Friday, July 22, 2011

Tegal: Teh dan tahu kuping




<!--[if gte mso 9]> Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE

Tegal yang sesungguhnya dataran tidak tinggi, tidak menjadi halangan untuk menjadi sentra teh. Terbaca merupakan asal teh Sosro, saya jumpai semua papan nama toko, bahkan gapura kompleks perumahan, disertai “lambang” Teh Poci atau teh tong Tji. Ngga perduli panas, pukul duabelaspun belum, teh dalam poci tanah liat, lengkap dengan gula batunya menjadi teman brunch kami, kambing batibul.

Panas yang menyengat di hari sabtu minggu ke dua bulan Juli 2011, dengan segera membuat saya memesan teh es Tong Tji seharga Rp2500 per gelasnya,saat membeli oleh-oleh. He, baru tiba memang kami segera membeli oleh-oleh, mengingat malamnya akan ke Purbalingga dan Minggu akan kembali ke Jakarta dengan kereta pk 6 pagi. Teh memang enak disajikan panas ataupun dingin, rasa regular ataupun dengan rasa buah-buahan. Es teh tong Tji dijajakan dengan gerobak manis, oleh penjaja yang manis didepan penjual grosir (?) teh. Saya lihat teh dengan tumpukan menurut merknya, diantaranya merk yang saya kenal saat kecil, teh Bandulan. Setiap merk teh ternyata mempunyai wilayah pasar masing-masing, Jakarta sejak lama merupakan wilayah the (botol) Sosro. Slawi dan Tegal saya amati menjadi daerah kekuasaan teh Tong Tji dan teh Poci.

Ke Tegal untuk tujuan utama sesungguhnya ke Purbalingga, menyebabkan saya membeli teh sejumlah yang saya bisa jinjing sendiri, yang segera saya sesali sesampainya di Jakarta. Saya membeli dua merk Tong Tji dan teh Poci, yang terbungkus kecil-kecil. Wah, harumnya beda. Harum yang segar, sehingga saya yang pada dasarnya lebih memilih kopi dibandingkan teh, kini membuat teh dalam jumlah cukup besar tiap harinya dengan teh yang masih ada , karena lebih dari setengahnya untuk tetangga, diserta tekad, kalau ke Tegal, beli lebih banyak.

Kudapan yang baru saya kenal, tahu kuping. Tahu kuning yang di potong dua miring pada sisi miring potongannya ditempelkan. Tahu dengan bahan utama tepung kanji dengan bumbu ketumbar, dan potongan daun bawang dipotong keci-kecil. Yang kami beli dilengkapi cabe rawtm, namun bisa dilengkapi sambal kecap yang diperkaya rasanya dengan trasi. Tahu goreng ini seharga Rp 800,- sepotongnya, sudah digoreng, saat dihidangkan bisa digoreng kembali atau di kukus.

Pagi Sabtu ke empat bulan Juli 2011, saya menemukan (kembali) gerabah perangkat the kami, gula batupun saya punya, kami mengawali dengan teh wasgitel ,wangi, panas, sepet, legi, lan (dan), kentel (kental).

Sluruppp, monggo…..

No comments: