Ini pas foto dr Cipto Mangunkusumo lho!! Asli.......
Foto rontgen menjadi salah satu andalan kami, spesialis rehabilitasi medik untuk menentukan program. Dalam percakapan sehari-hari, foto rontgen atau foto sinar tembus disingkat dengan ’foto’ saja. Nah, disinilah kisahnya. Saat awal-awal saya praktek, seorang ibu usialimapuluhtahunan datang dengan sakit pada lutut. Setelah menanyakan riwayat perjalanan penyakitnya, yang lazim kita sebut anamnesa, dan pemeriksaan lutunya, saya tanyakan ”Bu, sudah di foto?”.( tentu yang saya maksud foto rontgen lutut). Si ibu menjawab :’ sudah”. Kemudian saya menjelaskan, ibu , hari ini saya berikan program sementara, ya Bu besok mohon singgah lagi, membawa fotonya, sehingga program bisa saya sesuaikan ”. Datanglah si ibu keesokan harinya, dan menyodorkan 2 foto, ”dokter mau hitam putih atau berwarna” ? Bingunglah saya ????
Eh, belum jera juga, beberapa waktu kemudian, istilah foto tetap saya gunakan untuk foto rontgen. . beliaunya, pasien baru saat itu,juga saya minta membawa foto esoknya. Kali ini kesalahan lebih cepat terdeteksi. Sampai di pintu kettika akan meninggalkan kamar praktek saya, beliau membalik ” Dok, mau ukuran berapa?” Nah, lho................................
Jakarta, 14 februari 2007
"Foto lama"
Kisah yang lain, di ceriterakan oleh dr Rien, seorang radiolog. Seorang pasien diminta dokternya melakukan rotngen ulang. Pada pengantarnya ditulis : Foto lama terlampir. Petugas penerimaan di loket, setelah membaca permintaan dokter, menanyakan : Bawa foto lama , pak ? Si bapak, dengan segera membuka dompet, mengeluarkan foto, kemudian menyerahkan foto, : Ada, tetapi belum terlalu lama......
Petugas rontgen bingung, yang di harapkan foto rontgen dada yang lalu, yang diserahkan pasfoto, memakai peci.......
Pak, mohon maaf. Rontgen yang lama diperlukan untuk melihat perkembangan penyakit bapak.......,
Jakarta, 8 Maret 2007
No comments:
Post a Comment