Sunday, September 24, 2017

Kepo


KEPO

Terbaca status fb prof Endang Basuki :”Jadi KEPO...ada gak yaaa teman FBku yang ikutan nikah  yang siridotcom.Kepoooo..”
Nury nya jadi kepo, mencari apa itu kepo.

Ternyata Kata Kepo tuh sebenarnya kalau dilihat-lihat atau dicari ada banyak artiannya, karena itu berupa singkatan.

KEPO merupakan akronim dari Knowing Every Particular Object yang artinya sebutan untuk orang yang serba ingin tahu dari detail sesuatu baik yang kalau ada yang terlintas dibenaknya dia tanya terus. Hal-hal sepele ditanyain, serba ingin tau, pengen tau urusan orang lain dan sebagainya.

KEPO adalah kata bahasa hokkien tionghoa medan/tionghoa sumatera yg sering digunakan untuk memarahi, mengejek orang karna kurang kerjaan(jadi mengerjakan kerjaan yg bukan kerjaannya),sibuk tak menentu.

KEPO konon berasal dari dua kata bahasa inggris menunjukkan "Care Full" artinya "Peduli banget". Kata 'Care Full' ini mengalami transformasi.
Care Full -> Ker Pol -> Kepo.
KEPO juga singkatan dari kek pembokat (kayak pembantu), banyak nanya...disuruh ngerjain banyak tanya, ga tanggap.

KEPO  bia juga bisa Kea Polisi (kayak polisi) / Kelakuan Polisi (Seperti tugas polisi-polisi pada umumnya selalu bertanya-tanya kayak wartawan kalo misal kita lagi terlibat masalah sama polisi tersebut.)

Jadi kesimpulan dari ciri-ciri orang KEPO:

-serba ingin tahu
-kadang sok tahu
-mempunyai mata yang sangat amat jeli dan tajam

Saturday, September 23, 2017

Dari ruang praktek: Meniru Bapak

Pasien itu, kecenderungannya kalau sudah masuk ruang praktek, ngga mau keluar. Lha pasien sedikitnya 30, ngga mungkin praktek bersantai. Jadinya bu Nury mengikuti kebiasaan eyang kakung. Bila tamu dirasa sudah cukup keperluannya, bapak akan berdiri dengan pengantar:" Jadi begitu saja ya dik......" Tamunya ikutan berdiri dan diantar ke luar.

Bila saya rasakan sudah cukup, saya juga berdiri, membukakan pasien pintu (untungnya pintunya deket), mau ngga mau pasien keluar, karena di depan pintu sudah menanti pasien berikut.
Terima kasih Bapak

Saturday, September 9, 2017

Soto lamongan Rawamangun


Target kepala instalasi untuk jumlah pasien poli terlampaui, plus sejenak tutor, mencari kerangka teori dan kerangka konsep, lelah juga. Sudah makan sepotong bolu kiriman bundanya dr Sabine Versayanti , tetep rasanya membutuhkan sesuatu yang hangat.

Menuju Pasar Sunan Giri, karena akan menjahitkan kain untuk kondangan di bali, terfikir mencari makan siang di sekitar Rawamangun. bakso cak Eko penuh, teringat soto Lamongan depan rumah ibu Grace.

Gerai terletak pinggir jalan, asisten wara-wiri dengan mudah mendapat tempat parkir. Saya dan dr Sabine pesan soto yang terpisah dengan nasi. Nasi sepiring saja, untuk berdua. Wa..muncul soto dengan rasa yang nyaris sama dengan soto Lamongan di Lamongannya. Dekat rumah ada, namun kekentalan kuah tdan rasa, kurang sesuai.

Saya pesan yang komplit, Sabine entah. Pokoknya yang tanpa ampla ati. Minum kami aqua an es teh. Berdua kami Rp 41.000




Thursday, September 7, 2017

keluarga Eyang Soeparman

Eyang Soeparman putri, adik eyang putri saya dari bapak. Eyang Soeparman berputra 10 orang. Foto ke tiga  nampak eyang Soeparman lengkap denga 9 putra dan 1 putri.


Krengsengan daging tanpa petis


Masih teringat krengsengan pak Sidik Batu Malang, saya googling resepnya. Ada dua macam, dengan dan tanpa petis. Saya "salin" yang tanpa petis, nanti dagingnya daging sapi
Bahan
. 500 gram daging sapi/kambing
• 1/4 kentang
• 1 batang serai geprak
• 3 lembar daun jeruk
• 1 lembar daun salam
• 3 sdm kecap manis
• secukupnya garam
• penyedap rasa
• bawang goreng
• bumbu halus :
• 8 butir bawang merah
• 4 siung bawang putih
• jahe
• cabe rawit
• kemiri
Cara masak
• Cuci bersih daging kemudian rebus sampai empuk setelah itu potong sesuai
selera
• Kupas kentang kemudian potong dadu
• Haluskan bawang merah, bawang putih, jahe, cabe rawit dan kemiri
• Tumis bumbu halus, kemudian masukkan sereh, laos, daun jeruk dan daun
salam tumis hingga harum
• Masukkan kentang dan daging, lalu tambahkan air
• Tunggu hingga kuah menyusut dan mengental
• Matikan api, taburkan bawang goreng

Thursday, August 24, 2017

Menyusuri jejak bapak: bapak dan asisten wara – wiri


Pada gambar tampak bapak dengan asiten wara- wiri saat di Irian Barat. Asisten wara wiri ini seingat saya asisten wara –wiri sejak di Malang. Lamat saya ingat, pak Rahmat mengganggu saya, sehingga saya “marah”. Saya kejar sambil saya membawa batu, di ruang keluarga rumah Lebaksari. Memutari meja kursi tamu yang yang di chrome, seperi kursi di Rumah Linggarjati Kuningan. Pak Rahmat takut, he, yang saya tinggal pada ingatan saya, “rasa” berat batu di tangan, bagaimana mau melempar, memegangnya saja saya sudah keberatan. 

Saat di Jakarta, asisten wara-wirinya juga satu. Bapak memanggilnya Darmo, padahal Sunda asli, dengan nama Darma. Pak Darmo nurut-nurut saja. Pak Darmo ikut bapak hingga bapak di DPR. Saya SMP dan SMA saja 6 tahun. Bapak di DPR, saya sudah mahasiswa. Asiten wara –wiri kami memang lama mengikuti bapak.

Trtular bapak, asistenn wara-wiri senior saya sudah lebih dari 30 tahun, yang yunior sejak saya belum mulai S3. Kalau 10 tahun saja lebih. Senang saja bertambah “saudara”.

Menyusuri jejak bapak: UNTEA



Operasi Trikora (Tri Komando Rakyat) merupakan konflik 2 tahun yang  merupakan upaya Indonesia untuk menggabungkan wilayah Irian bagian brat sekarang papua menjadi wilayah Indonesia. Tanggal  19 Desember 1961, presiden  Soekarno mengumumkan  Trikora di Alun-alun Utara  Yogyakarta. Soekarno juga membentuk Komando mandala. Bapak bergabung. Mayor Jendral Soeharto diangkat sebagai panglima. Tugas komando ini adalah merencanakan, mempersiapkan, dan menyelenggarakan operasi militer untuk menggabungkan Irian  bagian barat dengan Indonesia.

Indonesia mendekati negara-negara seperti India, pakistan, Australia, Selandia Baru, Thailand, Britania Raya, Jerman dan Perancis. agar mereka tidak memberi dukungan kepada Belanda jika pecah perang antara Indonesia dan Belanda. Dalam Sidang Umum PBB tahun 1961, Sekjen PBB U Thant meminta Ellsworth Bunker, diplomat dari Amerika Serikat, untuk mengajukan usul tentang penyelesaian masalah status Irian bagian Barat. Bunker mengusulkan agar Belanda menyerahkan Papua bagian barat kepada Indonesia melalui PBB dalam jangka waktu 2 tahun.

Pada tanggal 15 Agustus 1962, perundingan antara Indonesia dan Belanda dilaksanakan di Markas Besar  PBB di New York, dikenal sebagai Persetujuan New York. Belanda akan menyerahkan pemerintahan Papua bagian barat kepada United Nations Temporary Executive Authority  (UNTEA), yang didirikan oleh Sekretaris Jenderal PBB. UNTEA kemudian akan menyerahkan pemerintahan kepada Indonesia. 

Sepertinya foto ini era UNTEA,  jadi sekitar tahun 1962. Pada catatan bapak menjabat Asisten Asisten III/Kora I Depad di Jakarta (1962 – 1963)


Wednesday, August 23, 2017

Mengenang ibu: Ketika ibu menyertai bapak di Irian Barat




Minggu 20 Agustus 2017, sekitar pk13 kami makan siang. Minus  sulung dan bungsu bapak. Pk 14.35 masuk wa dari suami adik bungsu: “Ijin disiapkan sop buah. Baru datang dari Mabes tni dan Evasari.  Mohon maaf  Pakde dan Bude serta semuanya. Insyaa Allah kami besok lusa berangkat haji. Mohon ijin nitip & doa restunya ya.” Jadi ingat hari Jumat sebelumnya, adik bungsu meng coach sulungnya tetntang perrbelanjaan.

Saat ibu harus kunjung bapak agak lama, awal Kodam Cendrawasih,  ibu menyiapkan saya untuk menjadi ibu rumah tangga. Pegang uang tepatnya. Semua diamplopi. Uang belanja satu ampalop perhari. Jatah per hari 6 kali Rp 50,-  = Rp 300. Sudah diurutkan tanggalnya, saya tinggal menyerahkan satu amplop per hari ke pengasuh. Namun, terjadi kesalahan tehnis. Mungkin ibu silap, pokoknya 6 lembar, ada beberapa amplop berisi 6 kali lembaran Rp 25,-. Lha, jadinya kan separuh seharusnya. Segera diputuskan gerakan penyelamatan, amplop – amplop dibuka, beberapa amplo memang berisi 6 lembar Rp 25. Diatur berseling, setelah 6 ambar Rp 25, kemudian 6 lembar Rp 50.  Semua selamat sejahtera , termasuk para hewan peliharaan.

Sukses tanpa perlu memberitahu ibu.

Saya carikan ilustrasi gambar embar uang Rp 25




Saturday, August 19, 2017

Mengenang ibu: Nury , teman ibu dan koteka




Saat mencermati televisi di acara penurunan bendera, teramati pemenang pertama busana daerah, dari Papua. Saat saya googling tertulis “ Frans Maksim, Kepala Suku Arfak Papua meraih peringkat pertama baju adat terbaik, saat itu Frans mengenakan baju adat Papua lengkap dengan koteka.” A…ha, koteka.

Saya ingin menulis tentang koteka, saat menemukan album foto bapak di Irian Barat. Sepulang bapak dan ibu dari kunjungan ke suku Dani, bapak mendapat souvenir, koteka, kapak batu dan anak panah. Tahun itu sekitar 1963 atau 1964, nyais belum ada yang mengerti atau mengenali koteka.

Serombongan teman ibu, pria, berkunjung ingin mendapat cerita langsung dari ibu. Saat ibu masih belum serta, salah seorang teman ibu memegang koteka, sambil bertanya kepada saya:”Ini apa Nury”. Entah mengapa, saya jail, saya jawab:” O, itu buat minum om”. Wah, si om asyik memegang, koteka diendus-endus. Ha..ha….

Saat ibu serta, si om bertanya :”Yu, jare Nury iki nggo ngombe yo”. Ibu setengah tergelak, kemudian membukakan album. Saat nampak koteka terpasang pada tempatya, si om lari ke kamar mandi. Muntah. Maaf…….

Saya dipangil ibu, “dimarahi”. He..he…Ibu marahnya sambil air mata keluar karena tertawa berkepanjangan.

Si Om sepertinya adik kelas ibu. Tegabung di TRIP. Maaf ya om..He..he… , bapaknya siapa ya, yang saya ganggu.

Foto atas saat upacara penurunan bendera. Foto bawah, nampak koteka dipegang kakak saya.
 
 

Friday, August 18, 2017

Adik lanang dan sanering




Adik lanang lahir bersamaan dengan sanering di tahun 1959. Sanering atau devaluasi konon adalah pemotongan daya beli masyarakat melalui pemotongan nilai uang.

Sebelum adik lanang lahir, saya sudah dikondsikan untuk kehadiran adik, dengan janji akan dibelikan adik. Kalau ibu kontrol, saya diajak ke ruang bayi, disuruh pilih, nanti suatu saat boleh dibawa pulang.

Saat adik lanang lahir, saya diajak ke rumah sakit atau rumah bersalin ya, katanya adik pilihan saya sudah boleh dibawa pulang. Bu bidan mengijinkan saya mengikuti proses saat adik lanangdimandikan. Kehebohan terjadi saat adik lanang nangis, saya diminta lihat, mungkin adik lanagng ngompol. He, saya cengkiwing kaki kanannya , angkat tinggi-tinggi. Bu bidan kaget, bergegas lari menghampiri " Lha, jangan di tarik kakinya...."

Selamat ulang tahun adik lanang Aguk Nusatriyo Guritno Mardanus
 









 

Thursday, August 17, 2017

Menyusuri jejak ibu: Ibu ku yang TRIP





Tidak ada kata terlambat. Saya baru mengenali ibu bukan perempuan biasa. Seingat saya sejak saya kecil ibu kerap menyebut tentang TRIP, namun lewat di kuping tanpa kesan. Kalau tidak salah malah pernah piknik bersama teman yang (mungkin) TRIP. Di malang kami tinggal di jalan Rinjani, yang ujung nomer besarnya  nyaris tegak lurus  Taman makan Pahlawan.

Makam ibu ada bendera merah putih, tetap belum mengusik saya. Kakak saya tiap tahun memberi saya kalender TRIP, oke lah. Senang saja.  Baru saat belum lama ini saya mulai membuka album lama, mendapati album keluarga, album yang merekam jejak bapak. Setelah saya scan menghasilkan gambar yang mudah dicermati dan menggungah.

Kakak lelaki mulai menshare foto yang saya up load di face book. Lama kelamaan ada teman kakak, mas Rudy menjadi teman setelah beberapa kali like foto muatan saya. Lnjut saya diundang di grup wa MasTrip. Wa…, saya mulai mengenali nama yang sering disebut ibu. Mas Trip saat ini didominasi putra-putri Mas Trip.  
Hati ini, 17 Agustus 2017, Agustus istimewa buat saya. Sengaja saya siapkan baju nuansa merah putih. Menolak undangan peringatan di kantor dengan resiko apapun He…keberanien ya. Mencermati makam ibu yang ternyata tidak hanya bendera, namun ada tulisan nomer anggota TRIP pada kepala nisannya.

Ibu ku TRIP
Ibu ku Pahlawanku







Wednesday, August 16, 2017

17 Agustus 1964






Menyusuri jejak Bapak: Menemukan pada foto aktivitas Kodam XVII Tjendrawasih. Empat foto penyerahan BENDERA PUSAKA hadiah dari PJM Presiden Sukarno untuk Irian Barat. Dihantar oleh rombongan pelajar serba guna

Monday, August 14, 2017

Keluarga



Ada ibu di jendela. Di luar jendela , yang dewasa paling kiri sepertinya adik bungsu bapak, lalueyang dan eyang buyut. Yang kecil dari kiri Ir. Tjahjo Gantoro. Dr Imam Wahjudi lalu Dr Sumardini. Sisi kana duduk di teras, adik landes bapak dan bapak. Saya tidak mengenal rumah ini. Sepertinya tahun 52 an. Ketabang raya?

Saturday, August 5, 2017

Menyusuri jejak bapak; Bapak dan topi baja

Foto ini saya dapati pada album yang sama dengan foto bapak memimpin upacara peringatan kemerdekaan di tahun 1952. Nampak bapak dengan topi baja dan perlengkapan , demikian juga pasukan yangg dipimpin.

Topi baja ini yang mungkin saya jadikan properti pasaran saya. Bila ini sekitar tahun 50 an, ini kemungkinan saat bapak ditugasi menghadapi PRRI PERMESTA.





Rahasia kecil bersama ibu

-->


Saya sangat sering ikut ibu, dalam acara dengan PERSIT. Ini foto sebelum ulang tahun saya ke 7, dengan rambut keriting. Setelah ulang tahun ke 6 dengan ekor kuda, saya dikeritingkan oleh ibu. Ini foto di ruang makan luar, yang tadinya halaman, di “tutup”.  Saya berjongkok ditemani teman ibu yang “sahabat” saya.

Cerita tentang rambut keriting, keritingnya di salon di kayutangan. Yang saya ingat bau “pesing” amoniak, dan rasa panas di tengkuk. Lha, rambut dan kepala saya “terbakar”. Dulu keriting sepertinya rambut digulung kemudian dijepit dengan jepit yang “dipanaskan”

Saya dapati beberapa hari ibu dengan berlinang air mata mengolesi kepala saya yang luka. (Hingga kini saya ngga pernah cerita ke bapak, anak wedoknya kepalanya “kobong”)


17 Agustus 1952

Meminta tolong asisten magang penelitian menscan foto bapak, berbyah menyenangkan. Foto yang berukuran yak jauh dari pas foto regular, setelah discan, menampilkan foto bapak, bahkan saat kakak saya lahirpun belum 

Menjelang 17 Agustus 2017 ini, terkejut saja menemukan bapak berdiri di "mimbar" sederhana, yang nampaknya meja, dengan bancikan sepertinya bangku panjang.
Pada foto tampak bapak berdiri pada podium yang bertuliskan 17 Agustus 1952. Terbaca pada kisah bapak, jabatan bapak Danyon 15 / BE T. TV Jawa Timur di Mojokerto (1950 – 1953).
Sebagai komandan, bapak memperingati proklamasi kemerdekaan yang ke 7 saat itu.

Saturday, July 22, 2017

Bapak dan dansa


Seputar tahun 1952 hingga tahun 1962 bapak terbaca menjabat Komandan KMKG Malang. Aktivitas sosialnya tentu banyak, antara lain menghadiri lomba dansa. Mungkin ini di era sebelum Bung Karno melarang semua yang berbunyi barat, istilah gaulnya pada musik, musik  ngak – ngik - ngok.

Melihat lantainya , ini di gedung yang saat ini menjadi Hotel Shalimar, perubahan dari hotel graha Cakra. Sebelumnya lagi menjadi gedung RRI, dan ibu pernah mengisis acara. Era bapak, yang tampak pada gambar, dinamai Gedung Societet.

Beralamat di l. Cerme No.16, Malang,  gedung ini tempat saya les menari Jawa, kemudian Serampang 12.


Saturday, July 1, 2017

Bella, Beta dan Piko







Menemukan foto ke 3 kesayangan. Si kembar Bella, Beta dan Piko. Ternyata ke tiganya saya miliki pada saat yang bersamaan. Pada tahun 70-an. Foto di halaman rumah Kintelan. Semarang. Piko diambil di Jakarta, dibawa ke Semarang. Si kembar, dibawa dari Semarang, ke Jakarta. Saya statusnya pemilik, pemelihara, ibu. He..he....


Beta mati sebelum tahun 1980. Fracture basis cranii, ditabrak taksi, menjelang tengah malam, menjelang 10 November, entah tahun berapa. beta menerobos keluar rumah Mangunsarkoro saat pintu pagar terbuka, dibuka untuk bapak yang akan ke taman Makam Kalibata.


Piko, mati tahun 1983, fulminant hepatitis. Bella setelahnya. Ca mamae metastase. sempat dioperasi, ternyata sudah metastase. sering pingsan.😊


Bella, Beta dan Piko