Tuesday, December 15, 2009

Instabilitas dan jatuh , pada usia lanjut….. Lho, malah untuk sarana “pamer”.


Panic moment

Jumat pk 10.00, 4 Desember 2009 yang lalu, handphone yang saya mode vibrate, bergetar dan kelip-kelip lampunya. Saya respon, beritanya bikin ciut nyali: “Mbak, Bapak jatuh” – suara adik bungsu terdengar panik. Saat itu sedang coffe break setelah pembukaan RESPINA, suatu ajang pertemuan internasional sekitar masalah pernafasan . Saya segera pamit kepada pak Ketua , Prof Menaldi Rasmin SpP(K). Responnya menyejukkan , sebagai sesama yang punya kasepuhan: “Silahkan, mbak. Beritahu saja kalau ada yang bisa dibantu”.

Usia lanjut dan Instabilitas

In- pada awal kata menunjukkan atau menyatakan “tidak” , dengan demikian para lanjut usia tidak stabil, sehingga mudah jatuh.

Pada usia lanjut tejadi penurunan kontrol perubahan postur . Wah, bagaimana ya, “menterjemahkan” postur ? Suatu ketidak mampuan secara baik menyelaraskan bagian tubuh yang satu dengan yang lain. Ilmu “kira-kira” nya berkurang. Keadaan yang diperparah dengan gerak reflex yang menurun dan beberapa hal lain. Terjadi pula perubahan gaya berjalan , pada laki-lakicenderung berjalan membongkoj dan langkah kecil- kecil. Beberapa gangguan yang mem[erbesar kejadian instabilitas diantaranya penyakit sendi degenerative , fraktur panggul, tulang paha, stroke , kelemahan otot karena karena tirah baring lama , atau penyebab lain . gannguan penglihatan dan ganguan pendengaran.

Usia yang diperberat berbagai keadaan yang dipengaruhinya terhadap kejadian instabilitas disebut sebagai faktor intrinsisk, sedangkan faktor lain yang disebut faktor ekstrinsik ialahlingkungan yang “tidak sehat”, obat-obatan, selain alat bantu berjalan yang kurang sesuai.

Lingkungan “tak sehat”

Penyebab jatuh seringkali terjadi justru karena lingkungan sehari- hari , misalnya jatuh dari kursi, karena sudah rapuh; tempat tidur dan tinggi duduk yang kurang sesuai; tidak terdapat pegangan yang mudah dijangkau; tangga yang curam dengan pegangan yang kurang kokoh; kabel, karpet yang tidak rata; lantai yang licin ; pencahayaan yang kurang , serta lantai yang tidak rata dan tidak sama tinggi .

Fraktur (patah tulang) pada usia lanjut

Frakur merupakan salah satu yang terjadi akibat jatuh. Patah tulang sering terjadi pada tulang panggul, tulang paha, tulang lengan atas , pergelangan tangan dan iga-iga. Disamping itu, sering terjadi nyeri , karena cedera jaringan lunak.

Apa yang saya kerjakan pada ayah saya?

Saat saya tiba, kejadian jatuh belum lama berlangsung, ayah saya masih terkesan terkejut. Saya belum bisa menanyakan, bagaimana terjadinya, dan bagian mana dari tubuhnya yang sakit. Saya minta ayah saya istirahat, saya pulang ke rumah mengambil LASER unit. Adik saya landes ke apotik membelikan kompres dingin.

Saya kembali 2 jam kemudian, saya berikan LASER (low power) untuk 1 jam, dan obat minum golongan natrium diclofenac.

Setelah laser selesai ayah saya tertidur, sehingga malam baru jelas bagaimana terjadinya. Ayah saya (untungnya) terjatuhnya di rumput, dengan tangan kanan tertimpa badan…yang 115 kilogram…..Jatuh saat ayah saya mengangkat satu kaki, untuk memilah rumput , karena ada sesuatu yang “mengganggu” mata beliau….., kotor gitu (menurut beliau). Ho ho, 115 kg berdiri satu kaki…., 87 tahun pula usianya…. Yap, gedebyuk……

Malam baru tampak bengkak pada tangan sisi bukan telapak ( kami menyebutnya dorsum manus) yang segera menyurut saat pemberian laser dan obat ke dua. Saya tinggalkan ayah saya dengan pesan jangan dipijat, karena diagnosis belum jelas dan beliau sampai pk 22 malam tetap menolak untuk ke RS untuk pembuatan foto rontgen. Sabtu keesokan harinya, saya baru datang pk 14.00 , karena terlanjur menerima permintaan ‘manggung” alias bicara pada salah satu sesi RESPINA, yang di lanjut rapat organisasi. Saya melihat kebiruan pada wilayah yang bengkak. Laser dan obat tetap diberikan. Laser satu kali sehari, selama satu jam sedangkan natrium diklofenak dua kali 50 mg perhari.

Minggu pagi tetep tidak mau rontgen, kami tambahkan obat oles untuk perdarahan bawah kulitnya. Senin 7 Desember 2009, tetep ogah rontgen, meski pergelangan tangan bisa digerakkan , tetapi ada keterbatasan, saya meminta adik bungsu membeli gips, saya buatkan gips sebagai bidai, pada posisi istirahat, dengan tangan pada posisi istirahat.

Ayah saya pada usia menjelang 88 tahun masih (rajin) ke kantor tiga kali seminggu, Selasa , Rabu dan Kamis. Nah, Selasa, seperti dugaan saya, tetep minta di antar ke kantor….”Pamer “…., yah…Bapak…, he he, tangan di blebet kok di pamerkan.

Rabu setelah dijemput dari kantor pk 13.00, saya menjenguk beliau. Tanda perdarahan dan bengkak sudah tak nyata . Sakit nya …? Sedang merem, ngga bisa saya tanya, tetapi pergerakan pergelangannya sudah lebih baik. Saat saya amati sedang duduk di depan saya, mau pergi ke bank diantarkan adik bungsu dan sulung saya.

Kesimpulan diagnose untuk ayah saya: Jatuhnya karena instabilitas. Alhamdulillah. Patah pergelangan tangan ? Entah , melihat keterbatasan gerak pergelangan tangan membaik, semoga tidak.


No comments: