Arum manis ini saya beli
di Pasar Tanah Abang blok A, ada yang menyebut rambut nenek, mungkin karena
warnanya keputihan. Arum manis ini mengingatkan masa kecil saya, Saat TK hingga
SD (saat itu SR), sekitar tahun 60-an, saat kami mukim di Malang. Arum manis di jajakan dengan
berjalan, sambil penjualnya menggesek rebab. Belinya setangkep-setangkep, tidak
dalam banyak tangkepan seperti pada gambar.
Saat ini disekitar
rumah dijual, dijajakan dengan sepeda, dijual dengan kantongan plastik seperti
pada foto. Seorang murid saya mengenang arum manis yang di jual langsung dengan
alat pembuatnya, dijajakan dengan sepeda, dan arum manisnya tidak dijepit “roti”,
namun diambil (digulung) dengan lidi.
Punya kenangan dengan
arum manis?
No comments:
Post a Comment