Fotonya gelap. Saya tidak berhasil membuat lebih jelas. Saya
hanya ingin menampilkan foto mobilnya. Jangan tanya merk mobil dan tahun, saya
sampaisekarang ngga pernah mengerti merk mobil dan tahun. Saya hanya berceritera tntang rahasia kecil
bapak dan saya.
Setidaknya saya sudah Sekolah Rakyat (SR), SD sebutannya
saat ini. Mobil bapak seperti yang nampak pada gambar. Bapak sudah dinas luar,
tidak di Malang lagi. Suatu ketika, saat bapak di Malang, di suatu sore berniat
mengunjungi kakak bapak, dr Moedarso yang mukim di jalan Tangkubanprau. Saya
diajak, hanya berdua. Entah di mana ibu dan kakak saya.
Apa yang terjadi, bukannya saya didudukkan di mobil, namun
diberdirikan bemper mobil. Di depan. Entah di sisi kanan atau di tengah
pegangan apa ya, lupa. Namun saya merasa berdiri dengan stabil. Keluar pagar
rumah belok kiri, ngga jauh, mentok karena rumah kami no 6, ke kiri menuju
nomer lebih kecil, belok kiri lagi menyusuri ujung taman Indrokilo, ketemu
bunderan Ijen, agak belok kanan, menuju jalan yang tepat di arah depan Taman
Indrokilo, sekarang ada Museum, entah jalan apa , Semeru (?). Lha, di ujung
jalan belok ke jalan Semeru itu di setop seorag polisi. Tentu saja bapak di
lepas, sang polisi malah memberi hormat, pak polisi hanya memastikan saya masuk mobil.
Beberapa kali kemudian saya melihat pak polisis di ujung jalan Rinjani yang
nomer besar. Kantor polisinya sekarang masih ada, berseberangan dengan Taman
Makam Pahlawan.
Sampai ibu wafat bapak dan saya ngga pernah berceritera ke
ibu.
He, he…bahaya ya. Saat itu saya merasa oke saja.
No comments:
Post a Comment