Saturday, November 16, 2013

Mata kedutan sesisi- tidak (selalu) berarti akan menangis.Istilah kedokterannya hemifacial spasm (HFS)



Kedutan menurut primbon Jawa, merupakan petanda akan terjadi suatu peristiwa.Sejak sekitar 2 tahun yang lalu mata kiri saya sering kedutan.  Kedutan yang hilang timbul, yang pada awalnya hanya pada sekitar mata pada sekitar pertengahan tahun 2013 mulai terjadi pada pipi sehingga menarik sudut bibir. Menurut primbon Jawa, bila kedutan kelopak mata kiri atas akan terjadi kebaikan, bila kiri bawah akan terjadi kesusahan.
 
Dunia kedokteran berpandangan lain. Keadaan kedutan pada kelopak mata yang bisa meluas pada wajah dikenal sebagai Hemifacial Spasm (HFS). HFS, merupakan penyakit neuromuscular yang jarang, dengan gejala gerakan/ kedutan otot pada satu sisi wajah. Otot pada wajah dipersyarafi syaraf ke tujuh,  yang berpusat pada batang otak dan keluar dari tulang tengkorak di belakang telinga. 

Sejarah
Pada penelusuran melalui Google, gangguan ini dideskripsikan pertama kali oleh Shultze pada tahun 1875 dan Gowers pada tahun 1899. Penyebab HFS dan lokasi gangguan diperdebatkan selama lebih dari satu abad. Terapi bedah telah dilakukan sejak awal abad ke 20, termasuk neurolisis (destruksi jaringan syaraf), penarikan nervus fasialis dan irigasi syaraf dengan ringer laktat solusi.  Penanganan medik saat itu termasuk juga injeksi syaraf dengan etanol, aplikasi bahan beracun ( nitrate of silver, zinc, atsenic, bromides) seperti juga pemberian obat seperti dilanti atau obat antikejang lainnya.
Epidemiologi
Telaah epidemiologi HFS terjadi pada 0,8 per 100.000 orang. Lebih sering terjadi pada perempuan di atas 40 tahun. Tekanan pada syaraf   ke tujuh di pangkal batang otak merupakan penyebab utama terjadinya HFS. Tekanan pada nervus ke tujuh (fasialis)  terjadi karena  arteri vertebralis  mengalami  distorsi  (terganggu) , melebar dan memanjang. HFS banyak ditemukan pada populasi Asia.

Walah, cocok dengan saya. Saya perempuan yang berusia (jauh) di atas 40 tahun.

Tanda dan gejala
Ada dua jenis HFS , tipikal dan atipikal. Yang tipikal dimulai dengan gerakan kelopak mata dengan intensitas yang bervariasi, dari dari sekedar berkedut hingga menyebabkan mata tertutup, dan bertahap menyebar pada otot wajah bawah. Bentuk atipikal, kedutan dimulai dari otot-otot pipi baru ke kelopak mata. Pada dasarnya seluruh otot wajah sesisi akan terkena, dan seringkali menarik sudut bibir ke arah sisi yang terkena.
Melihat tanda dan gejala yang saya alami, HFS pada saya tergolong yang tipikal

Diagnosis
Terdapat beberapa uji untuk mendiagnosa HFS. Pokok utama uji menitik beratkan pada uji neurologis (persyarafan), termasuk elektromiografi (EMG), suatu uji yang mengukur dan merekam aktivitas listrik yang ditimbulkan otot saat istirahat ataupun berkontraksi, Magnetic resonance imaging (MRI) suatu uji menggunakan gelombang electromagnetic untuk mendapatkan gambaran di isi rongga kepala, Computed tomography (CT- scan) suatu bentuk pemeriksaan sinar tembus (X-ray) yang menggunakan komputer untuk membuat gambaran isi kepala, dan angiografi suatu pemeriksaan radiologis yang mempelajari pembuluh-pembuluh darah dengan menggunakan kontras. Didapati MRI merupakan pemeriksaan utama untuk HFS, karena MRI dapat menunjukkan anomali pembuluh darah pada lebih dari 50 % penyandang HFS, sementara CT scan hanya mendeteksi 20 %.

Pada kasus saya,  diagnosis  penunjang HFS didapati dari CT-scan dan MRI.

Pengobatan dan efek samping
Bila keadaan tak terlalu mengganggu, diberikan sedasi (obat penenang) atau antikejang (antikonvulsan). Bedah mikro dekompresi dan injeksi toksin botulinum merupakan terapi terkini untuk HFS.

Bedah mikrodekompresi
Tindakan bedah ini merupakan tindakan bedah yang paling popular saat ini. Tindakan yang membebaskan nervus fasialis dari tekanan, yang merupakan penyebab terbanyak HFS. Hasil yang baik didapatkan pada 80 % kasus, dengan 10 % terulang kembali, dan 10 persen gagal. Komplikasi serius dapat terjadi, termasuk diantaranya hematom serebelar (cerebellar haematoma) atau pembengkakan, infark batang otak (karena pembuluh darah batang otak tersumbat), infark serebral (stroke iskemik karena gangguan pembuluh darah yang memsuplai otak), subdural hematom, dan infark intraserebral ( terhambatnya pembuluh darah menuju otak). Permanen kecacatan (kehilangan pendengaran) terjadi pada 2% pasien HFS.

Botulinum Toxin
Obat yang penggunaannya dengan cara suntikan ini didapat sangat efektif untuk HFS, namun harus diulang setiap 3 hingga 6 bulan. Suntikan ini dikatakan sama efektifnya dengan pembedahan. Pada orang muda dan sehat, operasi dan injeksi dapat dipertimbangkan. Namun pada orang tua yang kurang fit, injeksi menjadi pilihan.

Pada saya akhirnya dilakukan operasi setelah sebelumnya selama 1,5 tahun mengonsumsi obat. Operasi dilakukan dr Setyo Widi Nugroho SpBS(K) – spesialis bedah syaraf konsultan. Tindakan di kamar operasi dari persiapan hingga selesai sekitar 6 jam. Namun secara keseluruhan, dari saya menuju kamar operasi (keluar dari ruang rawat inap) dan kembali lagi ke kamar rawat inap, 10 jam. Saya keluar kamar pk 7.30 dan kembali ke kamar rawat pk 17.30. Hasil operasi segera tampak. Menjelang operasi, suami saya mengamati wajah saya yang tampak tidak simetris. Segera setelah operasi semua melihat wajah saya simetris, dan tak ada kedutan lagi. Wilayah operasi di belakang telinga, ditutup dengan perban (rambut dicukur sedikit). 

Syaraf ketujuh ini dekat dengan syaraf kedelapan yang berfungsi pada pendengaran, dan keseimbangan. Sebelum operasi, dr Setyo Widi Nugroho SpBS(K) sudah menjelaskan, syaraf kedelapan ini akan “tersenggol” sedikit, sebagai dampaknya menjadi sangat peka, sehingga saya bisa mendengarkan bunyi denyut nadi mulai halus hingga gruk-gruk sangat jelas berirama. Suara-suara ini berkurang setelah sekitar 2 minggu dan hilang sama sekali setelah 1 bulan. Dr Setyo Widi Nugroho SpBS(K) juga menjelaskan, kedutan (mungkin) masih ada beberapa waktu, karena syaraf ketujuh menyimpan ingatan kedutan.  Saya dapati wajah (nyaris) tak lagi ada kedutan,  berkedut ringan  dua kali pada akhir minggu pertama setelah operasi, dan wajah sisi kiri terasa agak menegang pada suatu hari di minggu kedua setelah saya bekerja di depan komputer untuk waktu yang lama.  

Seringnya kedutan pada mata kiri menyebabkan saya sering menutup kedua mata agar merasa nyaman, terutama saat dalam perjalanan dengan mobil. Perlu waktu 2 minggu untuk menghilangkan kebiasaan tersebut.

Lama rawat dan perawatan 

Saya dioperasi hari Kamis, tanggal 10 Oktober 2013. Masuk rawat hari Rabu siang dan pulang rawat hari Sabtu, 12 Oktober 2013. Perban operasi dan benang jahitan dibuka satu minggu setelah operasi, dan balut luka dibuka satu minggu kemudian. Selama dua minggu tidak mencuci rambut. 

Terima kasih dr Setyo Widi Nugroho SpBS(K)

Sumber:

 http://en.wikipedia.org/wiki/Hemifacial_spasm dan pengalaman pribadi

1 comment:

Anonymous said...

selamat siang Dr. Nuri,
saya mempunyai kasus penyakit yang sama, dan saya ingin informasi lebih lanjut mengenai penanganan penyakit ini.
Jika tidak keberatan saya minta informasi jadwal dan alamat praktek dokter Setyo Widi Nugroho yang terdekat dengan tempat tinggal saya di depok.
Terima kasih
salam
Aty