Pendidikan ramalan dimulai sejak awal pendidikan kedokteran, pemikiran secara analitis menjadi hal yang wajib. Pendidikan dokter sekarang 5 tahun , tiga tahun awal untuk meraih gelar sarjana kedokteran, dilanjutkan kepaniteraan, alias magang klinik di rumah sakit pendidikan untuk meraih gelar dokter,mengasah ilmu meramal.
Meramal penyakit
Panas , sakit kepala, nyeri pada lutut, lumpuh anggota gerak separuh tubuh bukanlah penyakit, namun merupakan tanda dan gejala yang di tambah ketrampilan menarik data yang kami kenal dengan anamnesa , disertai dengan pemeriksaan fisik, disertai pemeriksaan penunjang (kami mengenal laboratorium, pemeriksaan radiologi sebagai penunjang), yang dipilih setelah melalui tahapan awal, menjari ramalan. Ramalan yang diharapkan muncul dari seorang dokter ya, sakitnya apa. Kalau bergeser menjadi obatnya apa, barangkali saatnya di revisi. Dokter Ferius menulis di Wikimu ke dokter tidak untuk berobat, tapi untuk di “ajar”, atau memakai terminology consultation pasien datang ke dokter untuk konsultasi. Pasien bisa pulang dari dokter tanpa obat, tapi dengan diagnosis penyakit yang tepat. (Saya ke Dokter, Tapi Gak Butuh Obat Dok! Minggu, 20-07-2008)
Panas saja misalnya, pada anak dan dewasa sudah beda ramalannya. Kita persempit lagi, panas pada dewasa. Pertanyaannya akan di mulai sejak berapa lama, sambil dokter membaca identitas yang mancakup umur, jenis kelamin (seharusnya tampak donk), suku (kalau perlu), dan yang dikenal sebagai tanda vital (tekanan darah, denyut jantung, frekuensi pernafasan). Kalau belum dipersiapkan perawat, maka secara simultan, dokter akan menganamnesa sambil memeriksa tanda vital, serta pemeriksaan fisik lainnya yang akan mengerucut jadi ramalan. Para dokter sejak pendidikan untuk meraih sarjana kedokteran, kemudian dokter, dan kalau berlanjut menjadi spesialis, harus mulai merangkai dan memilah dalam pemikirannya penyakit apa yang mungkin, kami mengenalnya sebagai diagnose banding (differential diagnosis). Tahapan selanjutnya sudah disusun pada Pedoman Pelayanan Medis (PPM).
Bagaimana dengan penyakit baru , flu burung misalnya, maka data empiris dikumpulkan, dibuat SOP (Standard Oprating Prosedure) baru yang wajib dihafalkan para dokter untuk meramal. ( Wikipedia: Dalam sains dan metode ilmiah, empiris berarti suatu keadaan yang bergantung pada bukti atau konsekuensi yang teramati oleh indera. Data empiris berarti data yang dihasilkan dari percobaan atau pengamatan.) Meramal yang sah, bila penyakitnya sudah umum atau lama dikenal harus bedasarkan bukti (Evidence Base Medicine).
Meramal obat
Pada tiap institusi kesehatan, mengenali 10 penyakit terbanyak menjadi kewajiban. Kepentingannya? Diantaranya untuk meramal obat yang diperlukan di tempat kerja. Obat-obatan di Puskesmas, tentu beda dengan obat di rumah sakit yang menjadi rujukan penyakit jantung. Data departemen kesehatan, menyebutkan penyakit gigi dan mulut menempati peringkat teratas, infeksi saluran pernafasan atas (ISPA )merupakan penyakit terbanyak ke tiga (penelusuran google – data 2001). Sedangkan data Kota administrasi Jakarta selatan, menampilkan ISPA teratas. Jadi untuk Jakarta selatan, bukan menambah dokter gigi, namun persediaan obat untuk ISPA yang akan menjadi pemikiran. Di Papua, misalnya, obat anti malaria harus menjadi tersedia (http://www.antara.co.id/arc/2007/8/29/nyamuk-malaria-di-papua-kebal-terhadap-obat-cloroquin/), disamping penyebaran HIV /AIDS yang mesti dicermati (http://kkpjayapura.blogspot.com/2008/01/di-biak-irt-terbanyak-mengidap-hivaids.html)
Memberikan dan menjaga kompetensi meramal
Tahap magang merupakan tahapan menggembleng meramal tepat dan cepat. Sulung saya, di hari ke dua lebaran, subuh sudah berangkat, untuk jaga di Kebidanan suatu Rumah Sakit di Jakarta Utara. Sebagai mahasiswa kedokteran, yang saat ini magang di Kebidanan, sulung saya berjaga dari pk 8.00 hingga pk 8.00 esok hari. Belajar sambil bekerja, suatu kunci untuk memperoleh intuisi meramal.
Sehari sebelum lebaran, saya mendapat rujukan dari teman sejawat yang spesialis syaraf. Pasien stroke, lemah anggota gerak kiri, belum bisa makan, terpasang naso - gastric tube (NGT). Anamnesa , stroke satu minggu. Saya dapati anggota gerak kiri refleks fisiologis meningkat. Ramalan saya ? Anggota gerak akan segera pulih, perawat dan keluarga (pada hari dengan tenaga yang kurang), konsentrasi pada asupan nutrisi. Ramalan akan di evaluasi sore ini,
Kompetensi meramal dijaga dengan adanya institusi Penddidikan Kedokteran Berkelanjutan (PKB), perhimpunan para dokter dengan payung Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Para dokter wajib punya sertifikat kompetensi sesuai dengan bidang masing- masing , dan sertifikasi ini diperbaharui lima tahunan, setelah melalui uji kompetensi.
Kompetensi dokter Indonesia
Setiap Negara mempunyai kompetensi tersendiri. Untuk penyakit tropis , Indonesia jagonya. Hal lain? Beberapa dokter Indonesia, di undang untuk menjadi pengajar pada institusi bergengsi di luar negri, dan jangan heran , bila berbat ke Manca Negara, dan mendapat jawaban , tunggu konsultan kami, eh, jegagik, konsultannya (dari) Indonesia!
Jadi, ke dokter untuk mencari ramalan penyakit. Buka diri, agar ramalan menjadi tepat. Kepercayaan ke pada dokter menjadi kunci.
Jakarta, 2 Oktober 2008
Nury Nusdwinuringtyas
Kepala Divisi Rehabilitai Respirasi
Koordinator Penelitaan
Departemen Rehabilitasi Medik - RS Rujukan Nasional Dr Cipto Mangunkusumo - Jakarta
Keterangan:
naso - gastric tube (NGT). Suatu tabung melalui hidung masuk menuju lambung. Antara lain untuk memasukkan nutrisi . http://www.medterms.com/s
1 comment:
Artikel anda:
http://kesehatan.infogue.com/
http://kesehatan.infogue.com/dokter_memang_wajib_bisa_meramal_
promosikan artikel anda di infoGue.com. Telah tersedia widget shareGue dan pilihan widget lainnya serta nikmati fitur info cinema untuk para netter Indonesia. Salam!
Post a Comment