Sunday, March 1, 2015

Ketika Istana Kepresidenan Kebanjiran



Menjelang tengah malam, Rabu,11 Februari 2011, belum bisa tidur, siang harinya banyak berbaring karena rasa dingin yang terasa sejak Selasa malam sebelumnya. Sebagai perintang waktu, saya mencoba mengingat banjir hari Senin, 9 Februari 2015,  yang ternyata cukup heboh. 

Saat membuat tulisan ini sayamasih belum terbebas dari rasa dingin, kalau meminjam istilah Jawa- katisen. Tidak demam, hanya terasa dingin hingga perlu memakai kaos kaki, overcoat dan shawl tebal, plus gosokan  punggung  selain kaki dengan obat gosokyang mencantumkan pada kemasannya tulisan : obat gosok untuk meringankan gejala pilek dan batuk karena flu. Saya nyaris tak pernah menggosokkan apapun ke badan,lebih memilih obat minum.

Saya membuka WhatsApp (wa)  group teman SMA untuk memandu saya menulis. Saya memerlukan bantuan karena sesungguhnya saat banjir mulai  mengunjungi Jakarta diantar sang hujan, saya sedang dalam perjalanan dengan kereta api Argo Sindoro dari Pekalongan.
Saat saya menyapa di Senin pagi teman-teman wa saya, terbaca masih pk 4.53, belum ada cerita hujan apalagi banjir. Pk 5.17, baru ada yang menuliskan Jakarta hujan yang disambung temanlain yang menuliskan hujan tidak berhenti sejak hari Minggu sebelumnya. Pk 6.28teman yang lain menyebutkan jalan banyak genangan air. Pk 6.35 terbaca hujanmakin deras.Pk 7.35 seorang teman dirawamangun mengabarkan halaman rumahnya mulai tergenang air. 

Kereta api saya berangkat dari Pekalongan pk 7.13, kereta api yang (ternyata) berbasis di Semarangterkabar hanya 2 menit berhenti di Pekalongan, jadi saya sekitar waktukedatangan kereta hanya membuka wa saat mengunggah foto setasiun Pekalonganpada pk 6.53, lalu dipandu porter yang membantu membawa koper bersiap dekat gerbongsaya akan berhenti.

Saya tidak ingat kapan saya menyadari ada banjir di Jakarta karena hujan sejak semalam sebelumnya, karena saya membuka apple saya, membuat tulisan tentang kopi Aroma Bandung dan batagor Kingsley serta perjalanan dengan kereta api pergi pulang Pekalongan kemudian sempat ngantuk dan tertidur sehingga tidak membuka wa. Namun menjelang pk 11, saat diumumkan sebelum setasiun Cikampek bahwa kereta api akan tiba terlambat karena masalah di setasiun Cikampek, entah apa masalahnya, namun saya sudah sempat membaca wa banyak genangan air di Jakarta. Saat saya buka ulang wa, sudah ter upload pesan dari teman pk 8.51 Medan Merdeka Barat sudah terjadi genangan 40 cm, kemudian pk 9.09 terbaca Merdeka Selatan pun sudang tergenang.

Kereta api terjadual tiba diJakarta pk 11.41, kereta api memasuki setasiun Gambir lewat pk 12.30. Dijemputasisten wara-wiri  di sisi Utarakedatangan, menembus rintik yang deras, asisten wara-wiri menganjurkan untukpulang saja, tidak masuk gawe. Keluar dari sisi Utara setasiun Gambir, saya takterlalu mengamati jalannya mobil, tersadar saat asisten wara-wiri “memarkir”mobil pada tikungan Merdeka Utara dan Merdeka Barat, air menggenang tinggi. Sayatak ingat berapa lama mobil berhenti, pk 13. 13 saya melihat gambar Sarinahyang ada Godzila nya, kiriman teman pada wa.

Saat diam duduk manis dalam mobil saya sempat mengamati sekitar, selain kru entah dari setasiun televisimana saja yang sibuk mewawancara, ada beberapa orang berkaos Brimob dalam hujantanpa jas hujan rela jadi tonggak hidup menjadi petunjuk kedalaman genangan.Kedalaman bervariasi mulai dari semata kaki hingga sepaha orang dewasa. Inipenting bagi kendaraan yang akan lewat, sisi mana dari jalan yang akan dipilih,Beberapa kendaraan yang cukup tinggi, seperti bus, masih berani berjalan menujuarah Sarinah melewati Merdeka Barat, tentu saja memerlukan panduan. Semoga parapetugas yang rela berhujan dan terendam air selalu sehat.

Air cepat surut, sehingga asisten wara-wiri kemudian mengarahkan mobil menuju Budi Kemuliaan,selanjutnya Tanah Abang. Di rumah saya baru menyadari bahwa ring satu ada genangan merupakan peristiwa besar. Menyimak TV, tampak gubernur DKI merasa ada sabotase. Sekarang sedang “polemik” antara gubernur dan PLN yang mematikanlistrik untuk pompa air waduk Pluit. Makin rame saat saya membaca di suatu media sosial, yang memerintahkan mematikan listrik Menko Kesra, bu Puan. Apakah air cepat surut karena pompa air sudah jalan? Ngga ada” dongeng”nya, atau saya terlewat mengikuti.

He…he.., setidaknya saya “menjadi”saksi mata istana kepresidenan kebanjiran.

No comments: