Tuesday, May 13, 2008

Pasar Cikini- kacang dan ayah saya

Melihat pasar Cikini sekarang, kok kuatir , pasar ini akan "lenyap" juga.
Rumah di dekat mesjid Sunda Kelapa membuat pasar ini menjadi tempat belanja ibu.
Tidak hanya dekat, pasar ini dulu merupakan pasar dengan sayuran, dan buah yang dipastikan bagus.

Barang pecah belah ini di jual di "teras", dari dulu. sekarang makin beraneka ragam, tapi kok makin semrawut ya.
Toko bukunya tidak ada lagi, dulu ada 2 bagian, satu untuk buku-buku, satu stationary.
Sebelum ada toko mas di sisi kiri jalan masuk , toko mas terletak di sisi atas, di atas penjual bahan makanan kering.


Saya ambil sengaja mengambil gambar kacang rebus. Salah satu alasan saya tetap datang ke Cikini ya, kacang rebus ini kegemaran ayah saya. lima ribu rupiah setakar. di belakangnya, gado-gado, Rp. 7 ribu, soto mie Rp 6 ribu

Gorengan sukunnya selalu ada dan pasti bagus. yang ini "dulu", konsumsinya ndoro kakung.






Kacang , just for eyang. cara makannya, dikupaskan dulu, eyang tinggal makan yang sudah kupasan

2 comments:

Anonymous said...

Weleh, kalau ingat penggemar kacang saya ingat cerita Gus Dur yang sangat maniak akan kacang...
Itu cucunya dibagi nggak ya?

dr. Nury Nusdwinuringtyas, SpRM, M.Epid said...

Kayaknya kok nggak. Cucu - cucu sudah "mengerti". He he, kalau perlu nambahain. Wong kalau saya pergi yang saya cari kacang dulu, termasuk waktu ke Perth. Kacang dulu, lain-lain nanti. Dapat oleh-oleh yang lain syukur , engga ya, tak masalah, asal sudah dapat kacang, aman