Adik lelaki lahir sebelum kami indah ke rumag Rinjani. Yang
saya ingat saya duduk di kursi rotan bundar, berpose memangku, dengan sedikit
takut karena menurut saya saat itu adik saya cukup berat. Adik lanang menjadi
boneka hidup saya. Bila sore saya ajak jalan, sambil bermain dengan boneka-boneka
saya.
Foto ini sudah masa UNTEA, beruang Teddy ini dibawa bapak
dari Irian Barat. Adik lanang selalu ikut saya bermain dengan sang Teddy dan dua
boneka bayi besar yang lain yang bernama Anton dan Meity. Saking seringnya main
boneka, adik lanang merasa Anton dan Meity sebagai adiknya. Saat berusia lima
tahun, di Taman kanak-kanak, saat ditanya bu guru: ” Siapa punya adik”. Adik
lanang yang kami panggil dengan nama kesayangan “Kid” (kebalikan dari Dik- secara
Malangan), mengangkat tangan: “Saya bu guru”. Bu guru lanjut bertanya: “Berapa
adiknya Aguk?’. Adik lanang menjawab dengan lugas:” Dua bu guru.
Anton dan Meity”.
Bu gurunya mungkin berfikir, “Banyak ya, adiknya”.
No comments:
Post a Comment