Wednesday, March 10, 2010
Puti-putih bukan melati
Nyaris setiap hari menyusuri kali yang memisahkan Pasar Rumput dengan jalan Latuharhari, sungainya saya susuri sejak keluar Pejompongan . (terpaksa) menjadi perhatian, mulai dari halte angkutan air yang hanya dua , digagas saat akhir masa Gubernur Sutiyoso.
Kini halte yang depan hotel Shangrila sering menjadi tempat “mancing”. Mancing ikan beneran hingga pemulung memancing plastik lewat. Sedangkan halte yang satunya Halte Halimun, kini ada pos warna merah , disponsori Coca –Cola, bernuansa merah , ada tulisan besar Jakarta Clean. Ada bak besar permanen, seperti yang terpasang pada mobil sampah tetapi ada penghubungnya ke tong biru di bawahnya . Perahu karet terkadang tersandar, sepertinya secara berkala sungai dibersihkan. Pernah saya dapati mobil sampah DKI , dicat dengan karakter yang sama dengan halte Halimun.
Pada foto, yang saya ambil saat melintas dijembatan, Nampak bangunan merah pada sisi kiri, halte Halimun. Yang putih –putih di sungai, sampah plastik.
Coca–cola pada penelusuran saya memang sering berperan. Bagaimana kita, agar tidak ada 'putih -putih bukan melati' di sungai?
Label:
banjir kanal,
banjir kanal barat,
nury,
plastik,
sampah
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment