Pertengahan Januari 2010, berperan sebagai penguji nasional , berarti “terkurung” tiga hari di salah satu departemen di RS dr Soetomo. Namun tidak berarti kuliner Surabaya tak bisa dinikmati. Bermula melihat tulisan di hotel tempat kami di inapkan, saya bertanya dan mencari pengantar untuk mendapatkan Semanggi Suroboyo.
Malam hari selesai menguji, diantar sejawat muda, kami ke Galaxy Plaza. Wuih, meski di plaza, Semanggi Suroboyo disajikan tetap pada pincuk. Sebelum menikmati, saya eker-eker dulu, ternyata kecambah menyertai daun semanggi. Bumbunya terasa petis yang tidak terlalu keras, dan memang ternyata dicampur gula merah, kacang dan ketela. Kacang tanah digoreng terlebih dahulu, sedangkan ketela direbus. Lalu, ketiga bahan tersebut ditumbuk menjadi satu. Sajian dilengkapi krupuk puli. Meminjam istilah pak Bondan, mak nyuus.
Penelusuran saya dengan google menyebutkan ,semanggi yang merupakan kelompok paku air (Salviniales) dari marga Marsilea) yang di Indonesia mudah ditemukan di pematang sawah atau tepi saluran irigasi. Morfologi tumbuhan marga ini khas, karena bentuk entalnya yang menyerupai payung yang tersusun dari empat anak daun yang berhadapan.
Daun tumbuhan ini lah (biasanya M. crenata) yang dijadikan bahan makanan pecel semanggi, khas dari daerah Surabaya. Organ penyimpan spora (disebut sporokarp) M. drummondii juga dimanfaatkan oleh penduduk asli Australia (aborigin) sebagai bahan makanan. Semanggi M. crenata diketahui mengandung fitoestrogen (estrogen tumbuhan) yang berpotensi mencegah osteoporesis. Semanggi jenis ini pula , mengantar seorang sejawat menggapai ijasah doktoralnya.
Nasi Krawu Gresik
Pecel, nasi udang bu Rudy
Surabaya lagi? Hayuuuk….
.
No comments:
Post a Comment