<!--[if gte mso 9]>
Sudah lama nasi uduk jadi andalan saya kala pagi harus membawa sesuatu yang
bisa disantap, yang ringkas namun mantap. Kebetulan saya menemukan nasi uduk
yang dibungkus daun, sehingga selain saya tak memerlukan piring, daun pisang pembungkus ternyata memberikan aroma yang menambah selera. Kini nasi uduk yang hanya ditaburi sedikit bawang goreng dan telur dadar diiris tipis, pada
bagian yang terbuka yang dijual seharga Rp 4.000,- menjadi kegemaran ayah
saya, selain aroma daunnya, sebungkus cukup mengenyangkan.
Ada beberapa penjual nasi uduk di dalam perumahan kami tinggal, bungsu lebih memilih yang dijual dekat pasar, porsinya lebih besar dan dijual bersama lauk yang bisa dipilih. Nasi uduk dengan lauk telur dan rendang, harganya Rp 11.000,-
Sepanjang jalan tempat gawe ada beberapa tempat yang menjual nasi uduk, yang
paling ramai yang jalan raya Joglo, di pertigaan tak jelas, dekat supermarket Superindo
, gerobaknya bertuliskan Betakaw, tetapi terkenal sebagai nasi uduk Sawo. Mungkin dulu ada pohon sawo ya disitu, saya berusaha mengamati, ngga ada petanda yang menunjukkan sawo, adanya pohon yang dulu memang ditanam untuk penghijauan, akasia(?). Hebat yang ini , saya mengamati mulai hanya dua bangku tepatnya dingklik tinggi, hingga kini punya dua ruang yang selalu penuh saat saya lewat sekitar pk setengah tujuh pagi hari.
Persahabatan saya dengan nasi uduk juga dilanjutkan di tempat gawe, menuju ruang kerja saya selalu melewati tenda-tenda gerai makan dan yang paling laris…..nasi uduk. Paling siang pk 7.30 sudah habis, setahu saya terdapat duatermos besar nasi uduk. Saat penelitian , saya sering membeli untuk naracoba
yang datang siang hari, dibeli pagi direkomendasikan tahan hingga pk 6, lauknya bisa keringan, seperti kering tempe , gorengan tahu, tempe telur mata sapi, ayam goreng, hingga yang agak basah, seperti rendang. Enam ribu rupiah bila dengan lauk rendang telur, sebelas ribu rupiah dengan ayam goreng.
Tak sengaja saya menemukan gabungan nasi uduk dengan lauk yang selalu saya pesan dan hingga kini belum bosan, bebek, di Nasi uduk dan ayam goreng Mas Miskun. Saya jumpai dua gerai Mas Miskun, di Kramat raya arah depan
pegadaian, dan jalan Percetakan Negara. Mas Miskun menyandang misi rasa
restoran harga kaki lima, memasang nasi uduk dan ayam goreng sebagai andalan,
menyertai papan namanya, meski pada daftar menunya bebek dan segala ikan ada. Mengetahui lalapan dan sambel bisa menyebabkan porsi nasi dan lauk perlu
tambah, Mas Miskun secara jelas menuliskan : sambel dan lalapan gratis. Ada
tujuh jenis sambal saat saya berkunjung diletakkan pada saung kecil, sedangkan
lalapan pada wadah kaca tertutup. Saya mendapati beberapa pengunjung yang
semeja berdua ayamnya masing-masing dua plus pepes. Mantap
bener sambelnya, mendorong nasi, sehingga beberapa kali meminta tambahan
nasi. Dua kali berkunjung, saya tak berubah menu, bebek bakar dan nasi uduk.
Bebek bakar Rp 10.900 sedangkan nasi uduk Rp 3900,- per porsi. Saya menulis
artikel ini sambil mengamati bon yang sengaja saya simpan, lho, setiap harga
berakhiran 900, biar hoki? Lha, es teh tawarnya kok Rp 1000,- ya, kok nggaRp 900. He he…ngga konsisten ya.
Sebegitu mantapnya nasi uduk untuk lidah Betawi, di bebek goreng Slamet yang
konon asli Surakarta, saya menemukan nasi uduk juga. Dekat rumah kami ada
dua bebek Slamet, dipastikan ke duanya ada nasi uduk. Di Surakarta ada juga
ngga ya? Ada “merk” terkenal sebagai gerai nasi uduk, nasi uduk Kebon
Kacang,. Dekat rumah kami , di jalan Raya Joglo, depan Telkom namanya nasi
uduk Kebon Kacang babe Saman. Seperti halnya sop kambing di Jakarta, yang
menyertakan kumis pada namanya, sebagian besar nasi uduk yang mengatakan
asli, menyertakan Kebon Kacang pada namanya. Saya belum sempat singgah
di nasi uduk Kebon Kacang, babe Saman meski dekat rumah, hanya tampak lauk
yang memangil-manggil karena tampak dari jalan pada wadah kaca. Ada
bebeknya ngga ya? Yang di Kebon Kacang, asisten wara-wiri sempat saya
mintamelacak, asisten wara-wiri mendapati pada jalan kecil tak jauh dari Thamrin
City. Nasi uduk Kebon kacang dekat rumah kami buka mulai sore, sedangkan
yang di Kebon kacang dan Kebon kacang yang dekat perkantoran atau tempat
perkuliahan seperti yang di Rawamangun, buka mulai menjelang makan siang.
Konon nasi uduk yang baik yang kalau dibuka dari bungkusnya langsung buyar,
tidak saling melekat meski dimasak dengan santan yang memberikan rasa gurih.
Sambal kacang katanya paling tepat untuk nasi uduk.
Jadi, … pagi , siang, sore dan malam…,nasi uduk nyok.
No comments:
Post a Comment