Di awal minggu ke tiga bulan
Desember, tepatnya tanggal 17 dapat undangan nonton Wayang Orang (WO) Bharata
yang manggung di Taman Ismail Marzuki
(TIM), Pada undangan tertera pertunjukan dimulai pk 20.00, seorang teman
merekomendasikan soto betawi H Ma’ruf sebagai santap sebelum pertunjukan. Kami
nyaris semuanya pekerja, dengan jam
kerja hingga pk 15.30, tidak memungkinkan untuk pulang makan dulu.
Tinggal di jalan Ki S Mangunsarkoro
(dahulu jalan Jogya) , yang tak jauh dari TIM,rupanya bukan jaminan saya
mengenal soto betawi H Ma’ruf, bahkan menyantap soto betawi baru pertama kali
saat sebelum nonton. Konon soto betawi H ma’ruf lumayan melegenda. Pada penelusuran
google, soto betawi H Ma;ruf sudah ada sejak tahun 1953, bahkan ada yang menuliskan sejak tahun 40-an, dimulai dengan dijajakan dengan pikulan dan awal tahun 60 an, mangkal di cikini raya.
Mengenal beberapa macam soto,
saya mendapati soto betawi sebagai soto yang gurih karena menggunakan santan
sebagai bumbunya, dan konon soto betawi H Ma’ruf hingga kini tetap memakai bumbu racikan, bukan
bumbu olahan. Saya menggemari makanan berkuah antara lain soto, dan kini soto
betawi menjadi “incaran” saya.
Saya hanya sempat membuat soto
dan tulisan H Ma’ruf, belum sempat membuat foto lain, dan bon nya pun hilang
sehingga saya merasa belum siap untuk membuat “laporan”. Akhirnya saya sempat
kembali datang untuk makan siang 8 Januari 2014,hujan yang cukup deras tak
menghalangi.
Berpapan nama rumah makan betawi soto H Ma’ruf, bangunan
bentuk joglo dalam kompleks taman Ismail Marzuki ini segera tampak pada sisi kiri
setelah melewati loket masuk. (He, apa sih namanya loket tempat membayar parkir).
Mejanya panjang-panjang,,satu meja panjang terdapat 5 kursi. Ditengah ada
gabungan 2 meja panjang, jadi dengan 10 kursi (ada empat), sedangkan meja
panjang yang tidak digabung ada 5. Keseluruhan sekitar 65 kursi. Datang saat
makan siang, resto yang bertempat di TIM
sejak tahun 1982, nyaris terisi penuh.Tampak
pengunjungnya selain seniman (iyalah, di dalam TIMi gitu), tampak juga pekerja
kantoran, bahkan saya dapati dua keluarga yang mengajak balita.
Saya dan para teman makan siang
saya memesan soto daging dan sate daging (sapi). Saya sengaja memesan menu yang
sama dengan pesanan tanggal 17 Desember 2013 untuk melihat harga nya. Sambil
menunggu pesanan saya mendengarkan pesanan tamu lain, ternyata ada pilihan menu
iso,
babat dan lidah. Nama pada bon lebih mncerminkan menu yang tersedia, pada bon
tertera RM Soto Betawi H Ma’ruf, Menu yang tertera pada bon soto betawi spsial,
soto betawi biasa, sate sapi/ kambing, sate ayam.
Pesanan kami ,soto daging
tergolong soto betawi biasa (terbaca pada bon), dan harga per porsinya Rp
36.000,-, nasi Rp 6.000,-, sedangkan sate Rp 38.000,- (10 tusuk). Harganya
sudah naik dibandingkan harga saat 17 Desember 2013, untuk soto dan nasi
masing-masing naik Rp- 1000,- per porsi, sedangkan sate naik Rp 3.000,- per
porsinya, Menyesuaikan dengan harga gas yang naik?
Saya masih ingin kembali, pengen
pesen yang soto lidah……
No comments:
Post a Comment