(Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan; serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak).
Bagian untuk menjadikan “urip iku urup“, hidup didunia harus senantiasa mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan, serta memberantas angkara murka, serakah dan tamak. Sifat angkara murka, serakah dan tamak siapa yang harus kita berantas?
Tentunya mulai dari yang paling dekat, yaitu sifat yang ada dalam diri kita. Sudah menjadi kodrat manusia untuk menjalani kelangsungan hidup dengan bertahan hidup. Apabila kita terbebas dari rasa tamak, maka kebahagiaan hidup itu akan menjadi bonus. Muncul dengan sendirinya, mengalir dalam setiap kehidupan kita. Rasa tamak inilah yang dapat menimbulkan dengki, dengki yang disempurnakan dengan sifat angkara murka adalah malapetaka. Bagi diri sendiri dan bagi orang lain, “uripmu ra bakal iso ngurupi“.
Sifat iri itu wajar, ini adalah booster yang dianugerahkan Tuhan agar kita bisa terus bertahan hidup dan meningkatkan kualitas hidup. Iri akan melahirkan motivasi untuk menjadi lebih baik. Yang berbahaya adalah ketika iri dipadukan dengan sifat dengki, malapetaka.
Lalu apabila angkara murka itu muncul dari orang lain, apakah kita diam saja? Bukannya harus dibrantas juga? Ya, tapi tidak dengan angkara murka, melainkan dengan kesabaran dan kehalusan hati. Seperti halnya air yang mengikis batu setetes demi setetes kalau perlu. Menantang sekali tentunya memang untuk menjadi seperti itu, karena kita harus terlebih dahulu ambrasto dur hangkoro yang ada dalam diri kita. Dalam rasa tenang itu akan muncul pemikiran yang jernih dan solutif, dan ketenangan itu hanya akan bisa kalau kita jauh dari sifat angkara murka, serakah dan tamak.
Ini sepertinya merangkum beberapa filosofi. Pelan-pelan ya. Saya juga baru “menelan”, belum benar-benar menghayati.
No comments:
Post a Comment