Wednesday, May 18, 2011

Kuliner Betawi ? Nasi uduk …cing. Buat nyarap bise, siang oke, ….Makan malem? Manthap.




<!--[if gte mso 9]> Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE
.

Sudah lama nasi uduk jadi andalan saya kala pagi harus membawa sesuatu yang

bisa disantap, yang ringkas namun mantap. Kebetulan saya menemukan nasi uduk

yang dibungkus daun, sehingga selain saya tak memerlukan piring, daun pisang pembungkus ternyata memberikan aroma yang menambah selera. Kini nasi uduk yang hanya ditaburi sedikit bawang goreng dan telur dadar diiris tipis, pada

bagian yang terbuka yang dijual seharga Rp 4.000,- menjadi kegemaran ayah

saya, selain aroma daunnya, sebungkus cukup mengenyangkan.

Ada beberapa penjual nasi uduk di dalam perumahan kami tinggal, bungsu lebih memilih yang dijual dekat pasar, porsinya lebih besar dan dijual bersama lauk yang bisa dipilih. Nasi uduk dengan lauk telur dan rendang, harganya Rp 11.000,-

Sepanjang jalan tempat gawe ada beberapa tempat yang menjual nasi uduk, yang

paling ramai yang jalan raya Joglo, di pertigaan tak jelas, dekat supermarket Superindo

, gerobaknya bertuliskan Betakaw, tetapi terkenal sebagai nasi uduk Sawo. Mungkin dulu ada pohon sawo ya disitu, saya berusaha mengamati, ngga ada petanda yang menunjukkan sawo, adanya pohon yang dulu memang ditanam untuk penghijauan, akasia(?). Hebat yang ini , saya mengamati mulai hanya dua bangku tepatnya dingklik tinggi, hingga kini punya dua ruang yang selalu penuh saat saya lewat sekitar pk setengah tujuh pagi hari.

Persahabatan saya dengan nasi uduk juga dilanjutkan di tempat gawe, menuju ruang kerja saya selalu melewati tenda-tenda gerai makan dan yang paling laris…..nasi uduk. Paling siang pk 7.30 sudah habis, setahu saya terdapat duatermos besar nasi uduk. Saat penelitian , saya sering membeli untuk naracoba

yang datang siang hari, dibeli pagi direkomendasikan tahan hingga pk 6, lauknya bisa keringan, seperti kering tempe , gorengan tahu, tempe telur mata sapi, ayam goreng, hingga yang agak basah, seperti rendang. Enam ribu rupiah bila dengan lauk rendang telur, sebelas ribu rupiah dengan ayam goreng.

Tak sengaja saya menemukan gabungan nasi uduk dengan lauk yang selalu saya pesan dan hingga kini belum bosan, bebek, di Nasi uduk dan ayam goreng Mas Miskun. Saya jumpai dua gerai Mas Miskun, di Kramat raya arah depan

pegadaian, dan jalan Percetakan Negara. Mas Miskun menyandang misi rasa

restoran harga kaki lima, memasang nasi uduk dan ayam goreng sebagai andalan,

menyertai papan namanya, meski pada daftar menunya bebek dan segala ikan ada. Mengetahui lalapan dan sambel bisa menyebabkan porsi nasi dan lauk perlu

tambah, Mas Miskun secara jelas menuliskan : sambel dan lalapan gratis. Ada

tujuh jenis sambal saat saya berkunjung diletakkan pada saung kecil, sedangkan

lalapan pada wadah kaca tertutup. Saya mendapati beberapa pengunjung yang

semeja berdua ayamnya masing-masing dua plus pepes. Mantap

bener sambelnya, mendorong nasi, sehingga beberapa kali meminta tambahan

nasi. Dua kali berkunjung, saya tak berubah menu, bebek bakar dan nasi uduk.

Bebek bakar Rp 10.900 sedangkan nasi uduk Rp 3900,- per porsi. Saya menulis

artikel ini sambil mengamati bon yang sengaja saya simpan, lho, setiap harga

berakhiran 900, biar hoki? Lha, es teh tawarnya kok Rp 1000,- ya, kok nggaRp 900. He he…ngga konsisten ya.

Sebegitu mantapnya nasi uduk untuk lidah Betawi, di bebek goreng Slamet yang

konon asli Surakarta, saya menemukan nasi uduk juga. Dekat rumah kami ada

dua bebek Slamet, dipastikan ke duanya ada nasi uduk. Di Surakarta ada juga

ngga ya? Ada “merk” terkenal sebagai gerai nasi uduk, nasi uduk Kebon

Kacang,. Dekat rumah kami , di jalan Raya Joglo, depan Telkom namanya nasi

uduk Kebon Kacang babe Saman. Seperti halnya sop kambing di Jakarta, yang

menyertakan kumis pada namanya, sebagian besar nasi uduk yang mengatakan

asli, menyertakan Kebon Kacang pada namanya. Saya belum sempat singgah

di nasi uduk Kebon Kacang, babe Saman meski dekat rumah, hanya tampak lauk

yang memangil-manggil karena tampak dari jalan pada wadah kaca. Ada

bebeknya ngga ya? Yang di Kebon Kacang, asisten wara-wiri sempat saya

mintamelacak, asisten wara-wiri mendapati pada jalan kecil tak jauh dari Thamrin

City. Nasi uduk Kebon kacang dekat rumah kami buka mulai sore, sedangkan

yang di Kebon kacang dan Kebon kacang yang dekat perkantoran atau tempat

perkuliahan seperti yang di Rawamangun, buka mulai menjelang makan siang.

Konon nasi uduk yang baik yang kalau dibuka dari bungkusnya langsung buyar,

tidak saling melekat meski dimasak dengan santan yang memberikan rasa gurih.

Sambal kacang katanya paling tepat untuk nasi uduk.

Jadi, … pagi , siang, sore dan malam…,nasi uduk nyok.

No comments: