Friday, August 20, 2010

Cek lima juta dokter. Silahkan ke ATM. Rejeki? Kutipu kau.


Judulnya “aneh” ya. Saya hanya ingin menyampaikan pengalaman nyaris dikerjai orang. Sekian Rabu yang lalu, bulan Juli (mungkin), siang hari menjelang pk 15, telpon seluler berdering, nomer tak saya kenal. Saya terima, dari seberang sana seseorang mengaku sebagai dokter Anu, salah seorang petinggi RSCM, menyampaikan, ada undangan untuk saya.

Saya sedang “susah” ditengah mengumpulkan data penelitian, isenglah saya. Seumur saya gitu, tahulah saya prosedur undangan menghadiri acara. Jabatan direkturnya bukan bagian bagi- bagi undangan, dan kalaupun memberikan undangan ngga perlu beliau sendiri. “Beliau” menyebutkan sedang di Bandung, dan undangan akan diberikan esok hari, berarti Kamis. Saya dalam mobil yang menuju lobby FKUI, merasa saya menanggapi, “beliau” ingin lebih meyakinkan saya: “ Dokter bisa cek ke Ka Sudin drWB”. Nah, ini kesalahan “beliau” yang ke 2. Dokter yang dimaksud saya tahu sudah bukan Kasudin DKI Jakarta lagi, dan saya kenal beliau lengkap dengan keluarga. Saya ikuti saja pembicaraan, saat nama Kasudin disebut, saya sudah sampai di lobby FKUI, akan turun dari mobil. Ini dia yang saya tunggu, merasa bisa meyakinkan saya, “beliau” menambahkan: “Ada cek lima juta , dokter. Dokter punya ATM bank apa?”. Saya menyebutkan bank Mandiri. Wah, “beliau” makin bersemangat, “silahkan ke ATM dokter, saya pandu mencairkan cek. Jauh tidak ke ATM Mandiri?” Kesalahan ke tiga, “beliau” tidak tahu jarak lobby FKUI dan lobby RSCM, saat saya sebut saya akan ke ATM Mandiri di lobby RSCM, jarak ditanyakan. Perintahnya lagi “Fokus , dokter”. He he, sepanjang jalan kan ketemu para petinggi dan teman FKUI dan RSCM, berselamat sianglah saya dengan para petinggi dan teman. Sepanjang perjalanan ke ATM, telpon seluler tetap hidup dan beliau menayakan “Sudah kelihatan belum ATM nya” berkali-kali.

Sepanjang perjalanan saya tanya, acara apa? “Beliau” menjawab acara di Surabaya , bulan September 2010, semua acara di biayai Departemen Kesehatan. Ngga nyambung banget, yang ngundang Kepala Suku Dinas DKI Jakarta, penyelenggara Departemen Kesehatan, acara di Surabaya, masih beberapa bulan ke depan, cek harus dicairkan segera. Saya tanya Hotel mana, acara apa, makin aneh. Surabaya kan saya ngga buta- buta amat. Lha, eyang saya almarhumah mukim di Surabaya, sepupu saya banyak di Surabaya.

Saya berani dan menanggapi, karena saya sedang “iseng” dan saya punya ATM yang saya jaga jumlahnya tidak terlalu banyak, cukup untuk operasional penelitian. ATM ini yang sering dibawa asisiten , untuk mengambil uang bila dperlukan, dan saya tahu, sedang dalam posisi saldonya kecil.

Saat di depan ATM Mandiri sudah pk 15, pak satpamnya saya lambai tidak mengerti, hanya tersenyum sambil mengatakan “Sudah tutup dokter”. Tadinya saya mengharapkan ada dari bank yang mendampingi saya saat di ATM. “Beliau” menanyakan, “berapa orang di depan dokter”, saya jawab dua. Saya sebetulnya sudah mulai bosan, dan malas melanjutkan karena tidak mendapatkan petugas bank untuk mendampingi, saya sempat meninggalkan antrian menuju ATM. Namun iseng saya kembali muncul, karena “beliau” mulai dengan perintahnya “Cek dulu saldonya, dokter, sehingga kalau ada tambahan dokter tahu”. Saya cek saldo, satu juta delapan ratus ribu rupiah. Saya sebutkan, “Satu juta….” Belum lengkap dengan menyebut delapan ratusnya,langsung “beliau” menutup telponnya. Selesai, belum? Tak lama “beliau” telpon lagi , dan menanyakan saya punya bank manalagi. Saya sudah tidak berminat melanjutkan sandiwara, saya berkata pada “beliau”: “Di depan saya berdiri dr WB. Beliau mengatakan tidak mengundang”. “Beliau” bukannya segera menutup telpon, malahan berusaha menjelaskan . Saya yang bosan, saya tutup telpon. Saya simpan nomer “beliau” di hp saya dengan identitas “penipu”.

Mau kenalan?

No comments: