Sunday, January 16, 2011

Seperempat hari di Malang: (sarapan) Pecel dan (makan siang) Rujak cingur


Akhir pekan, menengok adik landes ayah saya yang sedang rawat inap di rumah sakit di Malang, tiba pagi hari, dengan pesawat terpagi suatu maskapai penerbangan, disambut sepupu dengan pecel. Ha……., pucuk dicinta ulam tiba. Sayurnya yang pas matangnya, pas banyaknya, pas nasinya, pas untuk mengisi lambung pagi hari.

Konon dipesan sepupu dari Warung Payung di kawasan Danau Kerinci Sawojajar. Namanya Warung Payung karena sebelumnya dijual dengan sepeda ontel, pakai payung supaya penjualnya ngga kepanasan. Pecel disajikan disertai 2 potong rempeyek dan sepotong perkedel, perkedel jagung , konon terkadang juga tempe. Cerminan, keuletan membawa kemajuan, dan meski hanya dipinggir jalan, dan dimulai dari sepeda ontel, mutu sayurnya terjaga.

Makin sah karena makan siangnya rujak cingur. Rujak dipesan lewat sms dan hp salah seorang sepupu di penjual rujak. Ada terminologinya lho, matengan atau campur, matengan artinya sayur (saja), sedangkan campur berarti plus buah. Cabe? Ini mesti disebut angka, nol artinya tanpa cabe, dan selanjutnya suka-suka, “range” para sepupu antara satu hingga enam, yang nol saya dan suami seorang keponakan. Pemesanan ditambah terminologi lain, dengan lontong atau nol (tanpa lontong). Dulu saat dibungkus daun dan diikat karet gelang, penjualnya akan mengatakan: cabe sekian , karetnya satu, yang cabe sekian karetnya dua. Saat pesanan datang, saya dapati dikemas pada styrofoam. Teratas, pada tutupnya ditulis: cabe nol, lontong nol. Nah, ini yang pesanan saya.

Pemesanan dalam jumlah banyak dan semua ada permintaan khusus, meyebabkan kebingungan penjualnya, jadilah semua tanpa buah. Wa…., sepupu saya kecewa berat, “pencit-e (mangga muda) enak lho…..” Tampak sayur yang segar, petisnya di pisah. Saat saya kecil tentu beda, petis di aduk bersama sayur dan saat sebelum daun pisang pembungkus ditutup, disertakan cabe rawit utuh diletakkan paling atas, : “Kersane mboten mambet angin” (biar rujaknya ngga bau angin) jelas penjualnya …….

Rujak cingur dipesan sepupu, bersama dengan nasi goreng dan lontong Cap go me untuk tante yang sakit. Harga? Wah, ditraktir para sepupu. Matur nuwun di Ata, detik-detik terakhir sebelum “terbang” kembali ke Jakarta, dapat rujak cingur. Uennak tenan…….

(catatan: belum dapat info di mana rujak cingur dipesan. Mengingat rumah sepupu sekitar jalan Ijen, kemungkinan sekitar jalan Ijen).

No comments: