Saturday, December 29, 2007
Friday, December 28, 2007
Belitung (Dongeng untuk ibu Grace……..)
Ibu Grace , terima kasih telah merancangkan liburan yang manis.
Tak sengaja kita mengawali visit Indonesia 2008 ya, dan saya dan anak-anak memang berharap tahun-tahun ini mengunjungi wilayah
Keberangkatan dan terbang dengan Sriwijaya Air cukup tepat waktu, karena datang pagi, sempat “menguping” pembicaraan beberapa “calon” penumpang saat di ruang tunggu.
Di tengah antrian saya (dan Edwin juga , ternyata) mendengar whispering
Edwin ditemani pak Kusumah menunggu barang kami yang dua potong kecil, saya mengamati kesibukan dos-dos yang keluar, dan pesawat kami sudah boarding untuk kembali ke
Berangkat subuh dari rumah, kami meminta pak Kusumah mencarikan sarapan yang
Yang tampak pertama , antrian mengisi BBM- premium tepatnya. Ya, sehari sebelumnya , saat di jakarta saya mendengar laporan di radio, premium langka di Kalimantan, ternyata serupa terjadi di p Belitung. Marak pula penjualan BBM eceran, dalam perjalanan ke hotel, kami membeli 20 liter premium seharga seratus ribu rupiah.
Lorin Seaside resort
Terletak di tepi pantai desa Tanjung Tinggi . konsepnya sepertinya seperti Tanjung Lesung di Anyer. Tercatat ada 14 superior cottage dan 6 execuitive , memang layak di pilih. Tapi fasilitas kamar tampaknya belum ”full” berjalan. Tampaknya seperti Belitung yang tumbuh kembang, hotel inipun sedang tumbuh kembang. Setelah mendapat kamar , menempatkan barang dan mendapat dikirirmiwelcome drink es teh manis (kira-kira ada minuman yang khas Belitung tidak ya, biar welcome drinknya keren). Yang istimewa kamar mandinya dengan prinsip terbuka. Sekitar 5 meter persegi, terdiri atas bagian yang basah dan yang kering. Bagian basah betul-betul dengan atap terbuka, ada taman juga, sehingga saat malam, lampu menyala, serangga yang gemar lampu berdatangan. Asyik sambil bingung juga. Besoknya saya selalu berusaha mandi sebelum kunjungan para flyers.
Batu granit di Tebing Tinggi
Ibu grace sudah berpesan untuk lunch di tepi pantai. Jadi kami kemudian menuju tanah tinggi, memberikan obyek foto untuk anak saya. Wah, memang batunya besar-besar.
Usai memfoto kami ke ”kedai” di tepi pantai, memilih masakan. Rekomendasi pertama : gangan, kemudian kerisi, saya menambahan udang (favoritt saya ) dan cumi ( doyanannya Edwin).
Perlu 1 jam untuk mempersiapkan. Hitungannya pesannya porsi, jadi ke 4 jenis kami pesan masing-masing 1 porsi (untuk gangan saya ulas tersendiri). Kami tidak pesan sayur, wong memang mau makan seafood !. Untuk semua makanan dngan minumnya Rp 166.000,-.
Cumi dan Gangan
Kerisi dan Udang
Setelah makan kami kembali ke hotel. Anak saya memilih tidur saja. Dan makan malam kami , kami room service (Edwin paling senang dengan ”room service”). Ikan bakar, cumi (lagi), nasi goreng Lorin (enak lo sampai besok malamnya pesan lagi), dan nasi putih. Say juga minta coklat panas Lupa apa ada yang lain . Ini dengan dana Rp 206.000 (mungkin) . Lupa bonnya di minta kembali dan diminta tunai.
Wah, ini dia, saya sudah menduga kami diminta membayar tunai , karena selagi check in , kartu kredit tidak di minta.
Pulau Lengkuas
Ini yang saya tunggu, naik perahu nelayan ! saya senang sensasi laut yang luas, tak terbatas. Membuat saya merasa bebas sekaligus kecil tak berdaya. Memberikan kenyamanan tersendiri, dan rasa syukur . Bu grace, kaplnya kapal utuk-utuk, engga ada pelampungnya lah ya. Terus terang saya sambil berdoa sepanjang perjalanan, saya tidak mau tampak khawatir , agar Edwin bisa menikmati perjalanannya. Duduk di ujung perahu , Edwin bebas menjepretkan kameranya.
Sebelum mencapai pulau lengkuas , kami melewati sat pulau yang tampak ada gubuk di tepi pantai.
Aha, tampak dari kejauhan, mercu suar di pula lengkuas
Kami menepi, dengan disambut senyum ramah pak Kaharudin. Komandan mercu suar di pulau lengkuas. Saat itu hanya saya edwin, pemandu kami pak Kusumah dan nelayan pengemudi perahu yang berkunjung. Pulau Lengkuas menjadi tujuan wisata saat hari libur.
Wah, saya tak bisa bicara, nih , gambarnya, pasir putih dan air yang jernih. Mak nyuuus ....di hati.
Edwin naik ke suar, sukse sampai atas 18 tingkat! Saya ngobrol dengan bapak dan ibu Kaharudin. Disuguhi air minum dari surga (tadah hujan) dan telur penyu. Amazing !!
Sambil menanti Edwin, saya ber”wisata” mengelilingi bangunan, dan ibu Kaharidin melanjutkan memasak. (Kamisnya lebaran haji, ibu sedang memasak ketupt. Nanti ku tulis sendiri ya , tentang komandan kaharudin.
Edwin kelelahan
Kami meninggalkan pulau dengan lambaian bapak dan ibu kaharudin. Terima kasih, memberikan kami pulau lengkuas yang bersih.
Kami kembali ke tanjung tinggi. Dermaga kecil nelayan tampak di kejauhan. Batu besar seperti singa laut tegar memandang kami.
Batu satam
Saya “terpaksa” mengirim sms ke jakarta, menanyakan oleh-oleh apa selain krupuk dan abon ikan. Ah, ternyata ada batu meteor- batu Satam. Saya di antar pak Kusumah ke tempat pak Firman. Lagi-lagi uang tunai jadi kendala. Saya mendapat batu yang sudah diasah dan di pasang batu cincin dan yang asli untuk Edwin.
Kembali ke hotel setelah membeli abon ikan. Beristirahat untuk kembali ke Jakarta keesokan harinya.
Hujan rintik mengantar kami kembali ke Jakarta
Adenium kami berkembang menyambut
Thursday, December 27, 2007
Thursday, December 20, 2007
Kasih sayang Ibuku - mengantarku menyongsong masa depan
Thursday, December 13, 2007
tangan ibuku
Berbahagialah yang masih memiliki Ibu.....Dan lakukanlah yang terebaik untuknya .....fam>>>
Ketika ibu saya berkunjung, Ia mengajak saya untuk berbelanjabersamanya, karena dia membutuhkan sebuah gaun yang baru. Saya sebenarnya tidak suka pergi berbelanja bersama dengan orang lain, dan saya bukanlahorangyang sabar, tetapi walaupun demikian kami berangkat juga ke pusatperbelanjaantersebut.
Kami mengunjungi setiap toko yang menyediakan gaun wanita, dan ibu saya mencoba gaun demi gaun, dan mengembalikan semuanya.
Seiring hari yang berlalu, saya mulai lelah dan ibu saya mulai frustasi. Akhirnya pada toko terakhir yang kami kunjungi, ibu Saya mencoba satu stel gaun biru yang cantik terdiri dari tiga helai. Pada blusnya terdapat sejenis tali di bagian tepi lehernya, Dan karena ketidaksabaran saya, maka untuk kali ini saya ikut masuk dan berdiri bersama ibu saya dalam ruang ganti pakaian. Saya melihat bagaimana Ia mencoba pakaian tersebut,dan dengan susah mencoba untuk mengikat talinya.
Ternyata tangan-tangannya sudah mulai dilumpuhkan oleh penyakitradang sendi Dan sebab itu dia tidak dapat melakukannya. Seketika ketidaksabaran saya digantikan oleh suatu rasa kasihan yang dalam kepadanya. Saya berbalik pergi dan mencoba menyembunyikan air mata yang keluar tanpa saya sadari.
Setelah saya mendapatkan ketenangan lagi, saya kembali masuk ke kamar gantiu ntuk mengikatkan tali gaun tersebut. Pakaian ini begitu indah, dan dia membelinya.
Perjalanan belanja kami telah berakhir, tetapi kejadian tersebut terukir dan tidak dapat terlupakan dari ingatan saya. Sepanjang sisa hariitu, pikiran saya tetap saja kembali pada saat berada di dalam ruang ganti pakaian tersebut dan terbayang tangan ibu saya yang sedang berusaha mengikat tali blusnya. Kedua Tangan yang penuh dengan kasih,yang pernah menyuapi saya, memandikan saya, memakaikan baju, membelai dan memeluk saya,Dan terlebih dari semuanya, berdoa untuk saya, sekarang tangan itu telah menyentuh hati saya dengan cara yang paling membekas dalam hati saya.
Kemudian pada sore harinya, saya pergi ke kamar ibu Saya,mengambil tangannya, menciumnya.. Dan yang membuatnya terkejut,memberitahukannya bahwa bagi saya kedua tangan tersebut adalah tangan yang paling indah di dunia ini.
Saya sangat bersyukur bahwa Tuhan telah membuat saya dapatm elihat dengan mata baru, betapa bernilai dan berharganya kasih sayang yang penuh pengorbanan dari seorang ibu.
Saya hanya dapat berdoa bahwa suatu hari kelak tangan saya dan hati saya akan memiliki keindahannya tersendiri. Dunia ini memiliki banyak keajaiban,segala ciptaan Tuhan yang begitu Agung, tetapi tak satu pun yangdapat menandingi keindahan tangan Ibu..