Sunday, March 27, 2011

Asinan Gedong Dalam- Bogor.


Hari Minggu ke dua di bulan Maret ini, ke Puncak ngga jadi, karena macet, dan tak ada kepastian terurainya berapa jam lagi, sudah mulai lapar, mobil balik dan menuju Bogor saja , yang pasti tujuan utama mencari “sarapan” plus bawaan wajib, asinan Gedong Dalam. Untuk mencapai lokasi, keluar tol Bogor, belok kiri, jalan Barangsiang. Asisten wara-wiri khusus Minggu segera menuju jalur palin kanan, karena nantinya harus berbalik arah. Pos Pemadam kebakaran menjadi patokan balik arah, setelah balik arah, mobil diarahkan paling kiri, karena belokan pertama merupakan belokan menuju lokasi asinan Gedong Dalam.

Saat terpikir Gedong dalam, terbayang antri membeli asinan, ekornya sampai ke luar gerai, dan makannya disisi dalam, sambil (bisa) melihat asinan disiapkan. Saat mobil parkir di tempat biasa, dekat gepuk Karuhun jalan Sukasari, turun dari mobil, lho, kok terpandang bangunan baru, dan mengenali logonya, Logo Gedong Dalam. Kami segera menyeberang jalan, segera tampak ruang yang lebih luas dari gerai yang lama. Gerai yang terkesan “gres”, ternyata baru dibuka dua bulan menurut empunya, yang kebetulan saya jumpai sedang sarapan, tepatnya lebaran haji, menurut seorang karyawan. Terbuka pada ke tiga sisinya, ruang tanpa pendingin ruangan dituliskan mempunyai fasilitas wi-fi gratis. Ho, (barangkali) siap dengan tamu yang akan lama duduk.

Nuasa di dominasi warna merah, sajiannya ditambah dengan aneka kopi dan gelato, selain lunpia, nasi goreng. Saya tidak ingat, apakah kopi dan segala lunpia ada dalam menu saat di tempat lama, namun gelatonya pastinya baru saya lihat. Asinan dan camilan lain di letakkan pada sisi dalam, pada tempat seperti supermarket yang menyediakan buah pada umumnya. Pada rak, selain asinan, tersedia aneka buah lain termasuk jeruk dan buah naga. Untuk makan di tempat dan yang di bawa pulang, kasirnya terpisah.

Kami memesan soto mie , asinan sayur, dan cincau hijau, plus es campur. He, saya suka es yang diserut. Asinan sayur disajikan dengan disertai kerupuk. Sambil menikmati hidangan saya mengamati pengunjung. Saat kami datang masih sekitar pk 10, beberapa pengunjung dengan baju olah raga datang dan hanya membawa pulang.

Pada penelusuran google, yang terkadang tampil sebagai Gedong dalam, terkadang Gedong dalem, terbaca usaha ini merupakan usaha keluarga Kumala sejak tahun 1978. Ho, sudah lama juga. Seingat saya dulu pada sisi kiri dari arah Jakarta ada tulisan Kumala besar.

Sepupu mengatakan lokasi di Sukasari, pada plastik tertulis jalan Siliwangi. Saya cermati peta, tampak jalan Siliwangi, itu Sukasari mentok, kemudian ke kanan dan ke kirinya jalan Siliwangi, tempatnya sih disitu-situ saja.

Kami pulang berbekal asinan buah. Saat dibuka di rumah asinan buahnya terdiri bengkuang, jambu, salak, kedondong, nanas, dengan kuah merah segar. Segeerr…..

Wah, kalau gerainya nyaman bisa jadi acara rutin nih, ke Bogor- Gedong Dalam

Saturday, March 5, 2011

Nyeri pada leher- cervical syndrome ?


Kenzo (bukan nama sebenarnya), laki-laki, 28 tahun, datang dengan keluhan tak bisa tidur karena kesakitan pada leher yang menjalar ke lengan kiri hingga tangan kiri. Kenzo hanya bisa duduk, tidur berbaring dengan posisi apapun, akan memicu sakitnya. A..ha, ini yang dikenal sebagai cervical syndrome, suatu terminologi menggambarkan tanda dan gejala yang terjadi karena iritasi persyarafan cervical (leher) yang menyebabkan peradangan.


Anatomi dan persyarafan

Leher merupakan bagian tulang belakang yang paling tinggi, dan sifatnya yang khusus menopang kepala, menyebabkan komponennya harus cukup fleksibel. Seperti juga tulang belakang yang lain, tulang leher tediri atas dua bagian besar, depan dan belakang. Bagian depan / vertebra bodies merupakan unit fungsional, diantara dua badan vertebre terdapat bantalan yang bersifat sebagai peredam shock absorb, sedangkan bagian belakang dibentuk oleh arcus atau lengkung, dua prosesus transverses dan satu prosesus spinosus, serta sepasang sendi. Bagian belakang merupakan perlekatan otot dan ligament yang mendukung kepala dan leher, serta mengerakkan tulang belakang, tepatnya leher. Bagian tengah sisi belakang yang merupakan ronngga, dan mejadi semacam lorong dari leher hingga punggung bawah, terdapat yang dikenal sebagai badan dari syaraf pusat, berbentuk seperti ekor untuk otak. Pada tiap ruas antar ke dua tulang belakang, pada bagian depan terdapat bagian dari persyarafan yang disebut radix/ akar.


Persyarafan leher dan lengan merupakan gabungan tiga saraf cervical dan dua saraf kelompok thorakal, yang disebut sebagai plexus brachialis. Ke lima saraf anyam menyaman mempersyarafi leher, lengan hingga tangan. Setiap saraf merupakan gabungan akar (radix) yang bersifat penggerak dan perasa. Gangguan pada persyarafan menimbulkan gejala dan tanda sakit, gangguan perasaan hingga gangguan gerak. Gangguan persyarafan leher, sesuai dengan sifatnya, dapat menimbulkan gejala pada lengan dan tangan.


Bagaimana dengan Kenzo?

Kenzo merasakan sakit yang sangat, keluhan dan MRI (Magnetic Resonance Imaging) yang dibawa mengarah pada diagnose cervical syndrome. Nyeri pada Kenzo terpicu saat gerakan menengadah dan miring kanan dan kiri. MRI menegaskan dengan gambaran yang sesuai yaitu: spondylosis cervical, HNP cervical C5-C6 posterolateral, iritasi radix C6. Nyeri dirasakan hingga mencapai derajat nyeri 10 pada posisi tertentu. Saya dapati lengan yang teraba hangat dan jaringan yang teraba tegang. Kenzo sudah mendapat obat untuk menghilangkan rasa sakit yang bekerja pada saraf tepi maupun yang bekerja meredakan perasaan sakit pada saraf pusat. Saya menambahkan low power laser dan satu obat lagi untuk segera meredam peradangan. Nyeri berkurang setelah pemberian laser pertama, bisa tidur meski masih dalam posisi setengah duduk setelah laser ke dua, dan pada kunjungan ke tiga, lengan kiri sudah tidak teraba hangat dan ketegangan menurun. Laser ke empat diberikan setelah jeda dua hari, karena mempersiapkan neck collar rigid yang bisa disesuaikan ketinggiannya. Neck collar selain untuk membatasi gerak, juga mengistirahatkan otot yang tegang karena peradangan, serta nantinya berefek traksi atau tarikan yang meninggikan ruang antar dua tulang leher, sehingga mengurangi jepitan syaraf.


Pada Kenzo belum diberikan latihan untuk memperkuat otot, saat ini diperlukan meredakan peradangan dulu. Ini hari ke enam sejak Kenzo datang pertama kali. Saya berikan laser ke empat, sakit pada skala tiga, tetapi bila berjalan cepat dan lengan tergantung, nyeri menjadi tujuh. Jadi diharapkan Kenzo tidak menggantung lengan, karena akan berakibat seperti tarikan pada plexus brachialis, memicu radang kembali. Laser low power tepat untuk Kenzo, saat ini. Pada keadaan radang yang sedang terjadi (akut), tidak diharapkan pemberian sesuatu alat yang menimbulkan panas.

Pengobatan nyeri leher ditentukan penyebabnya, Pada Kenzo, penyebabnya peradangan pada akar syarat. Pemberian obat selain untuk meredakan nyeri, juga diutamakan meredakan peradangan. Terapi akan berbeda bila penyebabnya berbeda, namun pada dasarnya yang awal dapat dilakukan : “istirahat” kan leher dan ataupun lengan yang sakit. Bila dirasakan berdenyut, kompres dengan air dingin, tidak yang bersifat panas. Kenali gerakan leher kearah mana menjadi pemicu rasa sakit. Berbekal “dongeng” gejala dan tanda, disertai pemeriksaan penunjang, terapi dapat diberikan dengan tepat.




Friday, March 4, 2011

Nonton bareng wayang orang Bharata: Abimanyu Gugur











Mendapati sulung dan bungsu “tidak menolak” nonton wayang orang, ulang tahun ayahnya 26 Februari 2011, saya upayakan nonton wayang orang. Berempat terasa kurang rame, saya mulai awal Februari mencari tambahan peserta nonton. Mbak Melani dan mas Bayu merespon dengan cepat, ditambah kelompok teman, pak Deddy Iskandar dan Frando Gasparez, plus teman Frando, diajak Frando karena Frando mencari penejemah dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia.

Dunia segitu sempitnya, ternyata mbak Melani dan pak Deddy Iskandar berteman sejak lama. Karcis dipesan untuk 10 orang, pada deret E mendapat nomer 8 hingga 15. Sulung dan bungsu pada jajaran F. Saya mengambil kursi dekat lorong “privilege” saya, he he, agar bisa membuat foto. Sebelah kanan saya kosong, karena prof Santoso Cornain tak bisa hadir, kemudian ayah sulung dan bungsu, ke kanan, teman Frando yang ternyata gemar main ketoprak, lanjut Frando, pak Deddy, mbak Melani , mas Bayu. Saya amati semua sudah punya teman. Teman Frando berinteraksi baik dengan ayah sulung- bungsu dan Frando, pak Dedy dengan mbak Melani. Mas Bayu punya teman pada sisi kanannya yang nonton sendiri, saya lihat cukup akrab, pertunjukan belum mulai sudah bertukar kartu nama. Yakin semua nyaman, saya mencermati pertunjukan dan membuat foto tenang-tenang.

Pertunjukan dimulai sekitar pk 21, setelah tarian pembuka dimulai dengan jajaran Hastina. Serial Bhratayudha ini melanjutkan kisah sebelumnya , Bisma Gugur. Terkisah diperlukan penunjukan senapati baru, setelah Bisma gugur. Resi Durna bersedia menjadi senapati dengan menunjuk dua pengapit yaitu Prabu Gardapati dari Giripura dan prabu Wresaya dari Kasapta, murid-murid Begawan Durna. Mendengar di fihak Kurawa menempatkan Durna sebagai Senapati, difihak Pandawa menunjuk Drestajumena menjadi Senapati. Drestajumena adalah putera Pancala, adik kandung Wara Subadra. Arjuna dan Bima tidak bersedia ditunjuk Kresna menjadi senapati, karena tidak ingin melawan senapati Hastina, ke duanya juga murid resi Durna. Dalam menghadapi taktik Durna dengan Cakhrabuya, Drestajumena menggunakan Gelar Garuda Nglayang, Sayap kanan dan kiri Harjuna dan Bima, dengan pesan tak satupun dari anggota “badan” Garuda, boleh meningalkan formasi/ gelar tanpa ijin senapati. Mengenali kekuatan Pandawa pada ke dua sayap, pengapit senapati Hastina mendapat tugas untuk memancing Harjuna dan Bima meninggalkan gelar Garuda nglayang. Harjuna dan Bima terpancing meningalkan formasi, tercerita pasukan Pandawa porak poranda. Kresna menjumpai Senapati Pandawa, minta ijin meninggalkan gelar, mencari Bima. Sebelum meninggalkan gelar, Kresna memberitahu Gatutkaca, yang bisa memecah barisan Kurawa, hanya Abimanyu.


Terbanglah gatutkaca menuju keraton Wiratha. di Keraton Wiratha, Abimanyu yang kecewa karena tak dibawa serta dalam perang Baratayudha, sedang menunggui isterinya, Dewi Utari yang tengah mengandung. Ketidak ikut sertaan Abimanyu merupakan amanat Prabu Kresna, namun jiwa ksatria Abimanyu tak bisa menerima kenyataan bahwa dirinya harus berada di Keraton sementari ribuan prajurit lain mempertaruhkan hidupnya diKurusetra.

Kehadiran Gatutkaca di Keraton Wiratha guna menyampaikan titah Sri Kresna untuk memanggil Abimanyu agar bersama Gatutkaca menggantikan posisi Arjuna dan Werkudara yang meninggalkan posnya untuk menerima tantangan perang Prabu Gardapati dan Prabu Wresaya, merupakan kesempatan yang ditunggu-tunggu Abimanyu untuk bisa ikut bertempur di Kuruksetra. Ke dua istri abimanyu, Dewi Utari dan Dewi Siti Sundari tidak mampu mencegah kepergian Abimanyu. Abimanyu gugur di pertempuran.

Abimanyu berperang dengan mengendarai kereta dengan dua kuda. Ha, ini yang saya tunggu, “kuda-kudaan”. Tadinya saya agak kecewa, karena pada penampilan awal, pasukan Kurawa mengendarai kuda lumping. Kisah perang membuat pertunjukan disajikan dengan dinamis, gerak lambat hanya pada tarian di Keraton Wiratha. Ada adegan pasukan gugur ditumpuk-tumpuk, panah melayang-layang. Sulung saya agak khawatir saat ada adegan tumpukan prajurit yang diinjak, takut ada yang patah. Ke tiga punakawan tampil dengan guyonan yang menghibur, yang disampaikan tidak hanya saat pertengahan pertunjukan, tetapi disertakan pada beberapa adegan lain.

Sambil memfoto dan menonton saya mengamati penonton lain. Malam itu karcis sold out, banyak warga senior dengan rambut keperakan pada jajaran depan saya, remaja dan anak kecilpun ada. Aneka penggemar menyebabkan anekan hidangan. Mbak Melani dan mas Bayu, sudah menikmati nasi goreng dan mie goreng sebelum pertunjukan dimulai. Seorang ibu sisi kiri saya, membuka bekal, nasi lengkap dengan lauk. Persis di kiri saya, serombongan yang saat datangpun sudah dengan bungkusan besar makanan ringan, ditengah pertunjukan muncul pasokan (sepertinya) fast food lengkap dengan soft drink. Sudah makan dari rumah, dan teman lain juga sudah makan di rumah, saya memesan juice jambu, teh manis dan jeruk hangat untuk rombongan kami. Banyak yang memfoto, dan saya lihat ada yang mendokumentasikan pemeran tertentu. Ada suara anak kecil dari arah belakang saya : “Mama, jadi apa?” Ho, rupanya mengantar bundanya “main” wayang orang.

Upaya regenerasi disampaikan para punakawan, bahwa akan ada pertunjukan wayang orang yunior saat ulang tahun Bharata ke 39. Saya lupa, Juni atau Juli , direncanakan yang tertua seusia sekolah menengah atas. Mau menjadikan Brandon jadi Bagong dan mengundang Rimungkang! Semoga terlaksana.

Pertunjukan selesai sekitar pk 24. Mas Bayu sudah ngantuk berat. Kami berempat langsung ke padepokan pencak silat di taman Mini Indonesia Indah, karena ayah sulung-bungsu berperan sebagai saksi pernikahan keponakan pada pk 7 pagi, 27 Februari 2011. Bubar dengan agak heboh, karena Blacberry mbak Melani tercecer entah di mana. Saya tidak berhasil mengajak pak Berthold karena pak Berthold mengunjungi mertua, sedangkan pak Mimbar yang Jumat malam masih di Cepu, entah mengapa tidak berhasil bergabung.

Maret ini, 2011, tanggal 19 jatuh hari sabtu juga, ulang tahun ayah saya ke 89.

Nonton lagi, ngga ya?