Tuesday, December 15, 2009

Kuliner Pekalongan- Megono, Garang Asem dan nasi Uwet plus durian……..


Yakin suatu daerah ada makanan khasnya, pada kunjungan ke Pekalongan akhir Oktober 2009 yang lalu saya kasak- kusuk bertanya. Gayung bersambut, istri Walikota Pekalongan –ibu Balqis, di acara makan siang yang bertempat di Museum Batik menyajikan Megono. Saya melihatnya tampilan sepintas seperti masakan pengasuh saya ketika mengolah jantung pisang. Megono ini berbahan nangka muda, yang dirajang halus, diberi parutan kelapa, diperkaya rasanya oleh kecombrang dan sereh . Tidak cukup yang disuguhkan istri Walikota – nyonya dr Basyir, keesokan paginya, salah seorang teman membelikan nasi Megono di depan penginapan kami , Rumah Dinas Bupati Kabupaten Pekalongan- di desa Kajen. Satu bungkus nasi Megono dijual Rp1000,- , sangat cukup untuk memenuhi lambung. Kalau mau nambahh lauk lauknya , ada telur dadar , Rp 2000,- dan lauk lain.





Akhir Oktober 2009 yang lalu,kami datang Jumat malam, Sabtu jalan –jalan dan Minggu sore pulang. Seperti biasa, kamera selalu siap menangkap aneka peristiwa. Di Jakarta , saya perhatikan kembali, eh, ada spanduk terekam, Garang Asem pak Masduki. Sabtu 12 Desember 2009, salah seorang teman di Pekalongan mantu, Garang Asem menjadi sesuatu yang dipastikan harus terlaksana. Tiba dengan Argo Anggrek sore hari, check in hotel , langsung menuju alun-alun , mencari Garang Asem pak Masduki. Kami berempat, saya dan sulung bersama teman, dr Alinda SpA, yang mengajak putri semata wayangnya. Dua becak, masing-masing pasangan ibu dan anak, rada- rada takut naiknya , maklum , becak di Jakarta merupakan barang langka. Alhamdulillah, tiba menjelang pk 16 di alun- alun. Terpaksa menunggu sejenak, wong pak Masduki “istirahat” sampai dengan pk 16.00. Kami jalan-jalan dulu melihat-lihat batik.Pekalongan gitu lho , toko batik nya . Kami kembali pk 16 lewat sedikit, lapar nih, sengaja tidak makan siang di kereta api. Lapar yang patut di lakukan, sepiring nasi, yang boleh dengan megono atau tidak, di temani semangkuk masakan daging berkuah, mirip semur, sedikit seperti rawon, yang suueegerr…..di teriknya Pekalongan.



Masakan daging yang dipotong dadu ini ternyata memang menggunakan kecap dan kluwak sebagai bumbunya, selain salam, lengkuas dan tomat, dan sereh . Diantara potongan daging , tampak beberapa cabe hijau yang tidak terlalu besar, utuh, barangkali untuk memperkuat cita rasanya. Kami makan berlima, karena seorang teman menyusul, kenyang , Rp 100.000,- masih ada kembaliannya.

Kembali ke hotel untuk bersiap ke resepsi, kami melewati kawasan yang bernama Bunderan. Durian…… Wilayah (n)Doro , salah satu Desa di kabupaten . Disepakati , sepulang resepsi berburu duren. Duren langsung dibuka dan disantap ditempat, lesehan, Rp 20.000,- perbuah. Dibukakan langsung, tak enak, tak usah bayar. Memastikan duren yang akan dibelah matang, penjualnya menciumi setiap duren. Kami berlima hanya mampu makan tiga durian, lha yang makan cuma saya dan Winda, yang lain nonton. Dr Alinda (mamanya Winda), seorang teman dan sulung saya , mau sih…..tapi ogah juga.





Sarapan Minggu keesokan harinya terlaksana di desa nDoro, suatu kawasan di kabupaten Pekalongan yang merupakan penghasil durian dan merupakan tempat wisata (menikmati) durian. Berhubung duriannya sudah terlaksana sepulang resepsi semalam, ya kali ini betul- betul numpang lewat dan numpang sarapan. Menu utama disini nasi jamur. Nah , jadilah saya memesan nasi jamur. Putih, lembut, tampilan seperti filet dada ayam.
























































Perjalanan dilanjutkan ke Wiradesa, tempat batik- batik sutra , lanjut kota Pekalongan, ke gerai penundang kami, Ridaka . Wiradesa ,Ridaka dan Wedono (tempat kerajinan tenun), semoga bisa saya dongengkan tersendiri. Di sini suguhannya lain lagi, ada kue mirip kue lumpur , tetapi warnanya coklat pekat, terasa rempah- rempah. Saudaranya kue lumpur ini bernama Rendang. Uenak tenan.

.


















Makan siang ? Nasi Uwet Zarkasi, jalan Sulawesi Pekalongan. Ternyata, ini daging kambing yang di “uwet”, alias di”ikat” dengan usus. Segera santap hangat-hangat. Yang takut kambing ada menu lain, ada sayur asem, yang tampilan sop, rasa ayur asem, menyertai ayam goreng dan sambel tomat yang sedap


































Ke Pekalongan lagi ? Mungkin, masih ada tawaran pada detik terakhir yang belum mampu laksana. Krupuk tahu.


No comments: