Friday, May 26, 2017

Rumah Rinjani: Bersahabat dengan tukang becak






Rumah kami merupakan rumah yang posisinya dikatakan kurang “baik”, secara feng shui. Merupakan rumah yang istilahnya tusuk sate, atau totogan jalan. Jalan Dempo (?) tegak lurus menusuk rumah di arah garasi. Posisi ini menyebabkan rumah kami seperti pada pertigaan, menjadi tempat mangkal yang bagus untuk tukang becak.

Seringnya orang tua kami pergi, menyebabkan ibu seperti “menitipkan” kami pada lingkungan, termasuk para tukang becak.  Untuk ke sekolah,  sebetulnya tinggal jalan kaki, karena sekolah kami di jalan Panderman, nyaris segaris lurus dengan jalan Rinjani. Keluar rumah, ke kiri, menyebrang Taman Indrokilo yang sekarang ada musiumnya, agak ke kanan sedikit, lurus, di situ jalan Panderman. Namun, di kala ibu mendapati cuaca tak indah, sering ibu meminta kami diantar tukang becak ke sekolah. Berbecak, tidak hanya untuk jarak pendek. Kala itu bila ke kakak bapak yang mukim di jalan Tangkubanprau, becak sering mengantar kami.

Ibu menyediakan air minum untuk para tukang becak dan para pejalan kaki yang lewat dengan meletakkan kendi di atas pagar. Kendi kemudian berubah menjadi gentong dengan siwur, karena kendi tidak mencukupi, karena harus sering diisi. Saya sering duduk di teras, uncang – uncap pada dinding batunya. Senang saja melihat dan mendengar para pak becak melambai dan berseru setelah melepas dahaga; “ Suwun nggih mbak”.

Kini saya kenang dengan terharu. Ibu memang penuh kasih sayang.


No comments: