Sunday, February 12, 2017

Mataram Islam : Wahyu Kraton


Air Kelapa Diminum Ki Ageng Pemanahan
     Pada saat Ki Ageng Giring pergi ke hutan demi mendapatkan rasa haus yang teramat sangat, sahabatnya, Ki Ageng Pemanahan tiba di kediaman Ki Ageng Giring. Ki Ageng Pemanahan yang sangat haus setelah berjalan jauh lantas menenggak air kepala 'gaib' , yang rencananya akan diminum oleh Ki Ageng Giring.

Perjanjiang Ki Agrng Giring dan Ki Ageng Pemanahan 
     Ki Ageng Giring ketika kembali dari hutan hanya bisa meratapi ketika mendapati air degan 'gaib' yang dia petik sudah tidak ada di tempatnya. Apalagi kemudian Ki Ageng Pemanahan yang ada di situ mengakui dia yang meminum air kelapa muda tersebut.

     Ki Ageng Giring merasa seakan hancur hatinya, sedih dan sangat kecewa. Lama ia terdiam. Sebagai seorang yang memiliki kelebihan, maka ia pun mengetahui akan takdir, bahwa sudah takdir Tuhan, Ki Ageng Pamenahan akan menurunkan raja yang menguasai tanah Jawa.
     Ki Ageng Giring mempunyai permintaan kepada Ki Ageng Pamenahan, "Adi, permintaan saya begini saja karena air degan sudah Anda minum, bagaimana saya dapat minta kembali? Sudahlah kelak keturunan saya saja bergantian dengan keturunan Anda: turun anda sekali, kemudian bergantian turun saya." Ki Pemanahan atau Ki Ageng Mataram tidak mau. Permintaan Ki Ageng Giring yang demikian itu diajukan sampai yang keenam kalinya, Ki Ageng Mataram juga tidak mau. Kemudian ganti ki Giring minta turun yang ketujuh. Ki Ageng Mataram menjawab, "Kakang, Allahu'alam, bagaimana baiknya kelak, saya tidak mengetahui."

Sabda Sultan Akhiri Perjanjian Itu
     Yang jelas, Sabda Raja yang disampaikan Sri Sultan Hamengkubuwono X menjadi tanda berakhirnya perjanjian antara Ki Ageng Giring dengan Ki Ageng Pemanahan. Selama ini, perjanjian itulah yang menjadi dasar munculnya Mataram sesuai dengan perubahan gelar Sultan.
     "Dasare perjanjian Ki Ageng Giring sampun rampung mboten saged dipun ewahi (perjanjian antara Ki Ageng Giring sudah selesai dan itu tidak bisa diubah)," kata Sultan.
     Hal ini disampaikan Sultan saat memberi penjelasan soal Sabda Raja di Ndalem Wironegaran, Kraton, Yogyakarta, Jumat (8/5/2015). Sultan menjelaskan, Mataram Lama adalah dari zaman Ken Arok Singosari sampai Kerajaan Pajang. Sedangkan Mataram Baru adalah berdasar pada perjanjian antara Ki Ageng Pemanahan.
     "Sekarang perjanjian itu sudah berakhir, dan sudah tidak ada lagi perpisahan antara Mataram Lama dengan Baru," imbuhnya.
Dalam bahasa Indonesia, sabda Raja keempat tersebut artinya begini:

"Allah, Tuhan yang Agung, Maha Pencipta, ketahuilah para adik-adik, saudara, keluarga di Keraton dan abdi dalem, saya menerima perintah dari Allah, ayah saya, nenek moyang saya dan para leluhur Mataram, mulai saat ini saya bernama Sampean Dalem Ingkang Sinuhun Sri Sultan Hamengkubawono Ingkang Jumeneng Kasepuluh Surya ning Mataram, Senopati ing Kalogo, Langenging Bawono Langgeng, Langgeng ing Toto Panotogomo. Sabda Raja ini perlu dimengerti, dihayati dan dilaksanakan seperti itu sabda saya.‎"

No comments: