Wednesday, April 6, 2011

Tembang Jawa, bukan tembang biasa


<!--[if gte mso 9]> Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE MicrosoftInternetExplorer4


Beredar pada milis dan jaringan komunikasi BlackBerry, dua tembang Jawa yang konon diciptakan tahun 1400-an oleh Sunan Kalijaga. Wikipedia bahasa Indonesia menyebutkan Tembang berarti adalah lirik/sajak yang mempunyai irama nada sehingga dalam bahasa Indonesia biasa disebut sebagai lagu. Kata tembang berasal dari bahasa Jawa. Wikipedia bahasa Jawa memberikan batasan yang lebih lengkap. Tembang iku kasil budaya saking gubahan neng bidang seni nada utawa swara sing nduwe aturan-aturan tinentu antarane: urutan, kombinasi lan hubungan temporal (uga isa nganggo iringan piranti musik) sing ngasilake gubahan musik sing manunggal lan nduwe irama. Tembang itu merupakan hasil budaya Jawa, gubahan seni nada atau suara yang mempunyai aturan-aturan (tertentu) antara lain : urutan, kombinasi dan hubungan temporal (juga bisa menggunakan iringan musik), sehingga menghasikan gubahan musik yang menyatu dan berirama.

Saya Kutipkan dari dua jejaring komunikasi saya Gundul-gundul pacul dan Lir-Ilir.

Gundul gundul pacul berlirik sebagai berikut:

Gundul gundul pacul-cul, gembelengan.Nyunggi nyunggi wakul-kul, gembelengan.Wakul ngglimpang segane dadi sak latar...:

Pengertian / arti tembang secara filosofi:

Gundul: adalah kepala plonthos tanpa rambut. Kepala adalah lambang kehormatan, kemuliaan seseorang. Rambut adalah mahkota lambang keindahan kepala. Maka gundul artinya kehormatan yang tanpa mahkota.

Sedangkan pacul: adalah cangkul yaitu alat petani yang terbuat dari lempeng besi segi empat. Pacul: adalah lambang kawula rendah yang kebanyakan adalah petani. Gundul pacul artinya: bahwa seorang pemimpin sesungguhnya bukan orang yang diberi mahkota tetapi dia adalah pembawa pacul untuk mencangkul, mengupayakan kesejahteraan bagi rakyatnya.

Orang Jawa mengatakan pacul adalah papat kang ucul (empat yang lepas).Artinya bahwa: kemuliaan seseorang akan sangat tergantung 4 hal, yaitu: bagaimana menggunakan mata, hidung, telinga dan mulutnya.

1. Mata digunakan untuk melihat kesulitan rakyat.

2.Telinga digunakan untuk mendengar nasehat.

3. Hidung digunakan untuk mencium wewangian kebaikan.

4. Mulut digunakan untuk berkata-kata yang adil.

Jika empat hal itu lepas, maka lepaslah kehormatannya.Gembelengan artinya: besar kepala, sombong dan bermain-main dalam menggunakan kehormatannya.GUNDUL2 PACUL CUL artinya orang yang dikepalanya sdh kehilangan ke 4 indera tersebut yang mengakibatkan sikap berubah jadi GEMBELENGAN (= congkak).

NYUNGGI2 WAKUL KUL (menjunjung amanah rakyat) selalu sambil GEMBELENGAN (= sombong hati), berakibat WAKUL NGGLIMPANG (amanah jatuh gak bisa dipertahankan) , sehingga SEGANE DADI SAK LATAR (berantakan sia2, tak bisa bermanfaat bagi kesejahteraan rakyat).....Hanya dua baris, namun sarat makna.


Berikut saya kutipkan Lir Ilir, yang saya kenal ditembangkan pengasuh saya, dikenal sebagai tembang dolanan anak-anak, ditembangkan saat bermain konon di bawah terang bulan.

*Lir ilir….lir ilir.., tandure wus semilir…

Bangunlah bangunlah, tanamannya telah bersemi. Baris pertama tembang ini mengingatkan agar para penganut agam Islam agar segera bangun dan bergera, karena saatnya telah tiba, seolah tanaman yang siap dipanen.

*Tak ijo royo-royo, tak sengguh penganten anyar.

Warnanya hijau menyejukkan, kukira (sepasang) pengantin baru. Hijau merupakan warna kejayaan yang menarik hati siapapun yang memandang dan membawa kebahagiaan.

*Cah angon, cah angon, penekna blimbing kuwi. Secara harafiah berarti: anak gembala, panjatkan pohon belimbing itu. Yang dimaksud dengan anak gembala adalah para pemimpin, sedangkan belimbing, buah bersegi lima merupakan simbol. Baris ini mengingatkan para pemimpin untuk memberi contoh kepada rakyat.

*Lunyu-lunyu penekna kanggo mbasuh dodot iro. Meski licin panjatlah, untuk mencuci dodotmu. Dodot adalah sejenis kain kebesaran orang Jawa yang digunakan pada peristiwa penting, dan buah belimbing, pada masa dahulu digunakan sebagai pencuci kain, terurama batik, agar awet. Penggalan tembang mengingatkan agar menjaga kehidupan beragama. Agama, menurut orang Jawa, seperti pakaian untuk jiwa.

*Dodot iro, dodot iro, kumitir bedah ing pinggir. Kain dodotmu, kain dodotmu, rusak dan robek tepinya. Saat itu kemerosotan moral telah menyebabkan orang meninggalkan pelajaran agama, dilambangkan denganpakaian yang robek.

*Dondomana, jlumatana, kanggo sebo mengko sore. Jahitlah, tisiklah untuk menghadap (Gusti- Allah mu) nanti sore. Diingatkan untuk memperbaiki kehidupan beragama dengan cara menjalankan ajaran agama dengan benar untuk bekal menghadap Allah SWT padasaatnya.

*Mumpung gede rembulane, mumpung jembar kalangane. Selagi saat bulan purnama, selagi tempatnya masih lapang. Selagi masih banyak waktu, selagi masih lapang kesempatan, perbaikilah kehidupan beragamamu.

*Ya suraka, surak hiiiiya…..Bersoraklah, berteriaklah IYA. Di saat waktunya datang panggilan yang maha Kuasa (nanti), sepatutnya orang yang menjaga kehidupan beragama dengan baik, menyambut dengan gembira. He, seingat saya kok sorak HORE….

(Terima kasih dr Yuslam dan dr Dalyono, kiriman pesan yang menyentuh kalbu. Ijin saya bagikan ya)


No comments: