Tante biasa sarapan pagi ngga? Ada
yg enak,
soto sapi pak sholeh,
kopitiam, gudeg bu ahmad, atau
klo ada request laen bilang aja
tante ^^
yang dilanjut dengan pengiriman
alamat
Begitu tampilan message pada facebook dari keponakan tercinta dr Utami Purnamawati. Yogya harus saya kunjungi karena mendapat
tugas dari ayah kami untuk menghadiri
undangan resepsi gawe mantu bapak Nandi Sugandhi, kenalan baik ayah kami. Segera
saya berkomunikasi dan berkoordinasi dengan kerabat kami di Yogya. Gayung
bersambut, karena kunjungan ke suatu tempat, kulineran juga menjadi tujuan saya,
kuliner di mulai dari sarapan.
Undangan , hari Sabtu, bertanggal 11 Januari 2014. Saya pergi
berdua dengan kakak saya, dan akomodasi
pesawat diatur keponakan tertua, Sari. Resepsi tercantum pk 11.00 hingga pk 13.00,
dengan demikian keberangkatan ke Yogya dengan pesawat pagi, agar bisa sarapan sebelum
kondangan. Batik Air mengantar kami ke
Yogya. Ini untuk pertama kali saya pergi dengan Batik Air, penerbangan yang
satu grup dengan Lion Air ini terkabar (dirancang) sekelas GARUDA, jadi
diharapkan sebagai penerbangan tanpa delay selain menyajikan hidangan. Keberangkatan cukup tepat waktu sesuai jadual,
pk 5.40 WIB
Tiba di Yogya , pesawat sesungguhnya sesuai waktu tercantum pada ticket pk 6.50, tapi
antrian juga berlaku untuk pesawat udara. Menurut kakak saya yang berkecimpung
di dunia terbang menerbang, pesawat yang kami tumpangi agak terlambat mendarat karena
tak kurang 6 kali mengitari Yogyakarta, sebelum
dapat giliran mendarat. Sehingga saya menginjakkan kaki di pelataran
bangunan bandara Adisucipto pada pukul
7. 42. Dari bandara kami menuju rumah kerabat di jalan Mawar, daerah Baciro.
Tempat keponakan dan bunda drg Pipit serta
budenya , drg Prihandidi Iman mukim, yang sering bahkan selalu jadi tempat saya
menginap bila ke Yogya tanpa suami.
Sesuai rencana, sebelum
ke resepsi kami mencari sarapan, dan saya menghindari gudeg, oleh karena itu
saya memilih soto daging sapi. Uut
keponakan tercinta menawarkan soto pak Sholeh, karena jaraknya lebih dekat
dengan jalan Mawar, namun saya memilih soto pak Marto karena saya sudah membuka
web nya, saya tertarik karena tertulis dan tergambar ada orkes keroncong mini
di gerai pak Marto. Gerai soto pak Marto
terletak di Tamansari, sekitar setengah jam dari jalan Mawar, suatu jarak yang
cukup jauh untuk Uut yang asli Yogya, tetapi sangat dekat untuk saya, yang
terbiasa mencapai tempai gawe menempuk perjalanan satu jam.
Tiba di Tamansari
menjelang pk 9.30, saya dapati kedai pak Marto penuh. Orkes keroncing mini
menyambut dengan lagu-lagu lawas, tergolong tembang kenangan menurut istilah
TVRI. Bangunan luas tanpa sekat diisi
meja-meja panjang dengan bangku panjang, saya tak sempat menghitung jumlah
mejanya. Pengunjung tampak mengalir silih berganti, seperti yang sudah saya baca
pada web, hari Sabtu (dan Minggu) merupakan hari yang ramai
Menu makanan utama
hanya satu, soto. Pendamping yang bisa di pesan iso , babat, lidah, jantung,
dan ginjal. Minuman teh, kopi dan susu. Saat
kami datang, hanya tinggal soto, lauk pendamping iso, babat dan kawan-kawan
sudah habis. Soto cepat tersaji , soto
sudah bercampur dengan nasi, tampak kuah yang bening dengan taburan taoge dan keratan daging yang bersih tanpa lemak. Soto terasa
segar, tidak menyisakan lemak di mulut. Di meja tersedia gigitan, tahu, tempe,
perkedel dan sate telur puyuh disamping
nampan kue basah. Ruangan yang hiruk,
dengan pengunjung silih berganti hanya dilayani sedikit orang. Pramusaji yang
menerima pesanan 3 orang, penyiap
hidangan 4 orang dan seorang kasir. Sekat hanya ada memisahkan ruang makan
dengan ruang tempat hidangan di persiapkan.
Soto lengkap dengan
nasi Rp 9.000,- Kalau mau tambah nasi Rp 2.000,- seporsinya. Iso , babat,
lidah, jantung, dan ginjal Rp 9.000,-
sepotongnya. Kami makan ber empat,
memesan empat soto, tiga teh, satu kopi, dengan tambahan 2 krupuk, satu tahu,
satu tempe dan dua sate telur puyuh.
Saat membayar saya ke kasir, kasir menghitung sambil mencatat pada buku tulis,
satu pelanggan satu baris, dilakukan dengan sistim mencongak. Saat saya
menyebut empat soto, pak kasir menulis 36, yang berarti Rp 36.000,-Saat saya
menyebut satu kopi, angka 36 dicoret, lalu menulis angka 38 di sampingnya,
demikian selanjutnya. Saat saya sebut
satu tahu, satu tempe dan dua sate telur puyuh angka berubah menjadi 49, dan
dua krupuk menggenapkan jajanan kami menjadi 50 (Rp 50.000-). Jadi makan kenyang
berempat, cukup dengan Rp 50.000,- , dr Utami Purnamawati segera membayar.
Terima kasih Uut.
Kami meninggalkan
warung soto pak Marto yang terletak di jalan Let. Jen S Parman 44 sekitar pk 10.
Saya akan mencoba soto
sapi pak Soleh pada kunjungan mendatang , konon soto pak Soleh berlemak.
Monggo……