Ibu Grace , terima kasih telah merancangkan liburan yang manis.
Tak sengaja kita mengawali visit Indonesia 2008 ya, dan saya dan anak-anak memang berharap tahun-tahun ini mengunjungi wilayah
Keberangkatan dan terbang dengan Sriwijaya Air cukup tepat waktu, karena datang pagi, sempat “menguping” pembicaraan beberapa “calon” penumpang saat di ruang tunggu.
Di tengah antrian saya (dan Edwin juga , ternyata) mendengar whispering
Edwin ditemani pak Kusumah menunggu barang kami yang dua potong kecil, saya mengamati kesibukan dos-dos yang keluar, dan pesawat kami sudah boarding untuk kembali ke
Berangkat subuh dari rumah, kami meminta pak Kusumah mencarikan sarapan yang
Yang tampak pertama , antrian mengisi BBM- premium tepatnya. Ya, sehari sebelumnya , saat di jakarta saya mendengar laporan di radio, premium langka di Kalimantan, ternyata serupa terjadi di p Belitung. Marak pula penjualan BBM eceran, dalam perjalanan ke hotel, kami membeli 20 liter premium seharga seratus ribu rupiah.
Lorin Seaside resort
Terletak di tepi pantai desa Tanjung Tinggi . konsepnya sepertinya seperti Tanjung Lesung di Anyer. Tercatat ada 14 superior cottage dan 6 execuitive , memang layak di pilih. Tapi fasilitas kamar tampaknya belum ”full” berjalan. Tampaknya seperti Belitung yang tumbuh kembang, hotel inipun sedang tumbuh kembang. Setelah mendapat kamar , menempatkan barang dan mendapat dikirirmiwelcome drink es teh manis (kira-kira ada minuman yang khas Belitung tidak ya, biar welcome drinknya keren). Yang istimewa kamar mandinya dengan prinsip terbuka. Sekitar 5 meter persegi, terdiri atas bagian yang basah dan yang kering. Bagian basah betul-betul dengan atap terbuka, ada taman juga, sehingga saat malam, lampu menyala, serangga yang gemar lampu berdatangan. Asyik sambil bingung juga. Besoknya saya selalu berusaha mandi sebelum kunjungan para flyers.
Batu granit di Tebing Tinggi
Ibu grace sudah berpesan untuk lunch di tepi pantai. Jadi kami kemudian menuju tanah tinggi, memberikan obyek foto untuk anak saya. Wah, memang batunya besar-besar.
Usai memfoto kami ke ”kedai” di tepi pantai, memilih masakan. Rekomendasi pertama : gangan, kemudian kerisi, saya menambahan udang (favoritt saya ) dan cumi ( doyanannya Edwin).
Perlu 1 jam untuk mempersiapkan. Hitungannya pesannya porsi, jadi ke 4 jenis kami pesan masing-masing 1 porsi (untuk gangan saya ulas tersendiri). Kami tidak pesan sayur, wong memang mau makan seafood !. Untuk semua makanan dngan minumnya Rp 166.000,-.
Cumi dan Gangan
Kerisi dan Udang
Setelah makan kami kembali ke hotel. Anak saya memilih tidur saja. Dan makan malam kami , kami room service (Edwin paling senang dengan ”room service”). Ikan bakar, cumi (lagi), nasi goreng Lorin (enak lo sampai besok malamnya pesan lagi), dan nasi putih. Say juga minta coklat panas Lupa apa ada yang lain . Ini dengan dana Rp 206.000 (mungkin) . Lupa bonnya di minta kembali dan diminta tunai.
Wah, ini dia, saya sudah menduga kami diminta membayar tunai , karena selagi check in , kartu kredit tidak di minta.
Pulau Lengkuas
Ini yang saya tunggu, naik perahu nelayan ! saya senang sensasi laut yang luas, tak terbatas. Membuat saya merasa bebas sekaligus kecil tak berdaya. Memberikan kenyamanan tersendiri, dan rasa syukur . Bu grace, kaplnya kapal utuk-utuk, engga ada pelampungnya lah ya. Terus terang saya sambil berdoa sepanjang perjalanan, saya tidak mau tampak khawatir , agar Edwin bisa menikmati perjalanannya. Duduk di ujung perahu , Edwin bebas menjepretkan kameranya.
Sebelum mencapai pulau lengkuas , kami melewati sat pulau yang tampak ada gubuk di tepi pantai.
Aha, tampak dari kejauhan, mercu suar di pula lengkuas
Kami menepi, dengan disambut senyum ramah pak Kaharudin. Komandan mercu suar di pulau lengkuas. Saat itu hanya saya edwin, pemandu kami pak Kusumah dan nelayan pengemudi perahu yang berkunjung. Pulau Lengkuas menjadi tujuan wisata saat hari libur.
Wah, saya tak bisa bicara, nih , gambarnya, pasir putih dan air yang jernih. Mak nyuuus ....di hati.
Edwin naik ke suar, sukse sampai atas 18 tingkat! Saya ngobrol dengan bapak dan ibu Kaharudin. Disuguhi air minum dari surga (tadah hujan) dan telur penyu. Amazing !!
Sambil menanti Edwin, saya ber”wisata” mengelilingi bangunan, dan ibu Kaharidin melanjutkan memasak. (Kamisnya lebaran haji, ibu sedang memasak ketupt. Nanti ku tulis sendiri ya , tentang komandan kaharudin.
Edwin kelelahan
Kami meninggalkan pulau dengan lambaian bapak dan ibu kaharudin. Terima kasih, memberikan kami pulau lengkuas yang bersih.
Kami kembali ke tanjung tinggi. Dermaga kecil nelayan tampak di kejauhan. Batu besar seperti singa laut tegar memandang kami.
Batu satam
Saya “terpaksa” mengirim sms ke jakarta, menanyakan oleh-oleh apa selain krupuk dan abon ikan. Ah, ternyata ada batu meteor- batu Satam. Saya di antar pak Kusumah ke tempat pak Firman. Lagi-lagi uang tunai jadi kendala. Saya mendapat batu yang sudah diasah dan di pasang batu cincin dan yang asli untuk Edwin.
Kembali ke hotel setelah membeli abon ikan. Beristirahat untuk kembali ke Jakarta keesokan harinya.
Hujan rintik mengantar kami kembali ke Jakarta
Adenium kami berkembang menyambut
2 comments:
Dear Dr.Nury,
Iya Grace sudah baca sebetulnya tapi sewaktu akan Post comment tertunda karena ada telepon dan tiba2 meeting pula...Iya nih karena terlalu konsentrasi penuh buat past event Seaweed yang bln November lalu makanya sekarang harus uber tayang..cari proyek event lagi...jadi tidak mudah karena sudah telat bener kita masuknya nih.
Dr,mustinya ikut jadi travel writer karena disajikannya menarik,informatif dan lucu bener saya sampai geli tertawa sampai keluar air mata dan waduh cantiknya itu pulau ya.... Kalau saja waktu itu mungkin meninggalkan bapak saya,pasti ikut deh...Sayang informasi seperti ini masih kurang kita dapatkan di Dept BudPar... Wah Dr.hebat deh soal urusan visit indonesia Year...
Terima kasih ya Dr untuk cerita menarik dan foto2nya mas Edwin..cuantikkkk sekali...
Salam buat Dr.Handikin dan Olly juga ya Dr. dan Selamat bertugas kembali.
Kapan-kapan kita makan siang lagi ya Dr. cuma sayang resto kita sewaktu itu sudah pindah ke GajahMada tapi saya punya resto kecil yang asik di Jl.Wijaya namanya rumah makan Bu Endang. Kapan2 kita kesana ya kalau Dr.punya waktu.
Terima kasih atas cerita P.Belitung yang menarik dan bagus ini.
Grace
terima kasih ibu Grace, sasaran kami berikutnya jambi, palembang dan Pontianak. tak lupa festival jember dan trawangan Lombok. Bantu mewujudkan mimpi ya.
Post a Comment