Friday, December 28, 2007

Belitung (Dongeng untuk ibu Grace……..)


Air sebening kristal



Ibu Grace , terima kasih telah merancangkan liburan yang manis.

Tak sengaja kita mengawali visit Indonesia 2008 ya, dan saya dan anak-anak memang berharap tahun-tahun ini mengunjungi wilayah Indonesia

Keberangkatan dan terbang dengan Sriwijaya Air cukup tepat waktu, karena datang pagi, sempat “menguping” pembicaraan beberapa “calon” penumpang saat di ruang tunggu.


Ada ibu yang “membawa’ bibit ikan gurami dan entah apa lagi, untuk dikembangkan di Belitung. Waktu masuk di gerbang sebelum check in saya sudah heran, kok banyak kardus-kardis, dan satu orang barangnya bisa satu trolly bertumpuktumpuk, saat saya mengantri dibelakang tumpukan barang untuk x-ray, seorang bapak meangataka: “Potong saja bu” maksudnya ,saya di minta memasukkan barang saya untuk antrian x- ray sebelum kardus-kardus itu masuk . Jelas waktu sampai di bandara pulau Belitung, rupanya pesawat yang saya tupangi memang banyak mengangkut kargo (Istilahnya or terminologinya tepat tidak ya).


Di tengah antrian saya (dan Edwin juga , ternyata) mendengar whisperingkan bukan anak saya. Saya melihat sosok “Edwin”. Saya tidak hiraukan, baru nyampe gitu, siapa yang kenal anak saya dan yang namaya Edwin pria ramping dekat kami, yang ternyata itulah pak Kusumah. Maaf ya pak, di cuekin. Saya dan anak menggambarkan penjemput kami, di luar ruang pengambilan bagasi , dengan tulisan nama kami . He he, rupanya pak Kusumah sudah menjadi pemilik bandara. (Kalau Sunda kelahira Belitung, singkatannya apa ya. Lho, maksa......)

Edwin ditemani pak Kusumah menunggu barang kami yang dua potong kecil, saya mengamati kesibukan dos-dos yang keluar, dan pesawat kami sudah boarding untuk kembali ke Jakarta. Hanya satu penerbagan Sriwijaya, (dan satu Batavia) tak heran pesawat kami perutnya penuh......

Berangkat subuh dari rumah, kami meminta pak Kusumah mencarikan sarapan yang Belitung banget. Dapat mie Belitung (wikimu.com: Mie Belitung.). saya sih kenyang satu porsi, entah anak saya, tapi anak saya tidak nambah, or karena roti di pesawat , jatah saya serta masuk perutnya juga. Bandara letaknya di Tanjung Pandan, kami segera menuju Tanjung Tinggi , tempat hotel kami, Lorin. Pak Kusumah menawarkan jalan panjang or jalan pendek, kami pilih jalan panjang........ Wisata di pulai di mulai..........................


Yang tampak pertama , antrian mengisi BBM- premium tepatnya. Ya, sehari sebelumnya , saat di jakarta saya mendengar laporan di radio, premium langka di Kalimantan, ternyata serupa terjadi di p Belitung. Marak pula penjualan BBM eceran, dalam perjalanan ke hotel, kami membeli 20 liter premium seharga seratus ribu rupiah.



Lorin Seaside resort


Terletak di tepi pantai desa Tanjung Tinggi . konsepnya sepertinya seperti Tanjung Lesung di Anyer. Tercatat ada 14 superior cottage dan 6 execuitive , memang layak di pilih. Tapi fasilitas kamar tampaknya belum ”full” berjalan. Tampaknya seperti Belitung yang tumbuh kembang, hotel inipun sedang tumbuh kembang. Setelah mendapat kamar , menempatkan barang dan mendapat dikirirmiwelcome drink es teh manis (kira-kira ada minuman yang khas Belitung tidak ya, biar welcome drinknya keren). Yang istimewa kamar mandinya dengan prinsip terbuka. Sekitar 5 meter persegi, terdiri atas bagian yang basah dan yang kering. Bagian basah betul-betul dengan atap terbuka, ada taman juga, sehingga saat malam, lampu menyala, serangga yang gemar lampu berdatangan. Asyik sambil bingung juga. Besoknya saya selalu berusaha mandi sebelum kunjungan para flyers.


Batu granit di Tebing Tinggi

Ibu grace sudah berpesan untuk lunch di tepi pantai. Jadi kami kemudian menuju tanah tinggi, memberikan obyek foto untuk anak saya. Wah, memang batunya besar-besar.



Usai memfoto kami ke ”kedai” di tepi pantai, memilih masakan. Rekomendasi pertama : gangan, kemudian kerisi, saya menambahan udang (favoritt saya ) dan cumi ( doyanannya Edwin).



Perlu 1 jam untuk mempersiapkan. Hitungannya pesannya porsi, jadi ke 4 jenis kami pesan masing-masing 1 porsi (untuk gangan saya ulas tersendiri). Kami tidak pesan sayur, wong memang mau makan seafood !. Untuk semua makanan dngan minumnya Rp 166.000,-.

Cumi dan Gangan


Kerisi dan Udang


Setelah makan kami kembali ke hotel. Anak saya memilih tidur saja. Dan makan malam kami , kami room service (Edwin paling senang dengan ”room service”). Ikan bakar, cumi (lagi), nasi goreng Lorin (enak lo sampai besok malamnya pesan lagi), dan nasi putih. Say juga minta coklat panas Lupa apa ada yang lain . Ini dengan dana Rp 206.000 (mungkin) . Lupa bonnya di minta kembali dan diminta tunai.


Wah, ini dia, saya sudah menduga kami diminta membayar tunai , karena selagi check in , kartu kredit tidak di minta.


Pulau Lengkuas

Ini yang saya tunggu, naik perahu nelayan ! saya senang sensasi laut yang luas, tak terbatas. Membuat saya merasa bebas sekaligus kecil tak berdaya. Memberikan kenyamanan tersendiri, dan rasa syukur . Bu grace, kaplnya kapal utuk-utuk, engga ada pelampungnya lah ya. Terus terang saya sambil berdoa sepanjang perjalanan, saya tidak mau tampak khawatir , agar Edwin bisa menikmati perjalanannya. Duduk di ujung perahu , Edwin bebas menjepretkan kameranya.


Sebelum mencapai pulau lengkuas , kami melewati sat pulau yang tampak ada gubuk di tepi pantai.

Aha, tampak dari kejauhan, mercu suar di pula lengkuas

Kami menepi, dengan disambut senyum ramah pak Kaharudin. Komandan mercu suar di pulau lengkuas. Saat itu hanya saya edwin, pemandu kami pak Kusumah dan nelayan pengemudi perahu yang berkunjung. Pulau Lengkuas menjadi tujuan wisata saat hari libur.

Wah, saya tak bisa bicara, nih , gambarnya, pasir putih dan air yang jernih. Mak nyuuus ....di hati.



Edwin naik ke suar, sukse sampai atas 18 tingkat! Saya ngobrol dengan bapak dan ibu Kaharudin. Disuguhi air minum dari surga (tadah hujan) dan telur penyu. Amazing !!




Sambil menanti Edwin, saya ber”wisata” mengelilingi bangunan, dan ibu Kaharidin melanjutkan memasak. (Kamisnya lebaran haji, ibu sedang memasak ketupt. Nanti ku tulis sendiri ya , tentang komandan kaharudin.










Edwin kelelahan




Kami meninggalkan pulau dengan lambaian bapak dan ibu kaharudin. Terima kasih, memberikan kami pulau lengkuas yang bersih.

Kami kembali ke tanjung tinggi. Dermaga kecil nelayan tampak di kejauhan. Batu besar seperti singa laut tegar memandang kami.


Batu satam

Saya “terpaksa” mengirim sms ke jakarta, menanyakan oleh-oleh apa selain krupuk dan abon ikan. Ah, ternyata ada batu meteor- batu Satam. Saya di antar pak Kusumah ke tempat pak Firman. Lagi-lagi uang tunai jadi kendala. Saya mendapat batu yang sudah diasah dan di pasang batu cincin dan yang asli untuk Edwin.

Kembali ke hotel setelah membeli abon ikan. Beristirahat untuk kembali ke Jakarta keesokan harinya.

Hujan rintik mengantar kami kembali ke Jakarta

Adenium kami berkembang menyambut

Thursday, December 27, 2007

pulau lengkuas - belitung

tepian pulau lengkuas, di ambil dari menara suar di pulau lengkua

foto by Edwin RSA

"BETE"

Thursday, December 20, 2007

Kasih sayang Ibuku - mengantarku menyongsong masa depan


Namaku Fadlurrahman Yazid
Aku lahir tanggal 28 desember tahun 2000
Ini foto ku saat lulus taman kanak-kanak

Aku lahir dengan sindroma down




Namun kasih sayang ibu ku , mengantarku tumbuh kembang mengikuti temanku yang lain




Meskipun lebih lambat dari teman seusiaku, aku bisa berkembang. ini fotoku saat aku mulai bisa berdiri




Aku juga punya banyak teman. ini di pesra ulang tahun kawanku





Aku berlatih dengan terapis dari Swedia, di Rumah Sakit Harapan Kita








Tahun ini aku kelas satu SD.
Terima kasih ibu.




Thursday, December 13, 2007

tangan ibuku


Saya salin lengkap dari milis panekuk sanur. Hadiah untuk para Ibu. Untuk ibu Henny yang berkala terbang ke Malang untuk ibunda. Terima kasih untuk teladan ibu


Berbahagialah yang masih memiliki Ibu.....Dan lakukanlah yang terebaik untuknya .....fam>>>


Ketika ibu saya berkunjung, Ia mengajak saya untuk berbelanjabersamanya, karena dia membutuhkan sebuah gaun yang baru. Saya sebenarnya tidak suka pergi berbelanja bersama dengan orang lain, dan saya bukanlahorangyang sabar, tetapi walaupun demikian kami berangkat juga ke pusatperbelanjaantersebut.


Kami mengunjungi setiap toko yang menyediakan gaun wanita, dan ibu saya mencoba gaun demi gaun, dan mengembalikan semuanya.


Seiring hari yang berlalu, saya mulai lelah dan ibu saya mulai frustasi. Akhirnya pada toko terakhir yang kami kunjungi, ibu Saya mencoba satu stel gaun biru yang cantik terdiri dari tiga helai. Pada blusnya terdapat sejenis tali di bagian tepi lehernya, Dan karena ketidaksabaran saya, maka untuk kali ini saya ikut masuk dan berdiri bersama ibu saya dalam ruang ganti pakaian. Saya melihat bagaimana Ia mencoba pakaian tersebut,dan dengan susah mencoba untuk mengikat talinya.




Ternyata tangan-tangannya sudah mulai dilumpuhkan oleh penyakitradang sendi Dan sebab itu dia tidak dapat melakukannya. Seketika ketidaksabaran saya digantikan oleh suatu rasa kasihan yang dalam kepadanya. Saya berbalik pergi dan mencoba menyembunyikan air mata yang keluar tanpa saya sadari.




Setelah saya mendapatkan ketenangan lagi, saya kembali masuk ke kamar gantiu ntuk mengikatkan tali gaun tersebut. Pakaian ini begitu indah, dan dia membelinya.

Perjalanan belanja kami telah berakhir, tetapi kejadian tersebut terukir dan tidak dapat terlupakan dari ingatan saya. Sepanjang sisa hariitu, pikiran saya tetap saja kembali pada saat berada di dalam ruang ganti pakaian tersebut dan terbayang tangan ibu saya yang sedang berusaha mengikat tali blusnya. Kedua Tangan yang penuh dengan kasih,yang pernah menyuapi saya, memandikan saya, memakaikan baju, membelai dan memeluk saya,Dan terlebih dari semuanya, berdoa untuk saya, sekarang tangan itu telah menyentuh hati saya dengan cara yang paling membekas dalam hati saya.



Kemudian pada sore harinya, saya pergi ke kamar ibu Saya,mengambil tangannya, menciumnya.. Dan yang membuatnya terkejut,memberitahukannya bahwa bagi saya kedua tangan tersebut adalah tangan yang paling indah di dunia ini.


Saya sangat bersyukur bahwa Tuhan telah membuat saya dapatm elihat dengan mata baru, betapa bernilai dan berharganya kasih sayang yang penuh pengorbanan dari seorang ibu.


Saya hanya dapat berdoa bahwa suatu hari kelak tangan saya dan hati saya akan memiliki keindahannya tersendiri. Dunia ini memiliki banyak keajaiban,segala ciptaan Tuhan yang begitu Agung, tetapi tak satu pun yangdapat menandingi keindahan tangan Ibu..