Menghabiskan
sepenuh masa sekolah dasar (SD) di Malang, dan dengan eyang yang hingga
wafatnya di tahun delapan puluhan mukim
di Surabaya, sehingga setidaknya setahun sekali mengunjungi eyang, serta hingga
kini banyak kerabat mukim di Malang dan Surabaya, lha kok bisa-bisanya saya baru mendengar
tentang sate klopo (Ondomohen) di pagi
hari, hari Minggu, 1 Juni 2014.
Dr
Ontoseno sukses memprovokasi kami serombongan teman-teman SD nya yang bukan sekolah
dasar , tapi Sekolah Dokter untuk sarapan sate klopo. Beriringanlah kami dua
mobil , 10 orang dewasa dan seorang balita dengan 2 mobil menuju lokasi. Dr
Ontoseno mengarahkan kami menuju ujung jalan Walikota Mustajab yang dulunya bernama jalan Ondomohen, tampak
pada sepanjang jalan, kanan dan kiri
banyak penjaja sate klopo Tepat
pada totogan jalan Wuni, kami merapat parkir, turun dari mobil. Sate klopo
dijajakan dengan sangat menggoda, dibakar di trotoir terbuka di depan gerai.
Gerai
yang kami datangi bernama Pojok Malam, meski buka sejak pk 6.00 pagi. Nama ini
bermuasal dulunya gerai ini dirintis oleh sang kakek sejak tahun 1954 di pasar
Genteng, dan saat awal memang buka malam
hari.
Sate
klopo bukannya berarti klopo (kelapa) ditusuk dan di panggang, tetapi sate yang
ebelum dibakar dilumuri parutan kelapa. Tersedia sate daging ayam, daging sapi,
sumsum, usus dan kotot. Sate disajian bersama lontong atau nasi yang di taburi
srundeng. Bumbu kacang yang mantap menjadi pengantar santap yang memikat.
Pada
bon say abaca, Seporsi yang terdiri dari 10 tusuk sate ayam berharga Rp 14.0000, daging sapi Rp 20.000,
sedangkan sate sumsum Rp 23.000. Nasi
dan lontong masing-masing Rp 3.000,- per porsi. Kami makan ber 10, dengan
kenyang dengan Rp 225.000,-
Harga
yang menggoda…..Monggo, dicoba.
No comments:
Post a Comment