Pada gambar tampak bapak dengan asiten wara- wiri saat di Irian Barat. Asisten wara wiri ini seingat saya asisten wara –wiri sejak di Malang. Lamat saya ingat, pak Rahmat mengganggu saya, sehingga saya “marah”. Saya kejar sambil saya membawa batu, di ruang keluarga rumah Lebaksari. Memutari meja kursi tamu yang yang di chrome, seperi kursi di Rumah Linggarjati Kuningan. Pak Rahmat takut, he, yang saya tinggal pada ingatan saya, “rasa” berat batu di tangan, bagaimana mau melempar, memegangnya saja saya sudah keberatan.
Saat di Jakarta, asisten wara-wirinya juga satu. Bapak memanggilnya
Darmo, padahal Sunda asli, dengan nama Darma. Pak Darmo nurut-nurut
saja. Pak Darmo ikut bapak hingga bapak di DPR. Saya SMP dan SMA saja 6
tahun. Bapak di DPR, saya sudah mahasiswa. Asiten wara –wiri kami memang
lama mengikuti bapak.
Trtular bapak, asistenn wara-wiri senior saya sudah lebih dari 30 tahun, yang yunior sejak saya belum mulai S3. Kalau 10 tahun saja lebih. Senang saja bertambah “saudara”.
Trtular bapak, asistenn wara-wiri senior saya sudah lebih dari 30 tahun, yang yunior sejak saya belum mulai S3. Kalau 10 tahun saja lebih. Senang saja bertambah “saudara”.