Tuesday, December 31, 2013

Day 3- Home Sweet Home










Ananta Razak Harahap- cucu kami. Lahir 29 Desember 2013











“Saudara” cucu kami - Kakang kawah adi ari-ari




 
Urusan ari--ari  (plasenta)ini baru saya ingat 4 jam  menjelang kelahiran cucu kami, tepatnya pk 1 dini hari  29 Desember 2013, saat menantu menelfon, pembukaan 8-9. Hanya bertujuan melestarikan budaya Jawa, saya mulai bngung memikirkan kendil dan uborampe yang harus disertakan. Pada kelahiran anak-anak, almarhumah ibu yang mengatur. Sambil menunggu asisten wara-wiri yunior yang akan mengantar saya ke rumah sakit, saya mulai bertanya kepada asisten rumah tangga, “ada kendil?”. Juminah, asisten rumah tangga paling senior, yang sudah ikut kami sejak sulung berumur satu bulan menemukan kendil tanpa tutup. Mulailah saya mengingat- ingat apa yang mesti disertakan pada ari-ari saat di tanam, pensil, lengkap dengan serutannya, dan setip serta buku. Haduuuh…












..
Saya berangkat ke rumah sakit disertai bungsu, diantar asisten wara-wiri yunior. Sulung melahirkan pk 5.05, tercatat sebagai Minggu pahing. Ayah sulung menyusul sekitar pk 8 pagi, dan segera saya sampaikan masalah ari-ari. Ayah sulung meninggalkan rumah sakit sekitar pk 10.00  menggunakan taksi karena asisten wara-wiri senior dan yunior sedang repot. Rumah sakit tempat sulung melahirkan terletak dibilangan Jakarta Selatan, dekat pasar Mayestik. Suami menanyakan masalah kendil kepada sopir taksi, sang sopir taksi mengantarkan ke suatu tempat  yang ternyata menjual kendil lengkap dengan uborampenya, selain bunga, ada paket yang berisi beras, pinsil, buku tulis kecil, jarum dan benang, sisir, kaca, minyak wangi, sisir, selain kain putih pembungkus kendil.
 
Dalam pandangan tradisi Jawa, seorang bayi yang lahir mempunyai “saudara” yang lahir pada hari yang sama, kawah (air ketuban) dan ari-ari (plasenta). Air ketuban  atau kawah, disebut sebagai kakak, karena “lahir” dulu sebelum sang bayi, sedangkan ari-ari, yang “lahir” belakangan, disebut sebagai adik.(adi).  Air ketuban kita kenal sebagai “pelindung” , sedangkan ari-ari menjadi penghubung ibu dan janin, sebagai sumber makanan.Sesuai kegunaannya, kawah akan “lahir” duluan saat pembungkusnya pecah, yang artinya pelindung sudah seesai melakukan tugasnya, sehingga janinsiap lahir. Ari-ari akan “lahir” sesudah bayi menghirup udara segar, siap mengkonsumsi air susu ibu.


Kawah tak perlu dipikirkan sesudah “lahir”, ari-ari ini yang mesti di “rawat”.  Asisten wara-wiri senior  dengan trampil memndu jalannya penanaman ari-ari. Lubang disiapkan oleh suami salah seorang asisten rumah tangga, asisten rumah tangga senior mencuci dengan garam dan asam kemudian memasukkan dalam kendil disertai dengan bunga dan uborampe lainnya. Benang sebagai simbol agar panjang umur, jarum agar berotak cerdas, pensil dan buku supaya pandai dan lainnya. Kendil kemudian ditutup layah yang berlubang pada tengahnya.  Pada lubang dipasang batang daun papaya, batang yang cukup besar dan berlubang pada tengahnya. Selanjutnya ditanam dengan “pipa” daun pepaya menyembul menembus tanah. Dipasang sentir disebelahnya, konon selama 35 hari. Dari penelusuran google saya dapati biasanya ada jagong bayen selama 35 hari, setidaknya sampai puput. Melekan ini agar ibu dan bayi dalam keadaan selamat.
 
Kelahiran memang menggembirakan, dan membuat suasana menjadi guyub dalam kerjasama….


Selamat datang cucu kami Ananta Razak Harahap…



……….
  
file:///C:/Documents%20and%20Settings/Administrator/Desktop/Zaki/Menanam%20Ari-Ari,%20Upacara%20Tradisional%20Jawa%20Timur%20_%20Pusaka%20Jawatimuran.htm