Saturday, June 23, 2007

Surat untuk keluarga tanpa-pita-suara baru

Yth Donna dan pak Suwandi Erwanto

Terima kasih telah meng e-mail saya.

Saya membuka e-mail saya saat saya di Seoul- Korea. Pada g.mail saya , ada tulisan : ada komentar di artikel saya. Saya buka, ternyata dari pak Suwandi Erwanto


Donna juga dengan langsung masuk g.mail saya, setelah menemukan weblog saya. Weblog tanpa-pita-suara dan artikel saya memang saya tujukan untuk bisa memandu keadaan yang merisaukan Seperti saya tulis pada artikel saya di wikimu.com (tembakau-lawan tapi mesra, keganasan laring di Indonesia, tapi bila yang sedikit itu keluarga kita, sangat memrlukan perhatian.

Donna, luka papa saya harapkan sembuh, dulu. Berikan nebulizer tiap hari, kalau perlu 2 kali perhari, agar dahak mudah keluar dari stoma.

Nanti kita bicarakan cara bicara untuk papa Donna. Teman-teman anggota Perhimpunan Wicara Esofagus (PWE) sudah berkunjunh hari kamis yang lalu, mudah-mudahan memberi semangat.

Ada berbagai cara bicata yang bisa Donna dapati di weblog saya tanpa-pita-suara, yang terbaru, saya sampaikan rinci, bicara dengan metoda Blom Singer.

Pak, Suwandi Erwanto ,leher yang mengeras dan menekan, pastikan dulu dengan scan. Nanti saya upayakan menulis , tentang jaringan – jaringan pada leher, apa yang terjadi pada operasi. Buka juga weblog saya larynectomees

Sampai jumpa

Semoga 3 bulan lagi papa Donna dan ayah pak Suwandi bisa ikut bernyanyi bersama teman-teman nya



AAAAA

2 comments:

Anonymous said...

Bintaro Jaya Tangerang,
28 Juni 2007

Ibu Nury yang baik,
Saya terharu baca tulisan Ibu di weblog ibu mengenai Papa saya. This is amazing, mengingat saya yang buta tentang laryng, seperti mendapat satu titik lilin ditengah kebutaan saya setelah saya membaca tulisan-tulisan Ibu.

Bu Nury, terima kasih atas kedatangan teman Ibu ketempat Papa, di RSPP. Terkesan ada gambaran papa bersemangat dan ingin banget gabung dengan perkumpulan yang Ibu jalani. Papa bilang, Papa ingin cepet sembuh, walau sudah tidak mungkin bersuara, tapi semangat papa muncul lagi ketika melihat Pak Robert (hihi.. saya lupa namanya Bu), datang ke tempat Papa dan berbicara dengan cara masing2 (papa dengan bahasa spidolnya, asisten ibu dengan suara perutnya). Bagi saya, hiburan termahal saya adalah ketika melihat Papa bisa senyum dikala sakit. Bagi saya, papa adalah nafas saya.

Sungguh, saya sendiri menemukan "this is what I face in to cheers up my father, indeed". Walaupun syurga ada dibawah telapak kaki Mama, adalah Papa yang bagi saya adalah syurga kedua setelah telapak kaki Mama.

Betapa saya bersyukur kepada Allah, dengan ilmu dan kesempatan yang saya miliki akhirnya saya bisa bertemu dengan "seorang Ibu Nury" yang begitu baik hati dan mau membagi kebahagiaan, suka dan cerita, kepada Papa saya (yang nantinya akan menjadi salah satu murid ibu kelak).

Papa orangnya keras. Tapi saat melihat papa sudah tidak mampu berbicara, adalah Papa tetap Papa saya. Dimana papa terbaring sakit, disitulah saya melihat semangat papa hidup kembali.

Oiya Bu, Papa rajin baca buku yang dibeli dari Ibu. Kata Papa, papa pengen cepet bisa gabung di kelas Bu Nury. Semangat papa, terus saya pompa, agar tidak mudah lelah berdoa, tidak mudah menyerah dengan penyakit dan tetap semangat terhadap masa depan.

Titip salam buat om dan tante di kelas Ibu Nury ya. Nanti akan ada murid baru yang sudah berusia 66, baru selesai operasi laryngectomy tgl 24 Mei 2007, dengan badan tinggi besar, dan hihihi.... botak ! (papa soalnya baru aja dibotakin.. jadi keliatan lebih segerrr).

Anyway Ibu,
Saya masih terus berharap, mudah2an "gank" Bu Nury bisa terus memompa semangat papa dengan visit ke RSPP (4th floor, rm# 451).

Salam buat semua ya Bu.
Saya juga copy paste e-mail blog ibu untuk saya handcarry ke Papa. Akan saya bilang begini: "nih Pa liat deh, komunikasi aku dengan Bu Nury masuk blogspot". Insyaallah Papa (dan juga Mama) bisa senang dan sedikit lega karena setiap kalimat yang keluar dari Ibu adalah seperti titik cahaya di kebutaan kami...

Wassalam dan penuh cinta,
Donna Azmi
Bintaro Jaya Tangerang

fajarmono said...

pagii..

waa.. saya turut prihatin dan turut seneng juga untuk mbak Donna.

sama yang terjadi dng my family. tapi ayah semangatnya besar untuk belajar bicara, dan PeDe-nya jg dapet..
syukur.. papa mbak Donna bangkit lagi dan itu modal awal untuk menatap gemerlapnya dunia ini.

btw mbak Donna ada email address ato alamat blog ato apalah.. yang bisa buat share ato Friendster ato myspace... and oiya salam kenal buat mbak Donna

add me :fajarmono@yahoo.com.sg
fajarmono.blogspot.com
fajarmono.multiply.com

salam hangat,
fajar - Malang