Wednesday, January 27, 2010
Tuesday, January 26, 2010
Republik telo
Telah berdiri satu republik lagi dalam kawasan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Mungkin di proklamirkan sejak munculnya bakpao telo , yang saya jumpai lebih dari setahun lalu saat berkunjung ke Malang. Bakpao telo ditemani para kerabatnya, roti kukus , brownies, ice cream dan entah apa lagi. Pada perjalanan ke Malang di sabtu malam , dokter yunior , peserta program doktersesialis mengantar ke Malang , saya paksa singgah di Lawang, ibu kota Republik Telo.
Republik telo memberi kejutan buat saya, ternyata tempatnya luas. Saya bukan pengira yang baik , jangan tanya ukurannya dalam entah meter persegi atau apapun. Kejutan belum selesai, saya temui mie telo, ungu dan putih dan mie lain. Mie bayam yang berwarna hijau, mie wortel yang berwanra kuning cerah, mie seledri, dan mie bawang prei. Mie kering ini dalam kemasan dengan deg-degan saya bawa ke Jakarta, takut remuk. Saya sudah memasak tiga macam, untuk lauk makan siang bersama para asisten penelitian. Enak juga kok, layak dicoba dan dilestarikan untuk diversifikasi pangan.
Belajar dari tukang bubur
Nyaris dua minggu, artinya sudah 10 hari tukang bubur yang mangkal dekat prapatan tidak ada di tempatnya biasa mangkal. Saat berangkat gawe , biasanya sudah siap melayani, sehingga saya tidak kesulitan membawakan ayah saya bubur hangat. Ini kali ke dua , tukang bubur prapatan “menghilang”. Sebelumnya tak hadir nyaris sebulan, untuk kemudian segera kembali ke pangkalannya dengan damai karena tempat mangkalnya tak diserbu ukang bubur lain. Sepertinya saya tak akan kehilangan tukang bubur prapatan, semoga cepat kembali.
Sungguh suatu perjanjian yang manis, tak merebut lahan sesama teman.
Kira-kira saya bisa ngga ya ?
Friday, January 22, 2010
Semanggi Suroboyo…
Pertengahan Januari 2010, berperan sebagai penguji nasional , berarti “terkurung” tiga hari di salah satu departemen di RS dr Soetomo. Namun tidak berarti kuliner Surabaya tak bisa dinikmati. Bermula melihat tulisan di hotel tempat kami di inapkan, saya bertanya dan mencari pengantar untuk mendapatkan Semanggi Suroboyo.
Malam hari selesai menguji, diantar sejawat muda, kami ke Galaxy Plaza. Wuih, meski di plaza, Semanggi Suroboyo disajikan tetap pada pincuk. Sebelum menikmati, saya eker-eker dulu, ternyata kecambah menyertai daun semanggi. Bumbunya terasa petis yang tidak terlalu keras, dan memang ternyata dicampur gula merah, kacang dan ketela. Kacang tanah digoreng terlebih dahulu, sedangkan ketela direbus. Lalu, ketiga bahan tersebut ditumbuk menjadi satu. Sajian dilengkapi krupuk puli. Meminjam istilah pak Bondan, mak nyuus.
Penelusuran saya dengan google menyebutkan ,semanggi yang merupakan kelompok paku air (Salviniales) dari marga Marsilea) yang di Indonesia mudah ditemukan di pematang sawah atau tepi saluran irigasi. Morfologi tumbuhan marga ini khas, karena bentuk entalnya yang menyerupai payung yang tersusun dari empat anak daun yang berhadapan.
Daun tumbuhan ini lah (biasanya M. crenata) yang dijadikan bahan makanan pecel semanggi, khas dari daerah Surabaya. Organ penyimpan spora (disebut sporokarp) M. drummondii juga dimanfaatkan oleh penduduk asli Australia (aborigin) sebagai bahan makanan. Semanggi M. crenata diketahui mengandung fitoestrogen (estrogen tumbuhan) yang berpotensi mencegah osteoporesis. Semanggi jenis ini pula , mengantar seorang sejawat menggapai ijasah doktoralnya.
Nasi Krawu Gresik
Pecel, nasi udang bu Rudy
Surabaya lagi? Hayuuuk….
.
Tuesday, January 12, 2010
Kejujuran, sudahkah berakhir ?
Dapat sedos besar rambutan rapiah, eh , kok pikiran saya jadi melantur. Saat saya kecil, rambutan rapiah yang saya kenal gundul. Rupanya rapiah harus gundul, sudah memasyarakat, sehingga sering saya jumpai penjual rambutan mencukur rambutannya. “Kalau ngga gundul , ngga laku bu”, kilahnya. Lha. Konon, mangga yang dikupas dan dijajakan ditepi jalan , diberi pewarna kuning agar menarik, selain pemanis. Oo… Itu yang skala rakyat jelata. UUD (Ujung-Ujungnya Duit) …., agar dapat sesuap nasi.
Jaman pilkada gini, tadi pagi di televisi, terberita di suatu tempat , bapak anu dipilih karena sering memberikan sumbangan materi, antara lain jembatan atau mengaspal jalan ya, saya tidak terlalu mencermati. Untuk acara kumpul pernyataan dukungan warga , beliau menyumbang dua juta rupiah , dana konsumsi. Jadi , urusannya uang juga. Hubungannya dengan jujur? Perlu dana, dari mana ya. Yang “dicukur” apa, atau siapa ya?
Becik ketitik olo ketoro, kata orang Jawa . Terjemahan Indonesia bebasnya yang baik ataupun buruk , akhirnya akan nampak. Strata sosial lebih tinggi, yang dicukur juga lebih besar (mungkin). Penjual buah mengatakan ini bohong yang ngga apa-apa, ngga merugikan orang lain. Kalau ngga gitu dagangannya ngga laku, ngga dapat uang. White liar?
Yang lebih tinggi, white liarnya apa , ya ?