Friday, December 31, 2010

Wayang orang Bharata- dalam gambar



















Wayang mbelingnya Nury: Wangsa Bharata






Menanti pergantian tahun sambil nonton wayang orang ke , membuat saya ingin mengacak-acak sedikit dongeng versi pakemnya, atau kerennya menganalisa. Wangsa di sini diartikan sebagai keturunan, kerennya dinasti mungkin. He , he… Kisah di mulai saat Dewi Durgandini, alias Roro Amis saat masih menyandang sakit, keringatnya berbau amis, bertemu dan disembuhkan raden Palasara. Menepati sumpahnya, Dewi Durgandini menjadi istri penyembuhnya , yaitu Raden Palasara, dan hasil sumpah menurunkan Abiyasa. Dewi Durgandini juga ber puta empat orang lagi , yang lahir dari “penyakitnya” yang dimakan binatang air. Gampang ya, punya anak. Enaknya Dewi Durgandini, Abiyasa diserahkan ke ayahndanya, yang ingin pulang ke Sapta Arga, sedangkan yang empat lagi di serahkan kakandanya, di besarkan di Wiratha, kerajaan ayahnda Dewi Durgandini. Dewi Durgandini sendiri tetap bertapa dipinggir samudra sambil bekerja sebagai tukang satang (penyeberang menggunakan perahu).

Suasana mulai rusak saat Prabu Sentanu dari kerjaan Hastina yang sedang mencari permaisuri berjumpa dengan Dewi Durgandini, mulailah sumpah dan sumpah di adu. Prabu Sentanu mencari permaisuri, sesungguhnya hanya ingin mencarikan ibu bagi putra semata wayangnya dengan Btari Hangga (?). Pangeran Dewabrata dipastikan Prabu Sentanu untuk menggantikan menjadi raja Hastina, dengan sumpah. Prabu Sentanu yang terpesona oleh kecantikan Dewi Durgandini sontak melamar Dewi Durgandini, dan memaksakan kehendaknya meski Dewi Durgandini menyebutkan, sudah menjadi istri Palasara. Dewi Durgandini mengajukan syarat, saya berfikir, apa ini setengah menolak ya, atau biar kesannya sukar diraih, lha syaratnya bila jadi permaisuri Hastina, bila mempunyai keturunan laki-laki, harus jadi raja Hastina. He he, serunya Dewabrata rela menyerahkan tahtanya dan karena Dewi Durgandini ragu, takut kelak keturunan Dewabrata akan mengusik tahta, Dewabrata bersumpah tidak akan menikah. Seperti layaknya sumpah (dilingkungan pewayangan), diucapkan dengan minta kesaksian para dewa dan seisi bumi.


Memperpendek kisah, lahir dua putra laki-laki Prabu Sentanu dengan Dewi Durgandini, Citragada dan Citrawirya, dan salah satunya menjadi raja Hastina. Cerita lanjut, prabu Sentanu sudah tidak muncul di panggung. Dewabrata memang kakak yang baik, sudah jadi resi, mencarikan istri kedua adiknya, berhasil memboyong tiga putri, dua Dewi Ambika dan Dewi Ambalika untuk ke dua asiknya, yang satu, Dewi Amba, maunya ngikut Dewabrata. Dewabrata menjelaskan sumpahnya, namun Dewi Amba nekat, akhirnya Dewi Amba tak sengaja terbunuh oleh Dewabrata, biar seru, tampah satu sumpah lagi, sebelum meninggal Dewi Amba bersumpah, kelak Bhratayudha, akan menjemput sang Dewabrata. Sumpahnya sudah tiga ya.

Pada Dewa (ternyata) kebingungan dengan segenap sumpah, salah seorang dewa turun ke bumi , menjelma menjadi Gandarwaraja, mengamuk di Hastina, dan menewaskan Citragada dan Citrawirya. Btara Citra(?) menyampaikan kepada Dewabrata, ke dua Citra ditumpas karena yang berhak atas penerus wangsa Bhrata ya Dewabrata, mungkin berdasarkan urutan file sumpah di kantor para dewa. Dewabrata menjelaskan sumpahnya kepada utusan petinggi dewa, sang dewa utusan bingung, juklaknya (mungkin) ngga sampai bagaimana mengeliminir sumpah tidak akan menikahnya Dewabrata, sang dewa cepat-cepat pulang ke kahyangan (sebelum malu ngga bisa mengatasi masalah). Wangsa Bhrata terancam punah, Dewi Durgandini sedih, cita-citanya nampaknya tak terlaksana, namun Dewabrata memberi solusi. Dewi Durgandini diingatkan masih punya putra lelaki, Abiyasa. Nah, terkisah Abiyasa menjadi suami pengganti untuk dua istri saudara lain ayahnya, dan dari masing-masing putri lahir Destarastra dan Pandudewanata. Lha, ini sesungguhnya kan wangsa Bharata naturalisasi ya, kan ayah Abiyasa, Palasara, bukan wangsa Bharata. Dewi Durgandini.tercapai cita-citanya, putranya jadi raja Hastina, namun perebutan tahta justru terjadi antata keturunan ke dua cucu Dewi Durgandini. Kalau para dewa tidak jail menewaskan Citragada dan Citrawirya, keturunan Bharata tidak perlu naturalisasi dan tidak ada perang antar keturunan wangsa Bharata naturalisasi.

Nah, ternyata Bharatayudha, itu rekayasa para dewa ya, dan proyek naturalisasi rupanya sudah lama ada.

Jangan dipikir serius , ini wayang mbelingnya Nury. Mau yang bener, silahkan nonton di Gedung kesenian Wayang Orang Bharata, jalan Kalilio Senen-jakarta Pusat. Gampang pesen ticketnya, bisa sms Gampang pesen ticketnya, bisa sms Pak Yunus, 08561211842ada FB nya juga.

Selamat tahun baru 2011.

Batik-batik almarhummah Ibu






Sunday, December 26, 2010

“Supporter ” adalah raja. (PSSI bilang:) Kata siapa….?


Saya bukan penggila bola, sedikit terseret karena mendapati bola bisa mempersatukan banyak orang dengan berbagai masalah dan kepentingan. Senang saja saat segala atribut berwarna merah putih marak, bahkan di gang kecil dekat rumah saya dan Garuda di Dadaku menggema, terasa sukacita dan cinta masyarakat Indonesia. Bola tanpa supporter seperti cinta yang bertepuk sebelah tangan, sayangnya pengurus PSSI tidak mampu merawat cinta. Ketika pacar tercinta bersimpuh di sekitar GBK, “isuk utuk-utuk” bahasa Jawanya, ketika subuh baru usai, hanya hitungan keuntungan yang dilihat. Atrian manusia tanpa arah, bingung loket mana yang dibuka, lapar dan haus ditahan, takut posisi antre diambil alih orang lain, menyebabkan emosi mudah tersulut. Kompas menuliskan ketua komisi keamanan PSSI menyebut rendahnya kesadaran warga untuk tertib penyebab kericuhan.

Ketidak tertiban tejadi karena ketidak pastian, mulai dari ketidak pastian loket mana yang buka, berapa jatah tiap orang dan entah ketidak pastian apa lagi. Supporter dari berbagai kota, tempat terbatas, sudah ada saran untuk menjual ticket pada beberapa kota, tidak ditanggapi. Senangnya kok menyiksa supporter, bukan berupaya memberikan kenyamanan. Seorang supporte pada liputan televise swasta tampak tertawa gemes sambil mengacungkan uang mengatakan : “Bawa duit ini, cash, ngga ngutang”. Apa yang kau cari PSSI? Untung? Bukannya jadi bunting (nantinya).

Hiks…. (istilah menangis dalam bahasa online)………………………..

Menangislah supporter ku, bawa duit cash? Emangnya gua pikirin......…..


Sunday, November 28, 2010

Hari Guru


Kartu dari para "murid" . Terima kasih.....

Tuesday, November 16, 2010

Ketika Nury pergi haji.


Idul Adha , jadi ingat saat menunaikan ibadah haji tahun 2002. Sesungguhnya bisa berhaji sekitar akhir tahun 1980, hadiah dokter teladan yang tidak saya gunakan, namun hadiah tersebut menyebabkan saya menyiapkan mental cukup lama sebelum akhirnya pergi bersama suami pada tahun 2002. Saya beruntung dapat kisah-kisah dari tanah yang konon semua perbuatan kita akan diberi ganjaran kontan langsung.

Seorang ibu tetangga menceriterakan, dihari pertama kedatangannya di Tanah Suci, saat shlolat bersebelahan dengan seorang berbadan besar, bekulit hitam, dan (maaf) jauh dari semerbak. Bu Murcil, begitu sulung saya memanggilnya, membatin : bau amat ya. Nah, sepanjang hayat bu Murcil di Tanah suci, setiap kali sholat, teman hitamnya menyertai.

Lain lagi dongengnya salah seorang sahabat saya, beruntung dapat hotel yang sat itu dikatakan sehalaman dengan mesjid, namun tidak mendapat tempat di dalam mesjid. Usut punya usuy, ditengarai teman saya yang manis ini saat di Indonesia selalu membuat para teman berdebar, karena pada acara yang sangat pentingpun datangnya menit terakhir, bahkan terlambat “sedikit”. Salah seorang lagi, tepat menjelang suatu sholat wajib dilaksanakan, saat membentangkan sajadah, ujing depan terlipat. Teman saya dengan santai membetulkan dengan kaki, lha, sepanjang sholat kakinya kram pada posisi membetulkan sajadah !

Kisah-kisah tersebut membuat saya berhobby minta maaf, sejak akhir tahun 1980 an, dan sebelum saya berangkat doa saya agar Allah memberikan ke lima pancaindra saya mampu mengubah semuanya jadi indah. Mata melihat yag indah-indah, telinga mendengar yang indah-indah, hidung membaui yang harum-harum (seandainya tidak harum ya jadi harum), lidah selain dijaga tutur kata, apa yang dihidangkan oke saja, yang penting sehat; kulit, wah yang ini kok ngga ada doa permintaan saya ya.

Nah yang terjadi, saya seperti wisata saja saat berhaji, terkagum-kagum melihat mukena atau baju-baju muslim terutama yang dari Afrika, bagus-bagus, warna – warni, semua harum, dan selalu ada tempat untuk saya didalam mesjid dalam situasi apapaun. Telinga selalu mendengar azan yang disampaikan dengan suara indah, makanan oke-oke semua.Ada kisah yang saya alami, saat keluar masjid, di depan loker sepatu- sandal, seorang ibu sepuh meminta air Zam-Zam dalam plastik yang saya pegang, tentu saja sudah saya minum sebagian. Terbiasa memberikan, kalau ada yang meminta sesuatu yang saya miliki, spontan saya sorongkan tanpa befikir dua kali. Setelah berjalan jauh saya baru sadar, lho, air Zam-zam kan ibaratnya buat mandi guyur-guyur bisa kok air minum saya, yang sakipet diminta ya? Setelah di tanah Air saat saya cerita kepada seorang teman, teman saya yang bijak tersenyum arif. Teman saya bercerita, saat berhaji, ada kawannya mengisi botol air minumnya dengan air Zm-Zam, saat ada yang meminta, tidak diberikan, dikala akan diminum….., botolnya kosong tanpa bekas tumpah. Allahu Akbar.

Ada lagi yang ingin saya bagikan, hari pertama di tanah Suci, Madinah tepatnya,saya mendapat kamar untuk bertiga. Saat di pesawat menuju Tanah Suci, salah seorang ibu teman sekamar dengan jelas mengatakan kepada kami berdua, kalau tidur lampu harus mati, dan kalau beliau belum bangun, lampu ngga boleh dinyalakan. Saya dan teman satu lagi tak bermasalah, terbiasa mengemas baju dalam satu kemasan, saya memang mengemas baju saja lengkat satu set, sehingga saat mandi, tinggal ambil satu kemasan, tanpa perlu menyalakan lampu. Allah berkehendak lain, menjelang lohor, saat kembali ke hotel, setelah berkeliling seputar Madinah antara lain makam Baqi, teman kami saat turun dari bus, terpeleset dan terjepit di antara bis dan pagar besi. Saya dan teman setelah memastikan beliaunya tak ada yang yang patah, lari ke mesjid Nabawi, memohonkan ampun. Selanjutnya teman kami tidak sekamar lagi dengan kami, karena perlu penanganan khusus, dan berkursi roda sepanjang menjalankan ibadah.

Allah Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana, tiada sesuatu terjadi tanpa ijin Nya.


Taqabalallah minna wa minkum, siyamana wa siyamakum, ,


SELAMAT HARI RAYA IDUL ADHA 1413 H, minal aidin walfaizin mohon maaf lahir bathin


Monday, November 15, 2010

Bakti untuk Negri

Terkabar di Sabtu dinihari, 14 November 2010, lewat BBM seorang teman, RS Sardjito Jogya memerlukan 25 kursi roda untuk korban sengatan wedus gembel yang terpaksa kehilangan anggota gerak bawah ataupun anggota gerak bawah tak bisa berfungsi.

Harga kursi roda didapat sekitar pk 13, Dana mulai di galang, dan 16 jam kemudian terpenuhi dana untuk 25 kursi roda.


Terima kasih para sahabat, kerabat, handai taulan dan murid saya tercinta. Bantuan diberangkatkan ke Jogya Minggu 15 November 2010 sekitar pk 17.