus kakaknya, namun ternyata itu bagian dari strateginya. Hidupnya santai dan nyaman.

Saat ini si adik sudah lulus dari senior high school versi Australia, tetapi karena dia ingin masuk fakultas kedokteran, dia mengikuti persiapan ujian nasional. Si adik sudah diterima di fakultas kedokteran swasta pada gelombang pertama. Keduanya sekarang bekerja sama dengan baik, membantu saya praktek di rumah, yang baru saja saya rintis kembali setahun ini.

Mengapa pada judul saya tulis juga ”kepatutan yang berlaku”? Ibu Illah mencontohkan, saat ini bila kita duduk dengan kaki di meja, sambil bicara dengan mahasiswa, seperti di negaranya Pak Bush, sangat tidak patut di mata kita. Saya bekerja juga di rumah sakit BUMN. Yang saya senangi adalah keramahan yang terasa (saat saya awal masuk). Ucapan selamat pagi, siang, ataupun malam, terus di ucapkan dengan senyum, berapa kali pun berjumpa di lorong rumah sakit. Namun saya amati (dan juga yang bersama saya sejak tempo dulu), kini, tak ada senyum dan tegur sapa se-intense dulu lagi.

Saya tidak menyimak dengan baik kasus NewsDotCom MetroTV , tetapi contoh yang dikemukakan semalam (Minggu, 4 Maret 2007), : George Bush, yang dikenal arogan tidak apa-apa di-parodi-kan. Jadi NewsDotCom MetroTV minta Presiden RI, SBY terima saja di-parodi-kan. Berarti yang diterapkan di sini adalah ukuran kepatutan versi Amerika.

Nah, bagaimana pengalaman anda? Mau berbagi dengan saya ? Komentar anda saya tunggu ya..

Sunday, March 4, 2007

TIDAK PUSING ?

Inginnya berkomunikasi dengan anak dengan baik. Anak saya yang pertama sudah berusia 4 tahun kala saya hamil ke dua. Saya belikan buku mengapa begini, mengapa begitu. Buku yang pertama saya berikan mengenai anak dalam rahim. Yang dicermati gambar bayi dalam rahimdengan posisi kepala di bawah. Anak saya bernama Olly.

Olly bertanya :”Adik di perut mama, kepalanya di bawah gini”.

Saya jawab : "Iya."

Olly: "Engga pusing?"

Nah lho, bingunglah saya bagaimana menjawabnya.

"SEBELAS JARI" = TERAPI CARPAL TUNNEL SYNDROME?

Pagi ini dalam perjalanan ke Bandung anak saya mengeluh tangannya kesemutan . anak saya memang beberapa hari ini bekerja banyak dengan komputer. masing-masing kami (suami, saya , dan dua anak ) mempunyai lap-top, jadi selalu ”kembali ke Lap-top”. Bahkan sebelum era Tukul Arwana.

Kami sedang mengawali membuat blog, terbayang donk, antusias kami masing-masing memelihara blog kami, surfing, menyiapkan naskah. Kelebihan anak saya, si none ini menggunakan sepuluh jari. Cepat sih, dibandingkan saya yang sebelas jari, sambil mikir pula Tapi bonusnya ” kesemutan”, yang merupakan salah satu gejala Carpal Tunnel Syndrome . Saya tidak, saya pakai ”sebelas jari”, jadi tidak memberikan gerakan ritmis berulang yang mencederai pergelangan .

He he, barangkali , : mengetik sebelas jari”. Bisa = terapi carpal tunnel syndrome?

Diteliti yuk !!!

Yang masih bingung apa itu Carpal Tunnel Syndrome, silakan kunjungi http://rehab-med.blogspot.com . Ada dongeng tentang Carpal Tunnel Syndrome.



APALAH ARTI SEBUAH NAMA (?)


Shakespeare menjadi rujukan bila ada masalah dengan nama. Tapi asyiiik juga lho, mengamati berbagai peristiwa karena nama

Tong Setan

Sejak masa dulu, saat perpeloncoan mahasiswa, entah apapun namanya sekarang, nama kita bisa berganti. Seorang teman mandapat nama “Tong Setan “, dan sepanjang perjalanan perkuliahan nama itu tetap disandangnya . Beberapa hari setelah wisuda, Tong Setan berkunjung ke rumah, dan berjumpa dengan ibu saya . kebetulan saya sedang pergi, Tong tercinta meninipkan pesan : Sampaikan saja , tante. Saya, Tong Setan, nah, kebayang engga gelinya ibu saya, dokter baru, memperkenalkan diri sebagai Tong Setan! Ibu saya tak bisa menyahut, hanya segera masuk rumah , dan tertawa geli. Yang hebatnya lagi, saya juga lupa nama aslinya. Saat saya sudah menikah dan menpunyai 2 anak, kami berjumpa di bandara Ngurah Rai Denpasar. Saat akan memperkenalkan dengan suami saya , terpaksa saya menanyakan dulu namanya. He he. Kalau tak salah sekarang ”Tong Setan ” sudah menjadi spesialis andrologi di Surabaya.

Apa kabar Tong Setan ?

Basiyo

Nah, ini juga hebat. Saat saya kuliah, nama komedian radio terkenal ”Basiyo”. Satu senior saya menyandang nama tersebut, dan lebih populer dibandingkan nama asli. Sekarang beliau seorang rektor universitas negri favorit di Semarang. Di antara kami , beliau tetap ”Basiyo ” tercinta. He he.




Gori

Yang satu lagi, nama indahnya ”Gori”, saya lupa bagaimana kisahnya. Beliau sekarang spesialis kebidanan dan kandungan di rs pemerintah di Jakarta. Nah, bahkan istrinya, yang merupakan yunor saya, hingga saat ini, kabarnya , dalam percakapan sehari-hari, menyebut suaminya sebagi ” mas Gori”. (Gori= nangka muda. Nangka muda, memang enak kok, apalagi kalau jadi gudeg ya).

Jakarta, 28 januari 2007


ABUD


Nama rupanya tidak selalu mencermiinkan ras atau suku. Besan ipar saya , bernama pak Rahmat, Jawa ? bukan, Batak . Nah, berikut ini dongeng nama teman anak saya. Bertahun nama Abud beredar di rumah bersama dengan nama-nama lain. Anak saya memang selalu menceriterakan setiap aktivitasnya dan dengan siapa beraktivitas, hingga seolah saya sudah mengenal akrab semua anak saya. Khusus untuk Abud, setiap anak saya berceritera dan menyebut nama Abud, terbayang lah sosok Arab muda. Nah, alkisah , banjir yang mengguyur Jakarta 3 hari menyebabkan seluruh aktivitas di rumah. Saat anak saya membuka situs friendster-nya , lho, kok yang namanya Abud fotonya jauh dari Arab? Eh, saat saya merapikan meja, terbaca katu nama : Aditya Budi. He he, disitulah A (ditya) Bud (i) rupanya berasal! Apa kabar (wan) Abud.

Selamat ya untuk Aditya Budi, S.Si, S.Kom!
Jakarta, 4 Februari 2007



Tila alias Pahing

Anak saya penyayang binatang, ini agaknya dikenali para kucing liar di sekitar rumah. Mereka sering “menyasarkan “ diri ke rumah, dan dengan senang hati anak saya memelihara. Yang terbaru hadir hari minggu 4 februari 2007, saat banjir melanda Jakarta. Ditemukan pembantu saya,seekor anak kucing, kehujanan, kedinginan, di bawa masuk kerumah. Mulailah kesibukan mencari nama. Pertama kali diberi nama Yudith, mengikuti nama penyiar radio swasta (?). Akhirnya , senin 5 februari 2007 di putusan namanya ”Tequila”, di panggilnya ”Tila”.
Dengan segera nama itu di kumandangkan. Nah, pembantu kami yang berusia 16 tahun protes. ”kucing kok namanya keren amat. Saya saja namanya Atun ” He he. Mau tahu nama yang diusulkan ? Si Pahing. Alasannya.” Diketemukannya kan minggu pahing , bu. Ya, si Pahing saja” Atun rupanya berkeberatan kalau namanya kalah keren.


Jakarta, 5 Februari 2007