Dua hari dan satu malam di Magelang, mengunjungi warga Negara Indonesia yang terkena “sapaan” lahar dingin, kulinerpun tetap diupayakan. Teman tim yang lain ternyata asli Magelang, kalau tidak saat muda hobby bermain ke Magelang,kecuali saya yang hanya singgah dalam perjalanan saat bersama ayah saya masih sering rute Jakarta – Surabaya pergi-pulang. Saat ditawarkan kupat tahu, saya sambut dengan gembira.
Sarapan hari pertama , setelah tiba pk 5 dinihari dengan bis malam Safari Darma Raya, menuju “base camp” di Potrobangsan, disediakan bu Kusban gudeg, ngga tahu beli dimana, belum tanya, he….lapar, uenak, menikmati saja sambil di foto. Pembicaraan selain tentang rute kunjungan, ya kuliner Magelang, selain kupat tahu , disebutkan mangut lele. Siip.
Mangut lele dijawah ibu dr Ichsan, selesai meninjau lokasi Dusun Sidoharjo, desa taman Agung, Kecamatan Muntilan, tersedia mangut lele. Lele dengan bumbu kekuningan ini ternyata memang bumbunya kunyit yanh dibakar dan dihaluskan bersama dengan kemiri, kunyit, kencur, bawang merah dan bawang putih , selain bawang putih ,disertakan daun salam, blimbing sayur, cabai rawit dan santan. Lele yang digoreng dulu setelah bumbu yang dihaluskan meresap. Kemudian digodog dengan santen disertai bumbu yang lain. Bu Ichsan menyajikannya dengan nasi hangat. Mak lhep……lenyap lah mangutnya. Teman-teman merekomendasikan resto Cinde Laras, untuk mangut lele. Saya amati letaknya di tikungan, kalau dari arah Magelang ada di sisi kiri, dekat penjual kerajinan batu-batu, patung hingga cobek.
Kupat tahu, di idamkan dari siang, terlaksana sekitar pk 7 malam. Saya sengaja duduk dekat tempat meracik, melihat “ubo rampe” kupat tahu. Tahu pastinya, yang bersama kupat menjadi bagian utama. Tahunya di goreng tidak kering, setiap porsi normalnya setengah ketupat, yang tidak besar dan tidak kecil, bakwan sayur dipotong-potong disertai sayur sepertinya daun kubis, taoge. Bumbunya dua, bumbu kacang dan kuah gula jawa. Saya lihat bu Ali (?) mengulek langsung kacang yang sudah di goreng , bawang putih dan cabe rawit langsung pada piring. Selanjutnya potongan ketupat, menyusul tahu, sayur (taoge dan daun kubis) dan paling atas bakwan, terakhir disiram kuah gula jawa yang dibuat dengan mencairkan gula jawa dengan air disertai lengkuas dan daun salam , selain garam tentunya. Segar diniimati setelah lelah mengunjungi wilayah yang disapa lahar dingin.
Seorang anggota tim sejak pagi sudah mencanangkan kuliner enam kali, sehingga kami dijalankan di alun-alun selepas makan ketupat, biar lapar lagi! Niatnya hanya “menonton” para teman yang makan, akhirnya pesan juga , tertarik baunya yang harum dan penasaran dengan tulisan: berdiri sejak jaman Jepang. Pesanan mayoritas miE, dari yang nyemek hingga full kuah, saya pesan misoa kuah, agar dokumentasi foto bervariasi. Lha, …mak lhep..tinggal menyisakan piring kososng. Pengantar tidur yang nikmat dan hangat.
Sarapan hari kedua,pecel. Huebat, delivery, oleh nyonya rumah disajikan prasmanan. Pecel dengan sayurannya standard, tetapi penyertanya, usus goreng dan empal. Empalnya bukan versi empal gepuk yang berserat tinggi, tetapi empal dengan daging lembut yang serasa lumer di mulut. Pengantar kerja yang nikmat.
Pulang dengan bekal getuk trio, krupuk rambak, tape hijau. Nikmatnya kerja tim, ada yang jalan , ada yang menyiapkan oleh-oleh. matur nuwun bapak dan ibu Kusban. Dr Ichsan dan ibu.