Monday, September 22, 2008

Monday, September 15, 2008

Bila gajah menggalang dana: Dor…, pincang. Dor…”mati”!


Bila gajah menggalang dana: Dor…, pincang. Dor…”mati”!

Tak memungkinkan memelihara gajah di rumah, saya selalu mencari kesempatan “jumpa” gajah. Ke Taman Safari Indonesia – di Cisarua hari minggu pertama puasa yang lalu, show yang saya pastikan tidak terlewatkan ya , gajah show.

Mengusung tema “Menyelamatkan hutan Sumatra”, para gajah beraksi dengan skenario rebutan lahan dengan manusia. Adegan pertama, gajah- gajah keluar, makan, oleh para pawing disediakan dedaunan di segala penjuru arena , gajah- gajah keluar, sudah tahu blockingnya, nggak rebutan, masing- masing menuju dan memakan daun di tempat berbeda. Adegan berikutnya, manusia merambah hutan, menebangi, mengolah ,menanami. Berikutnya gajah kembali keluar, kisahnya gajah merusak tanaman manusia. Dipasangi pohon kecil di tengah arena, gajah mencabut pohon. Seru, acara diburu, gajahnya lari, di tembak, dor…Hi hi, kebayang nggak gajah segede gitu, begitu dengar dor…, kaki kiri belakang diangkat, jalan terpincang- pincang! Dor berikutnya, langsung merebahkan diri, pura-pura mati. Kemudian mulai adegan simbiose gajah dan manusia . Gajah jadi kendaraan sambil menarik kayu, mendorong pohon-pohon besar. Aduh, untuk saya sih ini menakjubkan. Ada unsur pembelajaran, ada kesabaran.

Acara ditutup dengan pencarian dana. Lintang (nama gajah), menjual lukisannya. Waktu di tanya pawangnya : “Dijual berapa Lintang, dua ratus ribu” Eh, Lintang menggeleng-geleng. “Seratus ribu?” Lintang mengangguk-angguk. Pawang yang ganteng dan cantik kemudian mengedarkan kaos yang ada lukisannya . Yang membeli di kalungi bunga oleh Lintang.

Wuih, asyik, mau ikutan nonton dan nyumbang? Tidak perlu beli kaos, Lintang punya kotak kaca yang bisa di isi berapapun donasi yang diberikan. Pembelajaran memelihara lingkungan . Bisa juga ikutan memberi makan, membeli wortel untuk memberi makan gajah sambil berfoto. Wortel dijual Rp. 5.000,- seikat.

Gajah show dalam gambar






Dor ke dua, gajah "mati"


Wortel, Rp 5.000

Thursday, September 11, 2008

Ngabuburit di Taman Safari Indonesia Cisarua

Hari minggu pertama di bulan puasa, saya dan bungsu , dengan mobil , diantar pengemudi ke Taman Safari Indonesia – Cisarua. Berangkat dari rumah di kawasan Jakarta Barat dekat Cileduk pk 6.00, saya dan bungsu saya sampai pk 7.30. Belum buka, loket baru buka pk 8.30 (hari biasa pk 9.00). Parkir di halaman hotel, saya mulai berburu gambar. Eh, ada 4 ekor burung beo! Yang satu segera menyapa :”Selamat sore”. Saya “bercakap-cakap” saja dengan para beo, sambil mengamati para karyawan keluar dari jalan-jalan kecil sekitar hotel , berbaju hijau seragam Taman Safari, ada juga yang sudah full dress untuk pertunjukan, lengkap dengan make-up. Nunggu satu jam tidak sendiri kok, banyak mobil lain , toilet ada, di dekat kantin Safari trek, dihalaman parkir bis. Mobil loreng-lorengpun sudah siap, untuk pengunjung yang datang dengan bis .

Karyawan , bersiap
Mobil loreng, untuk yang tidak membawa kendaraan sendiri




Beo, yang senang mengucapkan :"selamat sore"

Gajah kecil berbelalai panjang

Pk 8.30 tepat kami dipersilahkan ke gerbang, harga karcis Rp 50.000/ perorang, berlaku untuk usia 6 tahun ke atas, di bawah 6 tahun Rp 40.000 . Mobil Rp 15.000. Ada fasilitas untuk yang berombongan , membeli karcis di kantor dekat Restoran Rain Forest . Dibekali peta, kami mulai menyusuri jalan di dalam taman safari. Pertama jumpa zebra, merasa yang punya kawasan, manis-manis saja kawanan zebra ini bergerombol di tengah jalan. Meski ada larangan memberi makan hewan, saya lihat bebrapa pengunjung, terutama yang membawa balita, memberi wortel pada para zebra, pantesan sang zebra memandang saya dengan wajah : “Bagi donk”. Eh , maaf. Selanjutnya jumpa keluarga gajah Sumatra, sedang sarapan, rumput, anak gajah minum sambil main air. Dikatakan merupakan jenis gajah terkecil di dunia. Nah,yang paling kecil saja sudah sak truk tronton, gimana yang paling gede.



Rapat





Bambi

Merak biru yang anggun

Di sebelah gajah, sepasang tapir sedang bercanda, yang betina (menurut bungsu saya) , lari megol- megol, mondar- mandir, si jantan mengekor, mengendus- endus plus terkadang mengangkat hidungnya yang agak panjang. (Ngomong apa ya?) . Berikutnya banteng . Ini agak serem, tanduknya besar, barangkali tahu ya, saya Taurus, seekor yang besar berdiri tepat di depan mobil, cukup memberi waktu untuk saya memotret wajahnya. Kelanjutannya, sang banteng “memberi salam” dengan menyabet- nyabetkan ekornya ke mobil kami. Duk- duk ! Para kijang , sepertinya golongan kasepuhan, tampil kharismatik, tanduknya gede-gede, sedang rapat (mungkin), duduk semua. Beberapa meter kemudian baru jumpa kijang kecil yang mirip Bambi. Perjalanan dilanjutkan melewati burung hantu, kuda nil yang lagi ngadem , merak biru yang anggun, jerapah, masuk kawasan hewan buas setelah melewati pintu gerbang. Pokoknya jepret semua. (Menurut perhitungan bungsu saya, saya sudah 11 tahun tidak ke Taman Safari Cisarua. Kok bisa ya.) Disambut singa muda, kemudian harimau, eh , jumlahnya kok tidak sebanyak dulu ya. Kami beruntung datang tepat feeding time. Menyaksikan macan putih yang ngambek, minta ekstra, dengan gaya manjanya kucing , tapi gede, nguber-nguber mobil pawangnya. Tega ya pawangnya , tetep ngga di kasih.






Badak yang sensi


Kambing gunung

Beruangnya sedang "brunch". Dicuci dulu lho, makanannya


Masuk kawasan Afrika disambut kehebohan. Seekor badak putih lari kencang, badannya yang besar bukan halangan (malamnya cari di google, he, badak mampu berlari dengan kecepatan 50 km perjam), kawanan hewan lain berlarian di kejar. Burung unta lintang pukang hingga terpeleset saat “ngerem” mendadak karena nyaris menabrak mobil di depan kami . Kawasan ini dihuni kambing gunung . Mariman ,pengemudi kami , yang sudah ikut sebelum sulung saya lahir, heran. “Bu, kok nggak takut jatuh ya”. He, he , tanyain saja sendiri. Kawasan ini dihuni juga olah macan tutul dan zebra. Ada juga buaya di akhir kawasan.Masuk kawasan beruang, he, beruangnya mencuci dulu daging jatahnya di air, kemudian kembali di tempat semula, tertib makan. Hebat ya. Keluar jumpa orang utan, sudah panas, mendekati pk 11.30, orang utan keluar berpayung rumput kering, kemudian duduk posisi standar, itu seperti diuang lima ratusan kertas. Terakhir jumpa monyet, yang seperti main di topeng monyet


Pose uang Rp 500,- kertas

Ketek





Drama Gajah









Aneka satwa


Nurul mengumpulkan dana untuk teman-temanya