<!--[if gte mso 9]>
Kursus singkat di Bangkok, sempat berkenalan dengan expert IT tempat kursus diselenggarakan. Saat bertukar kartu nama, saya terkesan dengan kartu namanya, cantik bernuansa kuning, bergambarkan tiga perempuan dengan buah-buahan. Mark Sonnen tersenyum menjelaskan, ada pekerjaan lain yang ditekuni, bersangkutan dengan buah-buahan. Mark yang pernah ke Bali, menyebutkan, salak Bangkok, berbeda dengan salak Indonesia, salak Indonesia disebutnya sebagai more crispy. Penasaran, dengan waktu kunjung yang singkat, saya memburu buah. Jumat sebelum pulang, sekitar pk 10 saya diantar pak Toman Tobing yang sudah sering ke Bangkok menuju Siam Paragon, khusus menuju gourmet market and food halls.
Saya segera mencari salak, salak dikemas bagus, masih dengan tangkainya. Saya juga mendapatkan mangga yang seperti mangga golek bentuknya, tetapi kuning merata. Tergoda srikaya yang cantik, yang sebesar jambu Bangkok, kami pilih juga srikaya,. Buah-buah ini masik mengkal, jadi saya tidak kesulitan membawa dalam koper. Salaknya mungil,berisi satu (apa istilahnya, satu biji?), tidak tiga seperti salak Indonesia pada umumnya. Saat matang saya dapati memang tidak semanis salak Pondoh, lunak, banyak air dan tidak seputih salak Indonesia, saat dimakan dagingnya tak mudah lepas, melekat dibiji. Kalau mangganya, manis yang pas, di bandara Swarna Bhumi, dijual mangga yang sudah dipasangkan dengan ketan, bisa langsung disantap, seharga 150 bath.Saat srikaya matang, harumnya tidak sekuat srikaya Indonesia, dan dagingnya tak banyak air. Bisa dikatakan mengenyangkan, bukan menyegarkan.
Istirahat sejenak, kami membeli juice segar, saya memilih juice markisa botol kecil kira-kira 200 cc. Lengkap dengan bijinya, tanpa pemanis, rasanya asam. Segar, pengantar bergegas ke bandara, pulang ke Indonesia.
Buah-buahan Indonesia tak kalah menarik, tinggal kemasannya saja.
No comments:
Post a Comment